I'm not scared to be seen
I make no apologies, this is me
(This is Me, Keala Settle)"Udahan nangisnya?" Yudhistira melirik ke samping, melihat puncak kepala Dita yang masih menunduk dan bersandar di pundaknya, bahu gadis itu masih bergetar karena terisak.
"Belum, Mas. Kamu pelit amat sih, minjemin bahu aja perhitungan, " omel Dita sambil sesunggukan.
Yudhistira nyengir, Dita sudah bisa mengomelinya artinya gadis itu sudah tidak terlalu emosional lagi saat ini.
"Bukan pelit, ini sudah jam enam sore Chloe Sayang. Magriban, yuk." Yudhistira menepuk-nepuk kepala Dita kembali dengan penuh rasa sayang. Laki-laki itu tahu Dita bukan menangis karena sedih tapi karena kecewa harapannya yang hancur seketika akibat dikhianati Haikal.
"Magrib masih 15 menit lagi. Bentar lagi..." Dita kembali menyurukkan kepalanya di bahu Yudhistira.
Kembali Yudhistira nyengir, kali ini dia nyengir pada orang-orang yang lalu-lalang memerhatikan mereka. Posisi mereka memang sedikit mencolok, duduk di kursi kayu yang berada di dalam taman mall.
"Oke-oke, jadi kamu mau maunya apa, Chloe? Kalau kamu masih kesal ya kamu ngomel kek, teriak kek, ngamuk juga boleh."
"Di tengah taman mall kayak gini?" Dita memandangi sekelilingnya, memyadari mereka telah menjadi pusat perhatian semua orang yang melintas di taman.
"Baru ngeh kita diliatin dari tadi? Sekalian aja, udah dipelotoin dari tadi... kalau kamu ngamuk paling aku pake alibi kamu lagi stress." Yudhistira menaikkan alis matanya, geli melihat Dita tiba-tiba merasa malu.
"Beruang kutub gaje!"
"Chloe, nyampah aja deh sekalian. Kan aku memang tempat sampahmu... atau paling nggak ya kamu cerita apa sih yang bikin kamu kesal? Kamu patah hati banget sama dokter mata tapi rabun kompleks itu?"
Dita mengembuskan napasnya, yang dikatakan Yudhistira sangat tepat. Ia mengumpulkan semua uneg-uneg yang ingin ia keluarkan sebelum bicara.
"Aku menyadari kalau aku nggak mencintai Haikal, Mas. Perasaanku padanya sekadar kagum belaka."
Yudhistira menyeringai dan ia tidak tahu kalau cengirannya sangat lebar dan membuat Dita memutar matanya.
"Lalu?"
"Aku menginginkan dia hanya untuk memuaskan egoku semata. Aku hanya ingin teman-teman dari masa lalu yang memandangku sebelah mata, menatapku kagum di hari pernikahanku karena aku berhasil, aku sukses dalam hidupku."
Yudhistira bersedekap, menatap lembut Dita yang bercerita dengan mata menerawang.
"Ternyata, menjalani hidup dengan memakai standar orang lain itu nggak menyenangkan. Aku hanya memikirkan bagaimana penghargaan orang terhadapku tanpa aku menghargai diriku sendiri," ujar Dita pedih, ia baru belajar mengenai ini dan rasanya sangat memalukan, menyakitkan.
Kembali Yudhistira meraih kepala Dita lalu ia sandarkan ke bahunya. "Selalu ada harga yang pantas yang dibayar untuk belajar dalam kehidupan, Chloe. Hidup ini memang tempat pembelajaran tanpa akhir."
Gadis itu mengangguk dan ia merapatkan tubuhnya pada Yudhistira. Kadang, Dita merasa terheran-heran bagaimana kehadiran laki-laki itu bisa membuatnya tenang dan damai tapi kadang juga bisa membuatnya berdebar-debar.
Lalu tangan Dita mencekal lengan Yudhistira erat membuat laki-laki itu menoleh dan menatapnya heran.
"Mas Dhisti, aku bertekad akan menjadi diriku yang dulu lagi. Aku sudah lelah menjadi seseorang yang terlihat sempurna hanya untuk membuat kagum orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Polar Bear
ChickLitOPEN PO 25 JUNI S/D 10 JULI 2019. BISA DILIHAT DI PART OPEN PO LEBIH JELASNYA. PROSES PENERBITAN! BEBERAPA PART AKHIR TELAH DIDELETE! Hidup Anindita Chloe Kurniawan, 24 tahun, terlihat sangat sempurna. Berprofesi sebagai supervisor di sebuah bank sw...