Hati tak pernah bisa berbohong. Sekuat apa pun Masumi menahan rasa cintanya untuk Maya, tetap saja keinginan untuk memiliki gadis itu lebih besar. Ketika dua hati akhirnya bersatu, ujian datang untuk menguji keteguhan cinta mereka. Akankah keduanya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Maya melenguh lirih saat mendengar suara yang memanggil namanya. Tepukan di pipi membuatnya semakin tertarik ke alam sadar. Gadis itu membuka mata tapi kembali menutupnya saat merasakan kepalanya berdenyut sakit.
Mengenali suara yang memanggilnya, perlahan Maya kembali membuka mata. "Masumi?"
"Syukurlah, kau sudah sadar." Menghela napas panjang, Masumi menjatuhkan keningnya di bahu sang kekasih, tangan Maya masih dalam genggamannya. "Kau membuatku sangat khawatir." Pria itu masih bergeming di sisi tempat tidur Maya, bertumpu pada kedua lututnya.
Maya merasa bingung. Dia menatap sekeliling dan baru menyadari kalau dirinya berada di kamar, di apartemennya. Maya kemudian ingat, setelah pulang dari rumah sakit, dia pulang ke apartemen untuk menenangkan diri.
"Aku kenapa?" tanya gadis itu lirih. Hal terakhir yang diingat Maya adalah dia berada di bawah shower air dingin, dalam waktu yang lama. Mungkin memang benar-benar lama.
Masumi langsung mengangkat wajahnya. Matanya menatap Maya sendu. "Kau pingsan di dalam kamar mandi, di bawah shower yang menyala," jelas Masumi dengan tenang. Dia tahu kalau kekasihnya masih bingung dengan apa yang terjadi.
"Pingsan?" kedua alis Maya berkerut.
Masumi mengangguk lalu membelai kening kekasihnya. Dia merasakan tubuh Maya semakin hangat, selimut menutupi sebagian tubuh gadis itu. Menarik tangan Maya yang masih dalam genggamannya, Masumi memberikan sebuah kecupan di punggung tangan dengan mata tak lepas memandang wajah sang kekasih. "Apa yang terjadi, hm?" tanyanya selembut mungkin.
Gadis itu terdiam saat kilasan memori melayang-layang dalam ingatannya. Ajakan Koji, pertemuannya dengan Dokter Hayate, lalu ancaman Koji padanya. Astaga, mendadak Maya merasa dadanya sesak.
"Kau baik-baik saja?" Ekspresi wajah Masumi mengeras begitu melihat Maya kembali memejamkan mata dengan ekspresi kesakitan. "Maya?"
Alih-alih menjawab, Maya justru terisak dan itu membuat Masumi semakin bingung. "Maya, kau kenapa? Tolong, katakan padaku."
Maya menarik tangannya dari genggaman Masumi lalu menyusut air matanya. "Masumi, aku ...." gadis itu menggigit bibir bawahnya, menahan kalimat keluar dari bibir pucatnya. Dia tidak tahu harus berkata apa. Maya menangis.
Membelai kepala kekasihnya dengan lembut, Masumi mencoba menenangkan Maya. Kali ini dia tidak bertanya. Lama keduanya terdiam, hanya terdengar isak tangis Maya yang membuat hati Masumi sakit.