Part 4

20.3K 2.6K 276
                                    

This gonna be a heavy night
Way too many tricks, ain't me even start it
Never need to apologize
We already know we're far from perfect
(I Know You, Bastille feat Craig David)

"Mbak Dita, saya minta semua dokumen transaksi operasional dari awal tahun sampai akhir bulan kemarin." Yudhistira tiba-tiba muncul di depan pintu ruang kerja Dita tanpa mengetuk pintu lebih dahulu. Dita yang sedang mengerjakan proses pencairan deposito milyaran rupiah milik seorang pengusaha terkenal, terlonjak kaget. Sebenarnya sambil bekerja, ia juga mengkhayalkan sang dokter mata.

"Baik, Mas Dhis..." kata-kata Dita menggantung di udara karena Yudhistira melotot dan mengacungkan telunjuk penuh peringatan padanya.

Dengan cepat Yudhistira menutup pintu di belakangnya dan berjalan menuju meja kerja Dita.

"Hati-hati, Chloe," bisiknya sambil melihat semua barang yang berada di atas meja kerja gadis itu. Seperti biasa, Dita terlihat sangat terorganisir kalau di depan umum. Yudhistira sampai tersenyum melihat alat tulis kantor yang disusun rapi dan berurutan sesuai dengan fungsinya.

"Kamu yang harus hati-hati, Mas," jawab Dita riang. "Kamu masuk ke ruanganku dan menutup pintu. Kalau ada yang melihat dan ada apa-apa, jelas orang bisa melihat siapa yang menjadi tersangka," lanjutnya kembali.

"Tolong, panggil aku dengan nama lengkapku dan dengan sebutan 'Pak'. Ini kantor bukan rumah." Yudhistira berkata tajam lalu dengan cepat ia membuka pintu ruang kerja Dita kembali. Dengan santai, ia duduk di kursi yang berada di depan meja kerja Dita sambil tersenyum, membuat Dita menaikkan alisnya, bingung.

"Apa yang Anda tunggu, Pak?"

"Dokumen operasionalnya."

Dita menghela napas, "Dokumen yang Anda pinta sangat banyak dan akan membutuhkan waktu untuk mengumpulkannya. Saya akan mengantarnya satu jam lagi ke ruang Anda."

Seulas senyum ditahan di bibir laki-laki itu. Ia mengagumi kepiawaian Dita mengubah dirinya dalam waktu beberapa detik, memperlakukan Yudhistira dengan resmi, seolah mereka tidak pernah mengenal satu sama lain. Yudhistira berdiri dari tempat duduknya, memajukan tubuhnya sedikit ke arah Dita. Ia berkata pelan. "Dita, terima kasih. Teruslah bersikap profesional."

"Baik. Saya akan segera mengumpulkan dokumen dan saya rasa Anda mempunyai banyak hal yang harus dikerjakan sebagai auditor."

Dita tersenyum dan mengerjap. Ia segera berdiri dan membuka pintu ruang kerjanya, mengusir Yudhistira dengan halus dan hampir membuat laki-laki itu tidak dapat menahan tawanya.

Dita ternyata sangat berbeda, ia terlihat sangat memesona di kantor tetapi sangat mengerikan di apartemen. Pencitraan diri yang sangat sempurna!

***

Suara langkah kaki terdengar memenuhi ruangan duduk. Dita bolak-balik berjalan di ruangan itu dari pukul delapan malam, menunggu kepulangan Yudhistira. Beberapa menit kemudian, telinga Dita menangkap suara pintu depan dibuka dan ia segera berlari. Akhirnya orang yang ia tunggu-tunggu, datang juga.

"Mas Dhistiiii!!!" jerit Dita sebal ketika melihat wajah Yudhistira yang dihiasi cengiran lebar.

"Eh, apa-apaan teriak-teriak? Orang baru pulang ya disambut salam, Neng. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam,"jawab Dita datar lalu memutar matanya kesal.

Laki-laki itu melonggarkan dasinya lalu berjalan menuju kamar tidurnya, meletakkan tas kerja dan jas yang tersampir di lengannya. Dita mengikutinya hingga ke kamar tidur. Setelah membuka beberapa kancing teratas kemeja dan menggulung lengan kemeja, Yudhistira menaikkan alisnya pada Dita. Bertingkah seolah-olah tidak mengerti.

My Perfect Polar BearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang