GADIS FILOSOFI BAGIAN 11

293 51 5
                                    



Warning!penuh drama!

Chapter mellow!

Selamat membaca ! 😊

***

VE POV

"Kinal..." Aku menatapnya sendu. Mudah menemukannya saat sudah tau dia dimana. Tapi pertemuan ini sangat tidak di harapkan. Dengan kondisi Kinal yang terduduk lemas di bawah tangga, dengan baju yang berantakan dan warnanya yang tak lagi putih.

"... Hai Ve.." senyumnya lirih. Matahari begitu cerah sekarang. Tapi senyum yang selama ini tak kalah saing dengan mentari, harus menyamar di bawah gelap. Bayangan dari tangga menutupi hampir seluruh tubuhnya yang terduduk lesu.

"Kamu kenapa kinal..?" Aku meraih pipinya dan mendapati luka memar di sana.

"gak apa Ve.." balasnya dengan senyum.

"gak apa gimana, ini pipi kamu memar Kinal! Baju kamu juga kotor, kamu diapain sama mereka?!" Tanya ku sedikit kesal. Dia hanya tertawa pelan lalu menepuk lantai di sebelahnya, isyaratkan ku untuk duduk.

"Kemarilah..."

Aku lalu duduk disebelahnya. Karna tangga yang menutupi kami cukup besar, orang yang berlalu lalang pun tak akan melihat kami. Belum lagi lorong tangga ini memang sudah jarang dilewati orang karna sudah usang dan terkenal angker. Tapi aku tidak mempedulikan bagaimana suasana di sekitar kami sekarang, yang aku khawatirkan adalah gadis di sebelahku, Kinal.

"Kau tidak takut?" Tanyanya

"Takut apa? Hantu? Aku tidak peduli, aku lebih mengkhawatirkan mu sekarang."

Dia lalu tertawa kecil dan menyenderkan kepalanya ke bahu ku. Aku sedikit kaget akan perlakuannya. Dan lagi, degup jantungku menari tak seirama.

"Aku." Jawabnya sambil memejamkan mata.

"Maksudnya?"

"Kau tidak takut kepada Ku?"

Hening menemani kami. Tak ada kata yang dapat utarakan jawabku. Hanya bunyi degup jantung yang masih sama, dengan pikiran masing-masing yang saling berbicara.

"Terkadang, Aku takut dengan diri ku sendiri Ve.." Katanya pecahkan hening.

"Kau tau.. Rumor yang beredar itu benar. Kakak ku seorang pemerkosa dan pembunuh. Dan karna dia aku harus mengalami ketakutan yang amat sangat besar..." sambungnya. Aku lalu menggenggam tangannya menenangkan.

"Aku takut saat hidupku hancur berantakan.. Aku takut saat seseorang datang dan memaki ku sebagai adik pembunuh.. Aku juga takut aku akan menjadi psikopat sepertinya.." Katanya pelan.

"Aku tumbuh menjadi seseorang yang tertutup, hingga dulu, guru ku menguatkan ku, ia berperan besar dalam hidupku..."

Aku mengeratkan genggaman tangannya dan mengelus-elus kepalanya. Karena aku sadar bahuku mulai basah.

"Ve... Aku bukan orang bijak, aku bukan gadis filosofi yang sangat memaknai hidupnya.. Aku Cuma seorang gadis biasa yang tidak punya arti untuk hidup, sekeras apapun aku mencoba, aku hanya akan berada dalam ketakutan ku, kemanapun aku berlari, aku hanya akan dijauhi..."

"Kinal.." Aku memeluknya erat. Tangisnya pecah dalam pelukan ku. Aku hanya diam tak mampu membalas kata-katanya. Tanpa sadar air mata ku menetes perlahan.

"Kinal... berhentilah mencoba.." aku menatapnya.

"berhentilah berlari..." sambungku.

Pandangan kami saling beradu.

GADIS FILOSOFITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang