"Ardhan? Tumben nelpon malem-malem?" Tepatnya jam 1 pagi Ardhan menelpon untuk pertama kalinya dalam dua hari. Ardhan bilang sinyal susah di dapat, jadi harus sabar buat berkomunikasi selama beberapa hari ini. Gue hanya mengangguk mengerti karen mau ngomel-ngomel juga buat apa, kan salah sinyalnya bukan Ardhannya.
Jam dua dini pagi itu adalah waktu gue baru saja selesai hapus make-up, mandi dan baru aja mau tidur. Sekitar jam 1 pagi tadi, gue baru saja balik dari gala dinner dan jujur aja badan serasa udah mau copot dan pegel banget. Gimana enggak, gue diharuskan standby dari jam 12 siang di venue, sedangkan acara mulai jam 7 malam. Lebih parahnya lagi, paginya gue ngantor dulu buat ngurusin beberapa-beberapa hal dengan client.
"Kangen masa gak boleh. Mumpung ada sinyal nih aku telpon kamu. Untung kamu angkat." Gue berjalan kearah sofa dan duduk selonjoran menghadap jendela sambil melihat pemandangan Jakarta pada pagi hari.
"Aku baru aja pulang, Ar, dari gala dinner majalahku." Gue menjelaskan supaya Ardhan tidak merasa bersalah untuk menelpon disaat jam segini. "Kamu gimana disana? Kerjaan udah beres?"
"Aku masih belum selesai nih kira-kira dua tempat lagi lah baru bisa pulang. Enak kamu ya udah selesai kerjaannya." Rengeknya dengan suara manjanya yang khas. Gue bisa membayangkan pasti ekspresi mukanya sambil manyun.
"Hahaha iya jadinya aku bisa santai-santai dirumah. Kamu bilang waktu itu lusa pulang. Berarti belum fix dong baliknya kapan?" tanya gue untuk memastikan jadwal pulangnya Ardhan. Ardhan memang baru sekiranya setengah tahun kerja di perusahaan ini, tapi dia sudah diberi kesempatan untuk dinas ke luar kota, apalagi dia pernah ke Singapore, menggantikan bos-nya untuk presentasi di salah satuinternational conference.
"Belum, Nan." Terdengar suaranya pelan. "Maaf ya kita mau ngerayain anniv jadi ketunda deh gara-gara aku."
"It's okay. Kita udah ngerayain dua kali bareng-bareng jadi ya gapapa lah bolong sekali. Yang penting kamu baik-baik aja disana jangan sampe kenapa-kenapa."
"Udah ya telponnya, Nan, aku tidur dulu. Besok mulai pagi soalnya. Love you."
"Okaaay. Bye Ardhan."
Then I realised this is the first time I did not reply his 'I love you' words back.
November, 2017
Sudah lebih dari dua bulan gue tinggal di London. Kesan pertama tinggal disini ya.... gak ada bedanya juga sih sama Manchester, sama-sama sibuk, sama-sama berisik (Although London is busier and louder than Manchester), secara Manchester adalah kota terpadat dan tersibuk setelah London. Gak ada yang berbeda dari kehidupan seorang Azalea Kinanthi setelah lulus kuliah. Gue masih diharuskan tetap bangun pagi. Bedanya kalau dulu kelas gue jam 9, gue masih bisa bangun jam setengah 9an, tapi disini gue harus bangun setidaknya bangun satu jam setengah sebelum jam 9. Soalnya kantor gue lumayan jauh dari flat dan mengharuskan commute naik underground setiap harinya.
Kalau enaknya tinggal di London adalah gue punya dapur sendiri gak perlu sharing sama orang lain! Gue memilih studio buat tempat tinggal selama setahun kedepan ini karena gue pasti akan lebih sering pulang malem, entah untuk ketemu client ataupun diajakin ke bar dulu. Biasanya setelah itu, gue suka tiba-tiba kelaperan padahal sebelumnya udah makan, jadi daripada harus menganggu orang-orang dengan bau masakan dan suara-suara di malam hari – gue memutuskan untuk nyewa studio flat instead of ensuite flat.
Digital clock yang gue taruh di meja sebelah tempat tidur menunjukkan pukul delapan. Gue mengehela nafas sambil menepuk-nepuk bantal saking kesalnya. Seharusnya hari ini gue pergi ke Edinburgh untuk menghadiri salah satu launching produk dari perusahaan client. Tapi dengan bodohnya gue lupa kalau hari dimana gue harus berangkat, adalah hari gue membooking appointment buat memperpanjang paspor di KBRI. Dan kalian tahu? Gue baru sadar dua hari sebelum berangkat. Alhasil tiket pesawat hangus dan tugas buat ngeliput acara tersebut dialihkan ke Jane, partner kerja gue. Jane-nya sih senang-senang aja karena dia bisa kerja sekaligus bertemu dengan keluarganya (dia asli Scotland by the way). Tapi gue? memaksa badan untuk bangun dari tempat tidur dan berjalan gontai ke kamar mandi.