12. Unpredictable

3.1K 664 27
                                    

Nindira, Cherry, Kai. Hanya tersisa mereka bertiga. Kai mengambil inisiatif lebih dulu untuk duduk di kursi mengelilingi meja bundar itu. Sementara Nindira dan Cherry masih berada di sudut yang berbeda enggan berdekatan dengan satu sama lain. "Jadi gimana? Rasa-rasanya gak mungkin kita lanjut main game lagi setelah semua yang terjadi. Tapi.. kalau kita stop di sini, artinya teman kita mati sia-sia." Pikir Kai.

"Gue gak mau mati." Jawab Nindira dengan tatapan mata kosong.

Cherry tersenyum miring. "Orang gila! Siapa juga yang mau mati! Makanya sebelum lo bunuh orang lain, lo tuh..."

Kai berdiri dari kursinya menghampiri Cherry. Cowok bule itu menggelengkan kepalanya meminta Cherry untuk berdiam diri saja menenangkan diri dari pada harus melontarkan kata-kata pedas yang bisa memicu perkelahian lainnya.

"Sekarang sisa kita bertiga aja, jadi gue mohon apapun itu. Jangan sampe lo bedua ngelewatin batas lagi!" pinta Kai memohon pengertian dari kedua temannya itu.

Berbeda dengan Nindira dan Cherry. Risa hanya berdiam diri saja, cewek itu gak berani angkat suara lagi setelah apa yang terjadi. Semakin ke sini Risa semakin sadar bahwa senjata utama yang digunakan untuk membunuh satu sama lain di rumah ini adalah 'mulut'.

Jay mendesis memiringkan kepalanya. Ia baru sadar kalau posisi Kai 'jauh lebih aman' dibanding dengan anak-anak lain.

Why? It's simple. Toh dari awal posisi Kai selalu menjadi penengah dalam perkumpulan ini. Ngerti kan? Gak kayak Hesa yang musuhan sama Shaka atau Nindira yang musuhan sama Cherry.

Kai tampaknya sama sekali tidak punya masalah dengan siapa pun. Tentu saja dalam sekejap hal itu bisa menjadikannya sebagai sosok penenang di tengah situasi yang bisa dibilang sangat-sangat di luar kendali ini.

"Lo berdua denger kan?" Tanya Jay pada Nindira dan Cherry. "Udah stop jangan berantem gak guna lagi, lebih baik sekarang kita cari jalan keluar aja dari rumah sialan ini!" ajak Jay pula yang memang dari tadi sibuk mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah berusaha mencari celah tidak peduli sekecil apapun yang penting mereka bisa keluar dari rumah ini.

Cherry mendelik tajam memandangi Jay yang menurutnya mendadak sok bijak. "Ck Jangan pura-pura bego deh! lo kan ada hp.Udah sana buruan telfon cari bantuan!" sindirnya.

"Hape gue ilang anj.."

"Jay!" sela Risa tak ingin Jay mengumpat sebab merasa hal itu sia-sia saja dan bisa memicu amarah lebih bagi siapa pun di sini.

Jay mengangguk dengan bibir mengerucut sebal saja, merasa kesal karena Risa tak membelanya sama sekali justru memintanya diam secara sepihak.

"Ya.. intinya siapa yang suruh lo nodong pistol ke gue? Jadi hilang kan tuh hape gue!" Kesal Jay.

Seolah belum usai, Jay kembali mendumel sendiri. "Dih.. Sayang banget mana mahal keluaran terbaru. Ck.. tau gitu gue bawa nokia senter aja."

Cherry mendengus merasa Jay malah playing victim. "Apaan sih lo! kan gue ga tau! Lo sih ngecurigain banget gerak geriknya dari awal!" elak Cherry.

"Hape kalian aja gimana?" sela Risa lagi memberanikan diri berharap Jay dan Cherry berhenti berdebat tidak penting.

Nindira menghela nafasnya. "Lo lupa? Kan Hesa yang nyimpan hape kita semua. Hesa aja udah mati, gimana mau nanyain," ucapnya begitu pasrah tidak ada harapan.

Mendengar jawaban Nindira sontak membuat mereka semua turut menunduk merasa hilang harapan. Ntahlah.. jika mereka tidak bisa keluar dari rumah ini segera mungkin. Bukan karena dibunuh, yang ada mereka bakalan mati karena kelaparan dan kehausan.

UNTRUSTED [ENHYPEN, STAYC, AESPA, ETC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang