Sudah hampir satu minggu Dariel sekolah seperti biasa. Yang berbeda kini dia tidak lagi menyembunyikan kecerdasannya. Kalau dulu Dariel hanya menjawab soal di papan yang tidak bisa dikerjakan teman-temannya, maka sekarang dia dengan aktif menjawab soal-soal yang diberikan gurunya. Jika gurunya bertanya siapa yang bisa menjawab, maka Dariel adalah orang pertama yang mengangkat tangan dan maju mengerjakan soal.
Dia tidak pernah lagi mengabaikan PR. Kertas ujiannya selalu dihiasi nilai seratus. Tiap pulang sekolah dia akan membantu teman-temannya yang ingin belajar. Setelah itu ia akan menghabiskan waktu bersama anak motor hingga larut malam.
Setidaknya membuat dirinya sendiri sibuk bisa mengalihkan pikiran Dariel dari Aira. Meski rasa sakit itu terkadang datang, namun dirinya sudah lebih kuat menahan.
Banyak sekali yang terjadi di antara teman-teman Dariel selama ia tidak sekolah. Saat dirinya sakit dan teman-temannya menjenguk, tidak ada satupun yang bercerita. Mereka hanya sesekali mengajak Dariel berbicara tapi lalu lebih banyak diam. Wajar sih, karena saat itu Dariel masih berpura-pura seperti orang yang tidak sadar akan sekeliling.
Kini Fahru sudah menjalin hubungan asmara dengan Ririn. Yang tidak Dariel sangka, Vian malah menjalin hubungan asmara dengan Mega sementara Kris dengan remaja dari sekolah lain. Padahal dulu Dariel pikir Kris dan Vian saling menyukai. Mungkin perasaan suka itu tidak terlalu dalam hingga dengan mudah berpindah.
Pulang sekolah hari ini tidak ada kegiatan belajar bersama teman-temannya. Dan Dariel sedang malas pergi ke tempat anak-anak pembalap jalanan. Jadi dia putuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi kota hingga malam menjelang.
Deg deg deg.
Dariel tertegun saat merasakan detak jantungnya meningkat. Tanpa banyak pikir Dariel mengerti apa artinya karena beberapa minggu lalu keadaan semacam ini merupakan hal biasa. Baru sekitar dua minggu—atau lebih—Dariel sudah tidak merasakan debar semacam ini. Dan dia pikir tidak akan pernah merasakannya lagi.
Dariel mengendarai motornya seperti biasa seolah tidak tahu bahwa dia sedang mengawasinya. Sesekali ia melirik spion lalu mendapati sebuah mobil berwarna putih yang cukup ia hafal.
Dariel hafal mobil itu karena dia pernah mengawasi si empunya mobil. Lebih tepatnya anak buah Daddynya yang mengawasi sementara Dariel melihat dari foto-foto yang mereka kirim.
Ya, itu adalah mobil milik si tua bangka Dennis. Tadinya Dariel bermaksud menemui Aira saat menyadari wanita yang dicintainya berada begitu dekat. Tapi mengetahui Aira datang bersama Dennis membuat niat Dariel urung. Kalau begitu Dariel akan menunggu hingga Aira sendiri yang menghampirinya.
Setelah berjalan-jalan tak tentu arah, Dariel menghentikan laju motornya di alun-alun kota. Mobil yang ditumpangi Dennis dan Aira juga berhenti beberapa meter dari tempat Dariel.
Sengaja Dariel menunggu sambil memesan satu mangkok bakso. Dia bahkan memakan baksonya dengan nyaman di atas motor. Namun hingga perut Dariel kenyang, Aira tidak kunjung menghampirinya.
Dariel mendesah lelah. Mungkin begini lebih baik. Pasti Aira sekarang hanya datang untuk memastikan kondisi Dariel. Bukan ingin bertemu. Akhirnya Dariel menyerah dan berpura-pura tidak tahu bahwa Aira sekarang diicekam perasaan rindu. Segera ia memasang kembali helmnya, menyalakan mesin motor, lalu melesat cepat menembus lalu lintas hingga tidak bisa lagi dibuntuti mobil Dennis.
***
"Bocah itu mengebut. Aku tidak bisa mengejarnya." Dennis berkata dengan nada kesal sekaligus lega.
Aira yang duduk di sampingnya tidak menanggapi. Entah mengapa dia merasa bahwa Dariel tahu Aira sedang membuntutinya.
Aira teringat pengakuan Dariel bahwa pemuda itu bisa merasakan perasaan Aira. Bukannya ragu, tapi Aira masih belum terbiasa akan kenyataan itu hingga sangat sulit menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
In His Arm (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Aira tidak mengerti mengapa tiba-tiba bocah SMA itu terus membuntutinya. Bahkan suatu ketika, dengan kurang ajarnya bocah itu meminta Aira untuk menjadi kekasihnya. Sialan! Apa bocah itu pikir Aira adalah perawan tu...