Chapter 4

764 34 12
                                    

Disclaimer : Garassu no Kamen by Suzue Miuchi

FanFiction by Agnes Kristi

Setting : Lanjutan "Bersatunya Dua Jiwa 3"

============================================================

============================================================

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masumi termenung di halaman belakang Mansion Hayami, duduk di kursi taman seraya melihat ikan koi koleksi ayahnya. Mizuki yang mengosongkan semua jadwal membuat Masumi terdampar di rumah tanpa bisa melakukan apa-apa. Masumi tersenyum kecut, bagaimana bisa sekarang dia kalah dengan sekretarisnya sendiri.

"Tidak seharusnya kau ada di sini Masumi."

Masumi terkejut lalu menoleh dan mendapati sang ayah, Eisuke, bersama Asa, asisten pribadinya.

"Mizuki mengosongkan semua jadwalku Ayah," jawab Masumi tenang.

Eisuke menghela napas dengan sikap dingin putranya, "Kau tahu aku tidak sedang membicarakan masalah pekerjaan."

"Hhmm," gumam Masumi seraya mengalihkan kembali pandangannya pada kolam ikan.

"Kau memaksa pulang lagi?" tanya Eisuke.

"Aku hanya tidak suka suasana rumah sakit," Masumi berkilah.

"Itu bukan alasan. Kau bukan anak berumur lima tahun yang layak untuk merajuk saat berhadapan dengan dokter dan obat," Eisuke tampak kesal dengan jawaban Masumi yang seolah tidak peduli dengan keadaannya sendiri.

Masumi terdiam, mood-nya sudah berantakan tanpa harus ditambah perdebatan dengan sang ayah. Sayangnya, diamnya Masumi semakin menyulut kekesalan Eisuke.

"Aku mengupayakan kesembuhanmu tapi kau sepertinya lebih semangat untuk menghadapi kematian. Apa yang sebenarnya ada di dalam otakmu, huh?" Geram Eisuke.

Masumi masih setia menutup mulutnya, bahkan tidak mengalihkan perhatiannya sama sekali.

"Masumi-,"

"Tuan Besar," Asa menepuk bahu Eisuke perlahan, menggeleng saat tuan besarnya itu menoleh dan memincingkan mata padanya.

Eisuke menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Tahu kalau tidak seharusnya dia tersulut emosi. Kondisi saat ini memang bukan hal yang mudah untuk dihadapi, terlebih untuk Masumi yang bahkan sudah dididik dengan cara kerasnya.

"Maaf Tuan Muda, kalaupun Tuan Muda tidak nyaman untuk di rawat di rumah sakit, setidaknya ijinkan dokter merawat Anda di rumah. Tuan besar dan kami semua khawatir dengan kondisi Tuan Muda jika Anda terus memaksakan diri seperti ini," kata Asa yang berusaha menengahi hubungan ayah dan anak yang memang tidak pernah akur itu.

Seringai tipis menghiasi bibir pucat Masumi. Perkataan Asa justru terasa menggelikan baginya. Khawatir? Siapa mengkhawatirkan siapa? Dan untuk apa khawatir untuknya yang notabene bukan siapa-siapa.

HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang