Me and My Ego #1

373 36 1
                                    

Oktober, 2016

Banyak yang bertanya-tanya mengapa gue masih mendendam perasaan terhadap flatmates gue ini. Gak banyak sih, cuma dua orang aja, yaitu Brian dan Ara. I've seen all the bad and good things from him, yet I still choose to like him. Daniel yang seenaknya sendiri, yang jorok, yang suka gak nyuci gelas kopinya, yang suka ngetokin pintu gue kalau dia butuh snack malem-malem, yang nangis-nangis curhat tentang Allisja.  Brian sempet nanya sama gue, apa sih kelebihan dari seorang Daniel dan kalian tahu gue jawab apa?

"He cares for everyone even though he doesn't know them. He likes to remind me to pray every night. His loves for his grandma is something that I've never seen of, he stays up late just because his grandma wants to call him first in the morning......" omongan gue terputus ketika Brian kembali menyadarkan gue kalau gue lagi ngomong sama dia bukan sama Daniel.

"Woi Nan, udah jangan dipikirin terus. Serasa gue jadi nyamuk banget dah"

"Ih apaan sih bri. Jelas-jelas lo nanya ke gue kenapa ya gue jawab dong???"

"Iyaaaa sih, tapi daritadi lo ngomongin dia terus. Gimana gue gak begah coba" gue tertawa mendengarkan jawabannya yang gue yakin keluar dari hati yang paling dalam.

"Okaaaaay, now your turn." Gue mempersilahkan Brian untuk bercerita tentang hidupnya sendiri.

"Gue apanya?"

"Ya ceritain band lo gimana sekarang? Atau tentang kuliah kek? Tentang cewek juga boleh"

"Gak ada cewek gue. Belum nemu yang pas. Kalau tentang kuliah, ya gitu-gitu aja pusing banyak tugas. Liat nih gue beloman selesai karena stuck dan akhirnya gue nge-skype lo." Brian mencoba skype gue ketika gue abis selesai makan malam jam 7, yang berarti di Bandung jam 1 pagi. Untungnya, hari ini gue pulang cepet jadi bisa langsung mengiyakan ajakan skypenya dalam waktu satu menit setelah dia nge-chat gue.

 Untungnya, hari ini gue pulang cepet jadi bisa langsung mengiyakan ajakan skypenya dalam waktu satu menit setelah dia nge-chat gue

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Btw nihhhh, Daniel suka sama lagu enam hari! Yang apa tuh judulnya I Smile ya?"

"Iya itu. Ah Daniel mulu yang lo inget, nan." Gerutu Brian sebal.

"Jangan marah dong, Bri! Gue juga suka kok lagu yang itu, tapi lebih suka lagi yang When you love someone sama I Loved You! Parah liriknya ngena abis. Yang nulis liriknya siapa sih?

"Gue, nan." Gue melongo tidak percaya mendengar jawabannya

"Hah serius elo? Beneran? Kok lo bisa menye-menye gitu sih? Habis kesambet apa lo? Jangan-jangan lo lagi galau cewek tapi gak cerita-cerita sama gue ya?!?!" Gur bener-bener memborbandir berbagai pertanyaan ke dia, setelah mendapatkan jawaban kalau emang beneran si brian temen gue, si tengil yang suka guling-guling di lantai pake kolor doang kalo di rumah, bisa bikin lirik lagu — romantis pula!

"Ya gitu deeeeh. Inspirasi kebanyakan dari film sih" jawabnya pendek. Entah apa gue aja yang terlalu peka dengan sahabat gue ini apa gimana, tapi dia kayaknya lagi lesu banget wajahnya. Dengan kantong mata yang semakin kebawah, gue yakin seratus persen dia pasti lagi galau cewek. Karena seorang Brian yang gue kenal suka gak pedulian sama yang namanya tugas. Percakapan kami berdua berjanjut sambil saling nemenin nugas satu sama lain, dan sambil karaoke-an via skype. Kebanyakan sih lagu-lagu jaman dulu, kayak lagu Sheila on 7 tahun 2000-an, ost-nya ada apa dengan cinta, atau lagu kekinian kayak Hivi!. Brian yang pertama memutuskan untuk menyudahi hubungan video call kami, katanya udah ngantuk berat, pengen tidur karena besok dia kelas pagi. Ya gimana enggak, dia baru tidur jam 4 pagi dan besok kelasnya jam 8 pagi. Emang orang nekat semacam Brian yang cuma bisa kayak gitu.

LacunaWhere stories live. Discover now