{New Version} - Masalah

24.4K 1.6K 33
                                    

Adnan perlahan membuka matanya, membiaskan cahaya lampu ruang rawat. Menoleh pelan kesamping, di sana ia melihat ada Kakaknya yang sedang tertidur pulas di sofa. Dengan satu tangannya di taruh di atas kening.

Adnan coba mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, benar. Ia kalah, dan sekarang dirinya terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Adnan merasakan kesakitan di sekujur tubuhnya, apalagi pada bagian tulang rusuk dan jemarinya. Adnan berdecak.

"Ck. Bang sakit.." Keluh Adnan lirih.

Kendra membuka matanya, langsung bangun dan menghampiri Adnan. Harus kalian tahu, bahwa Adnan itu sangat manja, ia terbiasa di manja sewaktu kecil. Karena memang Adnan anak bungsu kalo dari Nindi ibunya.

"Sabar ya." Hibur Kendra.

"Vera mana?" Tanya Adnan.

Kendra menghela nafas berat, "Vera kayaknya belum tahu, kamu celaka gini dek. Cuman nanti abang kasih tau aja."

Adnan memalingkan wajahnya. "Gak usah bang. Biarin aja, mungkin ini karma."

Alis Kendra terangkat satu, "karma?"

Adnan tersenyum kecut, mengingat betapa jahatnya ia dulu pada Adit. Padahal Adit begitu baik padanya, menyelimuti ia kalau sakit. Mencari Adnan kalau Adnan terjebak hujan di pos Hansip depan komplek. Memasak untuk Adnan saat si Bibik pulang kampung, mungkin ini peringatan kalau kelakuan mereka sudah kelewatan.

"Dek?" Panggil Kendra pelan.

"Yaudah bang, Adnan capek. Pengen istirahat lagi"

***

Adit terdiam menatap gemerlapnya malam kota jakarta dari loteng Apartemenya, kedua tangannya ia masukan ke dalam saku celananya, angin malam menerpa wajah tampannya.  Adit menghirup udara malam itu pelan, lalu menunduk memperhatikan ujung sepatu kulitnya. Besok Adit flight ke Jerman. Dan flight untuk lima hari kedepan.

Apartemennya dekat bandara Soekarno Hatta,  jadi Adit bisa melihat pesawat yang hilir mudik di depannya.

Ia jadi teringat ibunya yang sekarang sudah senang bersama ayah tiri Adit, mereka tinggal di Belanda, dan Adit punya dua adik laki-laki dan perempuan. Ibunya selalu berpesan, perlakukanlah mereka dengan baik, meskipun mereka jahat padamu. Karena Tuhan pun sama selalu memperlakukan hambanya dengan baik, meskipun hambanya selalu mendekati larangannya dan membuat Tuhan marah. Tapi Tuhan akan selalu memaafkan hambanya meskipun dosa mereka sebanyak buih di lautan.

Karena Adit juga yakin, semuanya akan indah pada waktunya. Benci adalah cara setan untuk membuat manusia semakin jauh dari Tuhan. Semakin banyak perpecahan, jangan jadikan amarah jadi landasan utama di kehidupanmu karena bibit yang baik akan di tuai dalam keadaan buah yang baik dan manis. -Aditya.

"Besok kita flight pagi, tidur oy!" Celetuk Samir dari arah belakang, Co-pilot yang akan terbang bersama Adit. Samir duduk di sofa yang sudah ada disana, ia meminum, minuman soda yang ia bawa.

"Bentar lagi," Mata Adit masih asik menatap gemerlap malam.

"Galau mulu, bang. Keknya idup lo itu bucin banget!" Canda Samir.

Adit langsung menoleh, "kampret lo!" Diakhirnya mereka tertawa bersama, Adit ikut bergabung duduk di sebelah Samir. Adit mengambil minuman Samir, dan meminumnya sampai habis. "Sulit Bro!"

"Ah idup lu kan, emang udah sulit dari dulu."

"Bacot banget lo! Serius. Ini masa-masa sulit gue"

Samir menoleh dan menatap Adit dalam. "Yaelah. Jangan di persulit kalo kayak gitu."

"Yee elo. Susah dah ngomong ama yang belom nikah mah. Umur udah pas tuh buat nikah."

"Pala lu pas. Umur gue baru 23, calon aja kagak ada."

"Curhat pak?"

"Xianjing emang!"

"Ha Ha Ha!"

***

"Anjir itu lucu banget!" Kata Kendra seraya menunjuk layar TV yang menampilkan tontonan Dunia Terbalik. 'ACENG NYUCI!!' teriak Mak Suha dari dalam TV. Sontak Adnan dan Kendra tertawa lepas.

"Aduduh, sakit" Adnan mengaduh kesakitan saat tulang rusuknya terlalu tergerak saat ia tertawa. Kendra menoleh, dan membenarkan letak tidur Adnan. "Hati-hati dek"

"Makasih bang"

Klek! Suara pintu kamar itu terbuka.

Vera datang dengan wajah datar, Kendra gelapaan menutupi Adnan.

"Udah ya. Cukup! Kenapa kalian masih aja berantem HA?! Gak cukup emang mas Adit ngalah terus dari dia kecil. Jangan kekanakan kalian udah gede, Stop dendam masa lalu. Harusnya Papa yang disalahkan ini bukan mau Mas Adit!!!" Jerit Vera diakhir kalimatnya.

Vera menghampiri Adnan dan memengang lengannya lembut. "Aku udah tau semuanya. Stop Mas! Kita bisa jalanin ini dengan tentram. Anggap aku jalang karena punya suami tiga, tapi ini bukan mau aku! Ini udah takdirnya. Kenapa orang-orang nganggep aku jalang! Hiks.." Vera lalu menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya.

Adnan menarik Vera untuk mendekat padanya, Kendra mengusap rambut Vera pelan. "Ini salah kita, Maaf kamu yang harus jadi korban."

Vera menangis sesegukan, di luar Daffa sedang di gendong oleh Babysitternya. Daffa terlihat tenang, meskipun anak-anak yang lain terkadang suka rewel saat di bawa ke rumah sakit.

 ***

"Noda darah apa ini?" Vera menatap noda darah di lantai marmer rumahnya curiga. Ia langsung pergi ke ruang CCTV, dan..

"Again!" Ucap Vera pelan. Lalu berlari ke kamarnya dan bersiap ke rumah sakit. Adit baru saja pergi dan masalah ada lagi.

Kesabaran Adit sudah habis, pikir Vera pelan.

...

Uwoo up. Bucin (budak cinta).
Gini nanti ada private tapi cuman buat bab rated 18+ ya. Makasih atas kesan dan pesan kalian. Maaf gak bisa bales satu satu😊 intinya love love buat kalian.

Regards
Silviyani_Rahayu

POLIANDRI (3 suami)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang