Part 19b

13.6K 2.4K 232
                                    


Maybe I waited too long
Maybe I played my cards wrong
(Dive, Ed Sheeran)

Telah lebih dari satu minggu Yudhistira menikmati sarapan yang dibuat oleh Dita dan membawa bekal makan siang juga Yudhistira menebak-nebak kembali makanan yang berada di dalam kotak makan yang masih dibungkus dengan indah.

Mendekati jam istirahat Yudhistira meminta seorang OB untuk menghangatkan bekalnya di dalam microwave di pantry, gawai milik Yudhistira berdenting, tanda sebuah pesan WA masuk. Laki-laki itu mengambil gawainya dan menyalakan layarnya.

Ulfa: Yud, kemarin Citra cerita ketemu kamu di resto steak. Kamu kok nggak bilang-bilang sih?

Yudhistira tersenyum, ia segera menjawab pesan Ulfa.

Yudhistira: Iya, aku mau menghubungi Bu Ulfa sore ini. Pengen ngebahas gimana lanjutannya.

Ulfa: Ya, jalani saja. Kamu sudah kenal Citra dari dulu kan? Dari dia sering main ke kantor kita. Jadwalin ke rumah paman Citra, tempat ia tinggal di Jakarta. Sekalian bawa adik sepupumu. Citra nggak mau kamu datang sendiri atau jalan berduaan saja.

Yudhistira: Siap, Bu! Dilaksanakan!

Ulfa: *emoticon ketawa*

Apa yang disampaikan Ulfa lewan pesan WA benar juga, Yudhistira harus banyak-banyak berinteraksi denga Citra kalau ia memang ingin serius dengan gadis berhijab itu. Dia juga akan meminta Dita untuk menemaninya jika ia berkunjung ke tempat tinggal Citra. Yudhistira merasa Dita pasti akan dengan senang hati melakukan apa yang ia inginkan karena hubungan mereka akhir-akhir ini sangat dekat dan ia yakin Dita akan mendukung perjodohannya dengan Citra.

***

Jumat malam, Yudhistira pulang sedikit larut dari biasanya karena deadline pekerjaan audit di salah satu cabang pembantu. Dita pulang sendiri dengan ojek online, gadis itu mulai menggunakan jasa kendaraan roda dua itu demi satu kata, yaitu penghematan. Ketika membuka pintu apartemen, ruang duduk masih terang dan ia melihat Dita sedang tertidur di sofa sedangkan televisi masih menyala.

Apa Dita ketiduran karena sengaja menungguku?

"Chloe, bangun... tidur aja di kamar, ntar kamu pegal kalo tidur sambil duduk begitu." Yudhistira mengguncang pundak Dita, berusaha membangunkannya.

Mata Dita mengerjap beberapa kali, menyesuaikan dengan cahaya penerangan di ruang duduk. "Eh, Mas Dhisti... pulangnya malam banget."

Dengan santai, Yudhistira membanting tubuhnya sendiri di samping Dita dan membuat gadis itu sedikit terkejut karena tubuh mereka sangat dekat.

"Biasa, harus lembur karena deadline. Demi sesuap nasi dan sebongkah berlian," ucap Yudhistira, ia menoleh dan nyengir pada Dita.

Mata Dita menatap jam dinding, ia menyadari hari itu bukan tengah malam lagi tapi hampir jam dua dini hari. Gadis itu menggelengkan kepalanya dan memandang Yudhistira dengan tatapan kasihan.

"Tapi tetap jaga kesehatan, Mas... kalau kamu sering kerja kayak gini, badanmu bisa habis."

"Makanya, Chloe... aku kepingin pulang ke Palembang. Ritme kerja di daerah jauh berbeda daripada ibukota, walau berbanding lurus dengan penghasilannya juga. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, apa sih yang dicari? Uang? Harta? Kekuasaan? Sepertinya aku nggak begitu bernafsu seperti dulu mengejar semuanya."

"Ya ampun Mas, baru bangun tidur aku disuruh ngobrol berat kayak gini." Dita tertawa lalu melemparkan bantal sofa padanya. "Kamu sih wajar nggak mengejar tiga hal yang kamu sebut tadi karena kamu sudah punya semuanya."

My Perfect Polar BearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang