Part 25b

18.9K 3.2K 370
                                    

I could try to smile to hide the truth
But I know I was happier with you
(Happier, Ed Sheeran)

"Mas Dhisti..." bisik Dita ketika melihat laki-laki itu tersenyum padanya, tatapan Dhisti terlihat pedih tetapi laki-laki itu masih sanggup menunjukkan rasa sayang dengan mengacak puncak kepala Dita dengan lembut.

"Halo, Chloe..." sapa Yudhistira, ia masih tidak memedulikan Sadewa yang berada di samping Dita, tangan Sadewa yang tadi menggenggam Dita erat telah dilepaskan oleh gadis itu dengan pelan, hampir tak terlihat. Yudhistira menyembunyikan tawanya ketika Dita tanpa sadar menepis tangan Sadewa.

Bukan namanya Sadewa kalau dia tidak menganggap kejadian tadi tidak begitu berarti padanya. Dengan penuh percaya diri, ia melangkah maju dan menegur kakak tertuanya.

"Wah, Mas Yudhistira... sudah nyampe aja." kata Sadewa. Masih dengan senyumnya yang sangat lebar yang terlihat menyebalkan di mata Yudhistira.

"Baru tadi nyampenya. Kamu pulang kok nggak ngomong-ngomong, Wa?" sindir Yudhistira tajam.

"Kayaknya aku nggak punya kewajiban buat ngasih tau kamu, Mas." Sadewa tetap bersikap tenang.

"Nggak bisa kayak gitu. Kamu masih numpang di apartemenku. Kalau ada apa-apa sama kamu, aku yang bertanggung jawab," balas Yudhistira, dengan suara yang sedikit meninggi dan kasar, ia mengingatkan status adik-adiknya yang masih menumpang padanya.

Dita menggelengkan kepala, ia tidak mau ikut-ikutan dalam pembicaraan saling unjuk kekuasaan antar sesama lelaki. Dita sedikit merasa was-was dengan kedatangan Indah yang mendengar sedikit keributan di ruang tamu.

"Eh, ada apa ini? Kalian kok seperti bertengkar. Yudhis, ibu kan sudah bilang kalo Sadewa ke sini buat menegaskan dia lagi mendekati Dita. Kamu pasti senang, kan, Dita yang selalu jadi beban pikiranmu nikahnya sama adikmu juga." Ibu mengoceh dengan riang, sementara Dita menepuk kepalanya dan menyembunyikan diri di balik tubuh Sadewa, ia merasa ngeri dengan reaksi Yudhistira.

Sadewa mengerjap polos pada Yudhistira, ia sudah memperkirakan pasti Indah memberitahu apa yang ia lakukan kemarin malam, yaitu meminta ijin pada Indah untuk mendekati Dita dengan tujuan akhir menjadikan adik sepupunya sebagai istrinya.

"Tentu saja, Bu, Yudhis senang mendengarnya," jawab Yudhistira, suaranya berubah santai kembali dan bersikap manis pada Indah.

"Syukurlah, Ibu kira kamu nggak setuju. Wah, seharusnya Nakula pulang juga ini, biar kita ngumpul semuanya."

"Oh, Ibu maunya begitu? Tenang saja, aku bisa minta dia pulang malam ini juga dan membelikan dia tiket pesawat." Sikap Yudhistira makin manis dan terlihat aneh bagi Sadewa dan Dita.

"Wah, kalau begitu sekalian aja, Yud, suruh Nakula pulang." Indah makin antusias, ia menepuk pundak Yudhistira dan menghilang ke bagian belakang rumah. Memang kadang kebahagiaan bisa membutakan diri terhadap apa yang terjadi di sekitar, Indah sama sekali tidak menyadari suasana yang makin tegang. Bagi Dita sangat tidak tertahankan melihat wajah Yudhistira yang berpura-puran seolah semuanya baik-baik saja.

Yudhistira segera mengeluarkan gawai dan menghubungi Nakula melalui whatssapp. Ia juga membuka aplikasi agen perjalanan, melihat jadwal keberangkatan dan harga tiket pesawat.

Udara terasa sangat tipis bagi Dita, rasanya ia tidak bisa bernapas. Dita tahu ia harus mengambil tindakan untuk menghentikan Yudhistira. Gadis itu mendekati kakak sepupunya dan mencengkram tangan laki-laki itu yang sedang memegang gawai. Sadewa menaikkan alisnya melihat keberanian Dita

"Mas Dhisti, sudahlah... Kamu ngapain, sih?" desis Dita kesal.

"Wah, akhirnya kamu bicara denganku, Chloe." Yudhistira tertawa kecil, sebetulnya ia menertawakan dirinya sendiri yang tampak bodoh saat ini.

My Perfect Polar BearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang