Sang Pedo

7.9K 314 30
                                    

Baru-baru ini, kita dihebohkan dengan adanya kasus pelecehan sesksual dengan modus kebal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru-baru ini, kita dihebohkan dengan adanya kasus pelecehan sesksual dengan modus kebal. Yang mengejutkan, tak kurang dari puluhan anak menjadi korbannya. Bahkan, saya pernah mendengar cerita tentang anak-anak SD yang sudah terinfeksi virus HIV. HIV? Wew, mengejutkan ya?

Well, kenapa musti anak-anak sih yang jadi korbannya?
Saya dapat nih ceritanya, cerita ya, cerita! Belum tentu benar atau enggaknya. Tapi, ya saya share saja biar kita lebih waspada. Bukan untuk menakut nakuti.
------------

Aku merupakan seorang jurnalis yang ditugaskan kerja untuk meliput kasus di sebuah daerah. Aku tak akan tetap merahasiakannya karena itu merupakan sebuah aib. Aib yang sungguh mencoreng kemanusiaan kita.

Delapan! Bayangkan saja delapan anak terjangkit virus HIV akibat pelecehan seksual yang dilakukan seorang pelaku. Inisialnya pun tak akan ku sebutkan karena hal itu terlalu menjijikkan, bahkan meski harus kengorban keabsahan berita yang ku tulis.

Sebut saja Agus, dia dikenal sebagai seorang pedagang yang begitu bersahaja. Apalagi, ia biasa bermain bersama anak-anak di wilayahnya, yang membuat banyak ibu menyukainya.

Tapi itulah yang ia harapkan. Satu persatu dari mereka mulai terbiasa, dan bahkan sengaja membiarkan anaknya dalam asuhannya. Tak hanya sekali, berkali-kali pelaku melakukan pelecehan seksual yang membuat naliriku sebagai wartawan tergelitik. Bodohnya, dengan senjata recorder, aku mencoba mewawancarainya juga hari itu. Beginilah penuturannya,,

.....

Namaku Agus, aku hidup di sebuah keluarga berantakan yang mengacaukan hidupku. Ibuku merupakan seorang pelacur. Berkatnya, aku tak lagi percaya adanya surga di telapak kaki seorang ibu.

Ia merupakan seorang wanita yang haus akan nafsu duniawi. Entah sudah berapa kali aku berganti ayah. Perlakuan mereka terhadapku begitu kejam. Ibuku membesarkanku sebagai aib dan memperlakukanku layaknya binatang.

Samsi, ayah baruku. Pria yang satu ini sangatlah parah. Kesehariannya hanya mabuk-mabukan dan gonta-ganti pasangan. Ia juga sangat hobi menyiksaku. Ibuku sendiri seakan mengabaikan hal itu dan menutup matanya rapat-rapat. Terang saja, Samsi memberinya lebih dari cukup uang untuk membuatnya menjilati sepatunya.

Samsi sangat hobi menggunakan narkoba. Awalnya, ia sedikit canggung dan ragu untuk menyuntikkan benda haram itu di rumah. Namun, pada akhirnya ibuku tahu. Bukannya berhenti, ia malah sengaja membuat ibuku ikut-ikutan mengkonsumsi benda haram tersebut. Berminggu-minggu lamanya, ibuku akhirnya terjerembab ke dunia gelap itu. Mereka mulai sering berpesta narkoba di depanku.

Syukur! Modar, mampus! Umpatan itu sering ku teriakkan di kepalaku saat Samsi akhirnya bangkrut. Usahanya harus gulung tikar akibat gaya hidupnya yang amburadul. Saat ku pikir semua akan berakhir, ternyata ibuku sama menjijikkannya dengannya. Layaknya belalang, ia segera hinggap ke rumput baru yang lebih hijau saat rumput inangnya sudah kering tak berbekas.

Tak butuh waktublama, ia sudah nyaman di pelukan laki-laki baru yang bisa ia peras lagi. Samsi yang putus asa semakin menderita lagi ditinggal pergi istrinya. Aku tertawa senang aku akan punya ayah baru. Namun, permintaan gandengan barunya untuk tak membawaku ia sanggupi dengan mudahnya.

Hubungan buruknya dengan keluarga membuat nenek tak sudi menampungku. Aku bahkan tak kenal dengan nenek ayahku. Ibuku selalu mengubah jawaban saat aku bertanya siapa ayahku. Kadang berkata kuli, tukang bangunan, bahkan mandor proyek. Identitasnya tak ku ketahui membuat hidupku luntang-lantung.

Yang aneh, Samsi memintaku tinggal bersamanya. Tentu saja aku menolak. Ketimbang hidup penuh siksa, lebih baik aku hidup luntang-lantung di jalanan. Tapi, ia berhasil meyakinkanku.

