Same Old Mistakes

197 33 0
                                    

Seluruh Sabtu gue habiskan bersama keluarga di rumah. Meskipun keluarga gue tinggal di Jakarta juga, tapi gue ingin sepenuhnya mandiri tanpa bantuan dari mereka sama sekali. Lagipula, rumah keluarga gue lumayan dari kantor sekitaran satu jam setengah dibandingkan apartemen gue yang jaraknya gak lebih dari 8 km ke kantor. Waktu awal-awal, gue sudah mencoba sih bolak balik rumah kantor, to be honest, capek banget. Nyampe rumah adanya emosi mulu karena selalu bergelut dengan kemacetan. Satu alasan lagi kenapa gue pindah adalah kerjaan gue yang suka lembur sampe pagi membuat gue capek kalau bolak balik rumah yang bisa ditempuh tiga jam sendiri pp, lalu kasihan aja kalau dengannya gue pulang pagi membuat waktu tidur mereka terganggu. Jadi ya gue nyari apartemen tengah kota dan aksesnya gampang kemana-mana, termasuk ke kantor. Tabungan gue emang belum banyak-banyak banget, tapi untungnya papa dengan baiknya mau membantu untuk ngebayarin separuh dari harga apartemen. Meskipun bilangnya ngebayarin gue, tetap aja gue juga nabung buat setidaknya ngebalikin duit papa nanti kalau udah ke kumpul semuanya.

Ardhan menyempatkan diri datang untuk makan malam bersama. Gue cukup terharu bagaimana gue bisa melewati hari-hari kelam jaman kuliah dan kerja di UK, dan berakhir tertawa bersama papa, mama, Bram, dan lelaki impian gue, Ardhan di Ruang tamu sambil menonton tv. Rasanya gue ingin memberhentikan waktu aja. Lalu, hari Minggunya ya seperti kalian tahu bahwa Daniel ngajak ketemuan. Gue sempat gak percaya aja bisa ketemua dia dan dia masih sudi menganggap gue teman setelah kejadian tersebut. Di hari ini lah, gue seperti cewek yang lagi mau ketemuan sama selingkuhannya. Bertemu dengan Daniel sebenarnya membuat gue menambah dosa yang ada. Gue bilang ke Ardhan kalau hari ini ada meeting sama client. Ardhan cuma bilang 'Good luck!' dan dia sama sekali gak curiga. Antara Ardhan yang kelewat percaya sama gue atau dia emang se-innocent itu, jelas-jelas mana ada sih ketemu klien di hari Minggu. ya pasti ada sih, cuma kan itu 1 banding 1000 banget kemungkinannya. Dari awal gue udah sangat malas semalasnya ketemu Daniel. Namun, Brian bilang kalau dia emang niatnya baik jangan sampai ngehalangin dia buat ketemu. "Ya menurut gue ya ketemu aja. Jangan menyalahgunakan itikad baik orang dan menghindar, yang ada lo dosa sendiri. Kalau lo ada acara ya bilang aja gabisa. I mean this is might your chance to clear everything out." Saran Brian pas gue nyamperin dia di BG lusa kemarin.

Akhirnya gue mengiyakan ajakannya dan disinilah gue jam 9 pagi udah mandi dan rapi-rapi, padahal biasanya gue juga kalau ke gereja sore karena gue menetapkan hari Minggu adalah hari yang bisa buat gue bangun siang.

Gue cuma dandan dan memakai baju seadanya. Awalnya gue mau pake ripped jeans yang kemaren baru dipake, tapi mengingat gue bakalan ke gereja juga, ya gue harus setidaknya berpakaian rapi. Masa mau ketemu sama Tuhan pakaiannya sembrono. Putusan akhirnya adalah memakai t-shirt putih polos dan trousers berwarna abu-abu yang baru saja beli di Zara minggu lalu. Daniel mengirim line kalau dia bakal sampai 5 menit lagi di bawah. Gue buru-buru mengambil tod's loafer hitam yang biasa gue pakai ke kantor dan berjalan kearah lift. Ketika gue sampai di lobby, Daniel sudah menunggu di dalam mobilnya dengan jendela terbuka.

"Kinan!"

"Hai." Jawab gue canggung. Udah gak lama ketemu, tiba-tiba diajak jalan bareng – mana cuma berdua lagi. "Susah gak nyari apartnya?"

"Not at all. Kebetulan rumah gue searah jadi udah tau sebelumnya."

Selama perjalanan ke gereja, kami berdua benar-benar diam, hanya suara radio yang menemani suasana canggung ini. Gue juga kalau mau ngajak dia ngobrol, bingung mau ngobrolin apa. So, silence is the best option for now....Danielnya kayaknya juga fokus sama jalanan jadi dia lebih memilih nyetir dibandingkan ngobrol. Atau mungkin.....dia sama bingungnya sama gue?

"So, how's life?" Dari beberapa ratus kalimat yang ada, Daniel lebih memilih nanya kabar dibandingkan yang lain. Setelah misa tadi di gereja, sesuai janjinya Daniel ngajak ke gue makan mie ayam buat makan siang.

LacunaWhere stories live. Discover now