Daffa menangis kencang, terdengar sampai keluar kamar. Vera yang ikut tertidur di sebelah Adit, tidak mendengar tangisan anaknya. Adnan yang tengah sibuk dengan pekerjaannya saat mendengar tangisan Daffa buru-buru menutup laptopnya dan berlari ke kamar Daffa. Daffa menangis sambil tengkurap, di dalam Box Bayi.
Adnan segera mengangkat Daffa, lalu mencoba menenangkannya. Dengan menaruhnya di dadanya dan menepuk-nepuk bokong Daffa pelan, lalu tepukan lembutnya naik ke punggung si kecil. Bibir Adnan pun tak tinggal diam, ia menyenandungkan lagu Nina Bobo, agar Daffa tertidur kembali. Adnan mempok-pok bokong Daffa terus, sampai Daffa benar-benar tertidur pulas.
Adnan kembali menaruh sang buah hati di Box Bayinya lagi, tersenyum. Mengusap pelan rambut pirang anaknya, sebenarnya bukan hal sulit untuk menidurkan bayi, Adnan seorang dokter dan itu hal biasa untuknya.
Adnan keluar dari kamar Daffa, menutup pintunya pelan. Berjalan turun kearah ruang TV, disana ada istri dan adiknya yang sedang tertidur pulas. Adit diatas sofa dan Vera di bawah dengan posisi tidur duduk dan memeluk Adit. Hati Adnan bergemuruh, cemburu. Padahal yang dilakukan Vera itu bukan perselingkuhan, kenapa seakan-akan Vera tengah berselingkuh di hadapan Adnan.
Suara ketukan pintu membuat Adnan mengalihkan pandangannya, ia berjalan lambat kearah pintu utama dan membukanya."Mama sama Ayah datang, anak Mama" Salam Nindi ibu ketiga Suami Vera. Di sebelah Nindi ada Aldebaran, suami Nindi, Ayah dari ketiga suami Vera.
Adnan tersenyum lalu menyalami kedua orangtuanya. "Mama sama Ayah tumben kesini, ada apa nih?"
"Iya. Mau liat Cucu, sama anak-anak Mama." Ujar Nindi antusias.
Aldebaran dan Nindi mengganti sepatu dan flat shoesnya dengan sandal rumah, mereka masuk beriringan dan mendudukan dirinya di sofa ruang tamu. "Bibik. Siapin minum!" teriak Adnan ke bik Juju, pembantu yang sudah lama bekerja di rumah itu.
"Siap Tuan." Balas Bik Juju.
Nindi memperhatikan setiap sisi ruang tamu yang nampak sangat rapi itu, sedangkan Aldebaran menatap Adnan dengan senyuman khasnya, wajah Aldebaran sangat mirip dengan Adnan, anak keduanya.
"Mana Cucu Ayah? Nan. Udah lama gak gendong dia, makin besar pasti. Makin berat" Tanya Aldebaran dengan senyuman merekah dan kerinduannya pada sang cucu kearah Adnan.
Adnan hanya tertawa pelan. "Lagi tidur Yah. Tadi bangun sebentar terus tidur lagi" Jelas Adnan.
"Oh gitu. Yaudah jangan di ganggu kasian, ngomong-ngomong Abangmu mana? Kendra" Tanya Nindi mencari-cari anak sulungnya.
"Bang Kendra keluar sebentar katanya tadi."
"Kendra Pulang!" Salam Kendra dari arah pintu, ia sedikit terkejut kala melihat ada kedua orangtuanya yang berkunjung ke rumah, Kendra kemudian langsung merubah ekspresinya kembali, ia tersenyum lalu menyalami kedua orangtuanya.
"Ayah sama Mama mau kesini gak bilang-bilang." Ujar Kendra.
"Iya. Biar kejutan aja sih, anak Ayah yang satu ini, makin berwibawa aja." Aldebaran berujar bangga, kendra hanya tersenyum mendengar pujian sang Ayah. Kendra mengambil duduk di sebelah Adnan, tidak lama Bik Juju keluar dari dapur dan membawakan minum serta camilan. Dan menaruhnya diatas meja.
"Silahkan di nikmati, Tuan dan Nyonya." Ucap Bik Juju sopan.
"Makasih Bik Ju" Balas Nindi, Juju kembali lagi ke dapur, Nindi nampak sedang mencari-cari sesuatu. "Vera dan Adit dimana?" Tanya Nindi.
Adnan menghela nafas, "noh, Di ruang Tv." Tunjuk Adnan kearah ruang Tv. Adnan memang manja dengan kedua orangtuanya, tapi mereka tidak keberatan atas sikap anaknya itu. Kalau Kendra anak emas Aldebaran, Adnan anak kesayangan dan meskipun Adit anak bungsu tapi Adit tidak pernah di sebut anak kesayangan atau anak emas, seperti Abang-abangnya.
