{New Version} - Adit & Kendra

41.4K 1.9K 38
                                    

Vera masih menatap Kendra, namun Kendra lebih dulu mengalihkan pandangannya. Dengan raut wajah datar, ia mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan membuka aplikasi pesan Line. Tak lama, Kendra mengetik pesan singkat untuk istrinya.

Ponsel Vera berdering, menandakan ada pesan masuk. Ketika melihat pesan itu berasal dari Kendra, ia langsung menoleh ke arahnya. Kendra hanya mengangkat bahu dan berlalu pergi tanpa berkata apapun.

Sementara itu, Adit berjalan mendekati Vera dengan senyum cerah di wajahnya. Vera masih terpaku pada layar ponselnya, membaca pesan dari Kendra. Merasa Adit sudah tiba di sampingnya, ia segera memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil yang ia bawa.

“Kita ke pelaminan, yuk. Beri selamat ke pengantinnya. Masa dari tadi cuma di sini aja,” ajak Adit dengan nada ceria, yang segera diiyakan oleh Vera.

Mereka kemudian berjalan menuju barisan tamu yang hendak memberikan ucapan selamat kepada pengantin baru. Adit menggenggam erat tangan Vera, seolah tak ingin kehilangan wanita yang sangat dicintainya.

“Mereka serasi ya, Mas,” celetuk Vera tiba-tiba. Adit hanya tersenyum kecil sebagai tanggapan. Memang, pasangan pengantin itu terlihat begitu harmonis dan saling melengkapi, seperti halnya Adit dan Vera di awal pernikahan mereka dulu. Namun sekarang, Vera berusaha melengkapi kehidupan ini bukan hanya dengan Adit, tetapi juga dengan Kendra dan Adnan.

Setelah tiba di depan pasangan pengantin, Adit dan Vera memberikan ucapan selamat dengan tulus. Mereka sempat berbincang singkat, berfoto bersama, dan kemudian turun dari pelaminan.

"Mas, aku jadi keinget waktu kita nikah dulu," ujar Vera dengan senyum lembut, mengingat kembali momen-momen bahagia di masa lalu.

Adit mengangguk, seakan mengerti perasaan Vera. Namun di dalam hati, ia sadar bahwa perasaan yang sama tidak lagi sepenuhnya miliknya—Vera kini berbagi cinta dan kehidupannya dengan dua pria lain.

Adit menoleh dengan penasaran, "Keinget apa?"

Vera tersenyum kecil, lalu tertawa pelan. "Ya itu... Saat kita kayak mereka dulu, di atas pelaminan," ujarnya, mengingat kembali momen beberapa tahun yang lalu ketika ia dan Adit berdiri menyambut tamu di pernikahan mereka, yang mencapai seribu lima ratus orang. Jumlah yang fantastis, sebagian besar tamu berasal dari rekan-rekan kerja ayahnya dan ayah Adit.

"Oh, itu. Iya, aku inget. Kamu malam itu kecapekan, jadi rencana kita batal." Adit menggodanya, membuat Vera tersipu dan memukul pelan bahunya.

Tawa mereka terhenti saat ponsel Vera kembali berdering. Ia mengambil ponsel dari tasnya dan melihat ada pesan masuk dari Kendra.

“Dari siapa, Sayang?” tanya Adit, penasaran.

Vera cepat-cepat mematikan layar ponselnya dan tersenyum kaku. "Eh, ini... anu..."

“Anu? Jelasin yang jelas, dong,” ujar Adit, nadanya mulai serius.

Vera merasa canggung dan tanpa sadar menggaruk tengkuknya, merasa bersalah. Adit menatapnya tajam, kemudian memegang kedua lengan Vera dengan lembut, namun tegas. "Pesan dari Mas Kendra, ya?"

Vera hanya bisa mengangguk. Adit menghela napas panjang, menundukkan kepalanya sejenak sebelum kembali menatap istrinya dengan pandangan penuh pengertian.

"Samperin aja, nanti kita pulang setelah itu."

"Boleh, Mas?" tanya Vera dengan sedikit ragu.

Adit mengangguk pelan. "Iya, tapi jangan lama-lama. Inget, ini kan waktunya aku," ucapnya sambil tersenyum nakal.

Vera tertawa kecil dan mencium pipi Adit dengan cepat sebelum bergegas keluar dari tempat acara. Saat itu, sekelompok teman-temannya memperhatikan Adit dengan canggung.

"Eh, ganteng banget!" seru Sintia, teman kuliah Vera dari jurusan FISIP, yang sejak tadi tak henti-hentinya mengagumi sosok Adit.

"Katanya sih, Vera itu punya tiga suami!" gumam Jessica, yang dikenal sebagai ratu gosip di kampus. Ia selalu tahu gosip-gosip terkini, walau seringkali tidak memeriksa kebenarannya.

"Masa? Gila kalau benar punya tiga suami. Gimana enggak rusak tuh?" tambah Olivia, yang ikut terkikik mendengar komentar Jessica.

"Iya, katanya suami pertamanya itu mandul, jadi minta Vera nikah sama abang-abangnya," jelas Jessica, semakin memperkeruh suasana.

"Ya ampun, pantas saja gue pernah liat dia jalan sama cowok yang kelihatannya tajir," sahut Olivia sambil terkekeh.

"Ini bakal jadi gosip panas di kampus!" ujar Zizi, tersenyum miring.

Saat Vera lewat, kelompok itu tertawa keras dan melontarkan komentar sinis. Zizi menatap Vera dengan pandangan penuh ejekan, sementara tawa mereka pecah menjadi cemoohan yang tak tertahankan. Vera terus melangkah tanpa menoleh, meski bisa merasakan tatapan mereka yang penuh hinaan.

"Mas, ayo pulang. Udah kelamaan, takut Daffa nangis," ujar Vera lembut, mengajak suaminya. Adit mengangguk, lalu mereka berpamitan kepada beberapa tamu yang masih ada sebelum berjalan keluar dari ballroom gedung resepsi. Setelah tiba di luar, Adit berjalan mendahului Vera.

"Kamu tunggu di sini, ya. Aku ambil mobil dulu," katanya sambil tersenyum tipis.

"Iya, Mas," jawab Vera, sambil berdiri di dekat pintu masuk.

Saat ia menunggu, tanpa sengaja pandangan Vera tertuju pada sosok Kendra yang bersandar pada tembok di kejauhan. Tatapan Kendra tak terlepas darinya, seolah mengamati dengan cermat setiap gerakan Vera. Ada ketegangan yang tersirat di antara mereka, meski tak ada kata yang terucap.

Tinn... tinn...!

Bunyi klakson dari Adit yang datang dengan mobilnya membuyarkan suasana canggung itu. Vera segera memasuki mobil dengan cepat.

"Kamu kenapa?" tanya Adit, melihat ekspresi Vera yang tampak sedikit tegang.

"Enggak, Mas. Nggak apa-apa. Yuk kita pulang, Daffa sudah nunggu dari tadi," jawab Vera sambil mencoba tersenyum, meski hatinya masih gelisah.

Sementara itu, di sudut lain, Kendra yang melihat momen itu tampak kesal. "Sial!" makinya lirih. Dengan penuh emosi, ia meninju tembok di depannya, merasa frustasi dengan situasi yang tak bisa ia kendalikan.




***


Hai. Update tiap hari selasa ya😊
Ilustrasi Vera cek mulmed.

Regards
Author_masker
Bogor, 8 Januari 2018
20:23 WIB

POLIANDRI (3 suami)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang