He said something to make you laugh
I saw that both your smiles were twice as wide as ours
Yeah you look happier, you do
(Happier, Ed Sheeran)
Kembali ke kota kelahiran terasa sangat melegakan Dita, ia memang sangat mencintai kota kelahirannya. Tapi mungkin rasa itu juga disebabkan ia merasa bebas dari Yudhistira saat ini. Ketika sampai di bandara dan dijemput oleh Indah, ibunya, Dita ingin menangis saat itu juga saat ia melihat wajah teduh itu. Dengan bijak, Dita menahan semua rasa haru dan memutuskan tidak akan menceritakan sedikitpun yang terjadi antara dirinya dan Yudhistira karena tidak ingin membuat Indah khawatir.
Dita hanya memeluk ibunya erat, menumpahkan semua rindunya dalam kehangatan tubuh ringkih itu, sementara Indah hanya bertanya di dalam hati apa yang terjadi pada Dita. Putri tunggalnya terlihat berubah, mata gadis itu sedih dan menyimpan rahasia. Begitu juga dengan penampilannya, Indah cukup terkejut melihat Dita, ia merasa melihat gadis itu tiga tahun yang lalu... bukan Dita yang modis dan sangat chic dengan segala kemewahannya. Pada saat bersamaan Indah bersyukur, putrinya telah kembali menjadi dirinya sendiri, tetapi ia sama sekali tidak menyukai kesedihan di wajah Dita. Indah berdoa semoga Dita tidak mengalami sesuatu yang mengerikan dibalik alasan kepulangannya ke Palembang di samping hanya ingin menemuinya sebelum keberangkatan Dita ke Korea.
***
Dita membenamkan tubuhnya pada kasur, rasanya damai kembali ke kamarnya sendiri. Kamar yang merupakan saksi bisu siklus hidupnya dari remaja hingga mencapai usia dewasa muda, karena masa kecilnya ia habiskan di rumah dinas Ayah Yudhsitira dan setelah beliau meninggal mereka pindah ke rumah yang tidak begitu jauh lokasinya dari komplek rumah dinas. Ia memejamkan mata dan menghidu harum sprei kamarnya, wangi favoritnya berbau persik.
Pasti Ibu menuangkan pewangi banyak-banyak ketika mencucinya karena aku akan pulang
Senyum lembut mengembang di wajah Dita... ia ingat, Yudhistira sering berbaring bersamanya di tempat tidur ketika laki-laki itu ingin tidur lebih nyenyak karena ia suka wangi persik yang mendominasi udara kamar ini.
Ngapain aku mengingat dia lagi...
Dita mendesah dan memeluk boneka beruang kutub yang sengaja ia bawa dari Jakarta. Ketika ia menyadari bahwa boneka itu mengingatkannya pada Yudhistira, ia segera menendang boneka kuat-kuat.
Tuh kan Dita, gimana kamu bisa lupa dia kalau bonekanya saja kamu bawa ke mana-mana.
Mulut Dita mengerucut, ia melihat boneka beruang kutub terbaring tertelungkup tak berdaya di lantai. Dengan bersungut-sungut,Dita turun dari tempat tidur, mengambil boneka dan kembali berbaring dengan memeluk boneka itu lagi. Ia terpaksa mengakui memang dia merindukan Yudhistira.
Saat hampir terlelap, gawai Dita berdering. Gadis itu membuka matanya dengan susah payah dan segera mengangkat telpon tanpa melihat layar siapa yang menelponnya. Dita tidak merasa khawatir karena hanya orang-orang yang dikenalnya dan diijinkannya yang mengetahui nomor ponselnya, ia mengganti nomor ponselnya ketika ia keluar dari apartemen Yudhistira. Dan itu tidak termasuk laki-laki itu, Yudhistira telah diblack-list dalam kehidupan Dita untuk sementara hingga ia bisa menenangkan hatinya.
"Assalamuaikum, siapa ini?" Dita menjawab dengan suara mengantuk.
"Waalaikum salam Dita, ini aku Sadewa."
"Kenapa, Wa?"
"Mas Dhisti tadi malam memaksaku di mana kamu tinggal dengan memutus wifi apartemen. Aku terpaksa memberitahu, pertimbanganku sih kamu juga udah nggak di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Polar Bear
ChickLitOPEN PO 25 JUNI S/D 10 JULI 2019. BISA DILIHAT DI PART OPEN PO LEBIH JELASNYA. PROSES PENERBITAN! BEBERAPA PART AKHIR TELAH DIDELETE! Hidup Anindita Chloe Kurniawan, 24 tahun, terlihat sangat sempurna. Berprofesi sebagai supervisor di sebuah bank sw...