"Lagi ngapain mereka?" Tanya Aldebaran sedikit ketus.
Kendra mengangkat bahunya tidak tahu, Adnan hanya menampilkan ekspresi sedih. "Pelukan. Yah, dari tadi pagi sama Adit terus, sama aku dan Bang Kendra gak dilirik" Adu Adnan pada Ayahnya.
"Itukan jadwalnya Adit." bisik Kendra.
Adnan tersenyum miring. "Biarin aja sih! Biar dimarahin" balas Adnan berbisik.
Nindi berdiri dari duduknya, berjalan kearah ruang Tv, disana ia melihat Adit yang sedang berciuman mesra dengan Vera yang berada di pangkuannya. "ADIT!" Teriak Nindi, Adit langsung melepaskan ciumannya dan Vera langsung turun dari pangkuan Adit.
"Mamah. Kapan kesini?" Tanya Adit setengah gugup, Aldebaran menghampiri Nindi karena teriakan Nindi tadi. Vera menundukan pandangannya, ia malu ke-gep seperti tadi, ya meskipun mereka sudah suami istri yang sah. Tapi tetap saja malu itu ada.
"Ada apa?" Tanya Aldebaran.
"Kamu itu dasar, bisanya bikin masalah terus! Kapan kamu gak bikin masalah Hah?! Dasar anak pembawa sial." Sentak Aldebaran, Nindi mengusap-usap dada suaminya.
"Adit. Jangan serakah dong, kasian Abang-abang kamu, masa sama Vera terus! Sedangkan suami Vera tuh bukan kamu doang." Cerocos Nindi, hati Adit sakit. Kepalanya tertunduk lesu, Vera mengelus-elus lengan suaminya mencoba menguatkan suami pertamanya.
"Maap Mah, Yah. Ini salah Adit, Mamah sama Ayah tumben kesini?"
"Maksud kamu? Kamu gak suka Mama sama Ayah kesini? Nginep disini? Lagian Mama sama Ayah itu kesini buat Cucu lucu Mama, dan Abang kamu." Ucapan Nindi begitu menohok, membuat hati Adit sangat sakit.
Adit berdiri dari duduknya dan pergi begitu saja, Vera ikut berdiri dan menyusul suami pertamanya itu. Adit melangkah lebar kearah kamarnya, mencari koper besar yang selalu ia bawa setiap ia pergi bekerja. Memasukkan baju-bajunya dengan gerakan kasar dan tak lupa memasukkan baju kebanggaannya, baju seorang Pilot ber-garis empat di pundaknya.
Adit seorang Captain Pilot yang sedang cuti setelah sebulan tanpa libur mengudara mencari nafkah untuk anak istrinya, mengantongi 5.000 ribu jam penerbangan, dan Adit seorang Pilot dari Maskapai Bat** Air.
Mengganti bajunya setelah semua siap, sebenarnya masih ada jatah libur satu hari lagi, tapi masa bodohlah daripada sakit hati dirumah, Adit lebih memilih menghabiskannya diluar saja.
"Mas. Mas, please. jangan gini, jangan pergi lagi Mas. Kamu kan masih ada jatah libur satu hari lagi, aku masih kangen kamu" Pinta Vera menangis, ia memeluk Adit erat dari belakang.
"Aku harus pergi, kerjaanku udah nunggu. Doain biar aku sehat dan selalu selamat mengantarkan para penumpang" Pamit Adit, berbalik dan balas memeluk Vera.
"Jangan dengerin kata mereka yang. Aku sakit hati juga dengernya"
"Udah ya, jangan nangis. Besok aku ada Flight dari Jakarta ke Jepang. Dan itu bagianku, soalnya udah di hubungin juga dari tadi."
"Aku anter sampai Apartemen kamu ya?" Pinta Vera. Adit menggeleng lalu mengusap air mata di pipi Vera.
"Udah. Biar aku sendiri aja, baik-baik dirumah ya"
"Mas, berapa hari?"
"aku enggak bisa masti'in, tunggu aja ya"
"Mas. Semoga kamu selalu baik-baik aja."
...
Hola di up, minta vote dan komennya atu, aku capek ini nulisnya😂 #hehe
Regards
Silviyani_rahayu
Bogor, 25 Januari 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLIANDRI (3 suami)
Romance-SUDAH TERBIT DI PLAYSTORE VERSI EBOOK LENGKAP- terserah orang mau liat gue gimana, yang jelas gue punya suami tiga dan mereka bersaudara. awalnya gue cuman punya satu suami, tapi karena suami gue gak bisa kasih gue keturunan, Ya, dia mandul. akhirn...