Dua bulan awal, kami hidup rukun. Hidupku sebagai siswa SD berjalan lancar hingga aku bisa lulus dengan tentang. Dua bulan itu adalah hari terindah dalam hidupku. Tanpa adanya ibu, ayah yang baik, semua hampir saja sempurna.

Namun, semua itu berakhir begitu aku masuk SMP. Samsi mulai sering memukulku, menendangku, bahkan menusuk-nusukku dengan bekas alat suntik yang ia pakai.

" Ini semua gara-gara ibumu! " makinya sembari menusukkan benda menjijikkan itu padaku.

" Ampun Om, ampun! " aku mencoba mengiba. Namun, ia justru semakin bersemangat memukuliku.

" Biar, biar nular sekalian! " ia mulai tertawa-tawa sambil menusuki ku dengan jarum suntik.

Terkadang pikiranku akan terbang entah kemana akibat suntikan tersebut. Saat itu terjadi, manusia bejat itu akan tertawa-tawa dan menuduhku tukang mabok. Puncaknya terjadi saat ia membawaku ke kamar mandi. Benda menjijikkan itu ia paksakan memasuki lubang duburku. Itulah pelecehan pertama yang ia lakukan. Hari itu, aku tak bisa tidur. Sepanjang malam ku habiskan setiap detiknya untuk mengutuknya hingga pagi datang.

Setelah itu, berkali-kali ia melakukan hal yang sama. Buang air besar adalah mimpi burukku di masabitu. Semua baru berakhir saat dia meninggal. Kala itu, UTS tahun pertamaku sebagai siswa SMA tengah berlangsung.

Yes, hore, ak bersorak sorai di makamnya saat malam hari. Umpatan, kutukan semua yang ada di benak ku keluarkan hari itu. Kenapa malam? Tentu saja banyak orang yang akan menaggapku gila jika aku melakukannya di siang hari.

Aku masih ingat ketika ia begitu menderita hanya karena masuk angin, atau sekedar batuk. Riak yang keluar dari mulutnya bahkan kadang memercikkan darah. Usiaku saat itu sudah 23 tahun dan aku sangat takut. Karena sejak bulan lalu, aku mengalami batuk dan masih belum sembuh. Aku sangat takut pergi ke dokter. Tapi, obat warungan hanya memperparah kondisiku. Untungnya, bulan berikutnya aku berhasil sembuh.

Pasti tuhan sangat menyayangiku. Aku berhasil mendapatkan pekerjaan yang baik, penyakitku bisa sembuh, bahkan uangku sudah terkumpul untuk membuat usaha sendiri.

Aku berpindah kota untuk memulai hidup baruku. Kadang, aku bepergian ke club malam dan bersenang-senang. Tapi kutukan Samsi menghantuiku. Aku tak pernah merasakan getaran pada gadis cantik, atau suara merdu mereka. Tubuh molek mereka juga tak pernah membuatku benar-benar puas. Dan celakanya, aku mulai menatap anak-anak dengan mata yang sama menjijikkannya dengan Samsi.

Hingga akhirnya, hasratku mengalahkanku ...
______________

Itu terjadi di sore hari saat seorang bocah mendatangi warungku yang tengah sepi pembeli. Aku berhasil membujuknya dengan uang dan beberapa jajanan. Aku mulai melakukan aksi gilaku untuk pertama kalinya. Ia menjerit begitu keras. Namun aku tak perduli, aku benar-benar seperti Samsi sekarang.

Wah, ini sangat seru! Pikirku ketagihan.

Tapi, aku masih merasa kurang, dan aku kembali terserang batuk. Bahkan ini lebih parah dari sebelumnya.

Aku mulai belajar cara mendekati ibu-ibu. Tampangku tidak jelek-jelek amat dan untungnya aku berhasil menggoda mereka. Beberapa bahkan sudah ku tiduri. Tapi, bukan mereka incaranku. Anak-anak merekalah mangsaku sebenarnya. Pengalihanku berhasil, bertahun-tahun lamanya aksiku berlangsung hingga polisi menangkapku. Dan batukku masih belum sembuh.

Yang melegakan, pria ini dihukum penjara selama lima tahun. Aku tak akan menceritakan tahun berapa hukumannya dimulai. Ia mungkin saja tengah mencoreti kalender hari ini.
___________

NP : Kalau tahun ditangkapnya 2012, bagaimana hayo? Kalau kalian penasaran, kalian boleh browseng dengan tag, kasus HIV yang diderita anak SD. Dan saya sudah mencobanya sendiri.

Rempah DarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang