Part 2a

24.1K 3.2K 291
                                    

And when the world is not enough
Baby, are we worth the fight?
(Ain't Giving Up On You, Craig David)

Jantung Yudhistira hampir lepas mendengar kata itu.

BUNTING!

Hanya membayangkan Dita dengan perut besar tanpa suami sudah bisa membuat laki-laki bergidik ngeri. Terlepas dari bahasa kasar Nakula danSadewa -Yudhistira dan Dita memang lebih terbiasa menggunakan kata-kata halus dibanding si kembar yang pergaulannya luar biasa- kata itu yang paling membuat Yudhistira takut karena ia diamanatkan oleh Tante Indah untuk menjaga gadis konyol itu.

Dita adalah sepupunya angkatnya dan Yudhistira adalah anak angkat keluarga Ansharri karena pasangan itu lama tidak memiliki keturunan setelah lima tahun pernikahan Setelah mengambil Yudhistira dari panti asuhan, lima tahun kemudian ibu angkatnya mengandung dan lahirlah Nakula dan Sadewa. Sedangkan Dita lahir 1 tahun kemudian, hingga ia selalu menjadi adik sepupu perempuan kesayangan mereka.

Yudhistira ingat Tante Indah mengijinkan Dita merantau bekerja ke Jakarta asal ia dan adik kembarnya tinggal bersama. Pada akhirnya, memang Yudhistira tidak bisa memantau Dita karena tuntutan pekerjaannya sebagai auditor di sebuah lembaga audit keuangan asing membuatnya berpindah-pindah tempat tinggal. Tetapi pekerjaannya itu yang membuat dia mampu memiliki apartemen kelas premium di daerah Jakarta Selatan dan sekarang apartemen itu ditempati Dita yang bekerja di sebuah bank swasta dan Nakula serta Sadewa yang bekerja sebagai arsitek dan programmer freelance sedang mengambil pendidikan strata dua di universitas negeri terbaik se-Indonesia yang terletak di daerah Depok.

Laki-laki itu menganggap Nakula dan Sadewa bisa diandalkan, tetapi ternyata tidak! Mereka kelakuannya sama saja seperti Dita yang bengal.

"Jadi, bulan depan kalian harus mengosongkan apartemen ini." Yudhistira bersedekap memandang tiga adiknya yang duduk di pinggir ranjang bersisian.

Dita melotot bingung mendengar Yudhistira mengusir mereka sedangkan Nakula dan Sadewa saling memandang dengan tatapan panik.

"Tapi Mas Yudhis, kami kan nggak pernah bermasalah selama ini. Begitu Dita datang semuanya kacau." Nakula membela dirinya.

"Apa-apaan? Enak saja menimpakan kesalahan padaku, coba lihat ruang duduk, itu kan hasil kalian yang ngemil nonton TV." Dita meradang, tidak terima disalahkan.

"Kamu kan perempuan, Dita.. kudu beres-beres rumah harusnya." Sadewa menimpali, membantu kakak kembarnya.

"Kalian pikir aku pembantu. Enak saja." Dita mendelik dan berdiri dari duduknya, menatap si kembar penuh kemarahan. Ia sudah bersedia memasak untuk mereka bertiga, masa membersihkan rumah juga dijadikan tanggung jawabnya.

Yudhistira nyengir melihat pertengkaran adik-adiknya, sebenarnya ia hanya memberikan shock therapy agar trio bandel ini sedikit sadar.

Tiba-tiba serentak mereka menoleh pada Yudhistira, sekonyong-konyong bertingkah berkomplot.

"Mas Yudhis..." Nakula memulai, ia tersenyum manis sambil mengerjapkan matanya pada laki-laki dengan tinggi 181 senti itu.

"Mas Yudhiis..." Sadewa juga ikut-ikutan, nada bicaranya mulai mengerikan di telinga Yudhistira, manis seperti bencong salon.

"Mas Yudhiiisss..." Dita menggelayuti lengannya, membuat Yudhistira menaikan alis matanya karena gadis bengal itu jarang sekali memanggilnya dengan nama itu, biasanya selalu 'Dhisti' karena panggilan itu ejekan baginya.

Nama itu terdengar sangat feminin kan?

Dita membimbing Yudhistira duduk di kursi, lalu memijat lengannya.

My Perfect Polar BearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang