Part 10a

14.9K 2.2K 375
                                    

You just want attention
You don't want my heart
Maybe you just hate the thought of me with someone new
(Attention, Charlie Puth)

Setelah bertengkar, hubungan mereka sedikit renggang. Si kembar yang menyaksikan aksi diam kedua saudaranya hanya mengernyitkan kening, heran dengan apa yang terjadi. Dua hari yang lalu mereka baru menyaksikan keakraban Yudhistira dan Dita tapi hari ini mereka seolah seperti dua anak kecil yang sedang ngambek.

Aksi perang dingin terjadi begitu nyata pada sabtu pagi, di tengah sarapan bersama. Dita memasak burgo, masakan tradisional Palembang lagi atas permintaan si kembar. Sedangkan kemauan Yudhistira yang sudah dari minggu lalu kepingin model gandum, tidak didengar sedikitpun oleh Dita. Padahal kalau dari cara memasaknya, model gandum jauh lebih gampang.

"Nakula, tolong ambilin sambal, dong, " pinta Dita pada salah satu sepupu kembarnya. Botol sambal berada di sebelah tangan kanan Yudhistira sedangkan posisi Nakula berada di samping kanan Yudhistira.

"Kan elu bisa ambil sendiri, Dit," jawab Nakula, ia tahu kalau Dita merasa segan mendekati Yudhistira.

Yudhistira yang sedang makan, mendesah lelah. Ini pasti imbas dari sikap tidak setujunya beberapa hari yang lalu dan berlanjut dengan dirinya membuntuti pasangan itu setelah pulang kerja.

Tanpa banyak bicara, Yudhistira meletakkan botol sambal di depan piring Dita. Ia tersenyum tipis, sementara Dita hanya mengucapkan terima kasih sambil membuang muka.

Sadewa menatap wajah Dita dan Yudhistira secara sembunyi-sembunyi, menebak apalagi yang terjadi di antara mereka. Malam tadi mereka pulang bersamaan dengan mobil yang berbeda. Wajah Dita terlihat marah dan tampang Yudhistira datar, mereka sama sekali tidak bicara hingga pagi ini.

Sebenarnya, sudah hampir tiga hari Dita dan Yudhistira tidak berbicara sama sekali.

***

Sambil membersihkan ruang makan, Dita mengingat malam tadi kencan malam sabtunya yang diganggu Yudhistira dengan sukses. Sungguh menyebalkan sikap Yudhistira padanya beberapa hari belakangan, ia menyadari memang itu konsekuensi yang harus ia dapat ketika memutuskan untuk mempertahankan Haikal. Yudhistira sudah mengingatkan hal itu dari awal.

Dita menghela napas, ia melihat kotak sampah yang sudah penuh dan artinya sampah itu harus dipindahkan ke tempat penampungan sampah yang berada di belakang apartemen. Ia mengikat kantong sampah itu dengan simpul dua kali dan menariknya keluar dari kotak sampah. Dita mencari keberadaan Nakula atau Sadewa yang biasanya bertugas membuang sampah di hari minggu, sialnya mereka tidak ada. Kembali Dita menghembuskan napasnya kembali

Ternyata cukup berat dan bau!!!

Dita juga baru ingat kalau tempat sampah di dalam kamarnya juga sudah penuh. Ia segera membereskannya dan sekarang hasil yang ia dapat adalah tiga kantong sampah besar dan Dita tahu ia akan kesulitan membawanya ke ruang pengumpulan sampah yang berada di lantai dasar. Dan Dita tidak ingin mengerjakan ini dua kali alias bolak-balik, jadi ia memaksakan dirinya membawa tiga kantong sampah besar sekaligus. Dengan langkah tertatih, Dita menyeret tiga kantong itu dan sebelum sampai ke pintu depan, betisnya menabrak sudut meja ruang duduk.

"Aduh!"

Pintu kamar tidur Yudhistira terbuka, laki-laki itu keluar kamar dan terlihat baru mandi karena rambutnya yang basah dan dari tubuhnya menguar wangi sabun beraroma maskulin yang segar. Ia segera mendekati Dita yang sedang berjongkok, gadis itu menggosok betisnya yang mulai memerah.

"Kenapa, Chloe?"

Dita menengadah, melihat Yudhistira melihatnya dengan wajah khawatir. Dita hanya menggeleng, ia tidak ingin dikasihani hanya karena luka memar sepele ini. Laki-laki itu menggeleng, menyadari tiga kantong plastik sampah besar di samping Dita. Ia menggeleng maklum.

My Perfect Polar BearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang