Wong Gadung

2.1K 160 37
                                    

Ketika itu, saya baru saja pulang dari pendakian panjang saya ke Gunung Sindoro

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika itu, saya baru saja pulang dari pendakian panjang saya ke Gunung Sindoro. Tubuh saya masih lemas, pikiran saya masih kacau, itu karena tidur saya kurang dan harus turun gunung jam 3 pagi.

Kenapa saya musti turun jam segitu?

Jawabannya simpel, salah satu teman wanita saya menyerah dan merengek-rengek minta pulang saat itu juga. Hal yang sangat menyebalkan memang. Tapi, inilah resiko nyata yang harus kami hadapi, jika berani membawa kaum hawa yang masih abu-abu, soal pengalaman naik gunung.

Sudah berisik di perjalanan, ngrepotin lagi. Yah tapi emang sih bisa jadi cuci mata.

Tapi semua tidak semenyenangkan itu. Bencana datang saat rombongan kami menuruni gunung. Salah satu teman kami, sebut saja Niko kebetulan melihat sosok misterius bercaping, di tengah ladang. Si Niko meyakini pria itu tengah menggarap ladang, karena terlihat melakukan sesuatu terhadap tanaman.

But, wait!

Petani macam apa yang berangkat ladang jam 3 lewat?

Teman saya yang tinggi besar itu, sebenarnya bermulut besar dan amat petakilan. Tapi, pagi itu, bahkan sampai di lereng, cup set! Wajahnya pucat pasi dan nggak ngomong sepatah kata pun. Saya yang kaget akhirnya menanyakan hal itu sesampainya di bawah.

Dia yang melihatnya langsung akhirnya menceritakan itu pada saya.

Dan ternyata, saya baru tahu kalau ada sebuah urban legend tentang wong gadung, yang erat kaitannya dengan gunung di salah satu Jawa Tengah ini.

Yap, ini juga cikal bakal cerita saya dengan sempilan judul yang serupa yang sekarang sudah tamat, alias complete. Wkwkwk, kok malah promosi :v.

Cerita serupa saya kumpulkan dari daerah lain semisal Batang dan Temanggung yang kebetulan memiliki cerita yang sama.

Nah, nah, kabarnya, Si Wong Gadung ini konon merupakan manusia jadi-jadian yang menyerupai petani, tapi memiliki jam kerja tak lazim, yakni malam hari. Dan jika diruntutkan, Wong sendiri berarti orang atau manusia dalam bahasa Jawa, sementara Gadung, ya bisa dibilang gadungan.

Pas lah kalau disebut manusia gadungan, atau jadi-jadian.

Well, yang bikin ngeri dari mereka ini adalah beberapa ciri-ciri mereka yang absurd. Antara lain:
Kaki mereka yang runcing (sebagian menyebut tak memiliki tungkai), lutut mereka yang terbalik, lari mereka yang super kenceng, suara mereka yang menyakiti telinga, lompat mereka yang sangat tinggi, tapi tubuh dan rupa mereka menyerupai manusia normal.

Mereka konon akan lebih cepat jika berlari menanjak, atau di permukaan sedang seperti tanah. Tapi, lari mereka akan melambat jika tanah itu terlalu gembur, seperti tanah cangkulan baru atau area persawahan. Kaki mereka yang terlalu menancapnmembuat gerak mereka melamban. Dan mereka juga kesulitan melangkah jika permukaan itu tak rata dan keras, semisal tatanan batu, atau jalanan aspal.

Yang paling umum, mereka tak bisa bergerak di jalanan menurun curam. Ya logika saja, manusia dengan tungkai runcing berlari di turunan, seberapa sulitnya itu.

Mereka ini kabarnya menyerang manusia secara frontal, bahkan pemakan manusia. Di masa lampau, konon banyak anak yang hilang karena bermain di ladang, dan esoknya ditemukan tewas, dengan kondisi tubuh berlubang dan tak utuh. Konon, mereka merupakan korban Wong Gadung, mahluk menyeramkan berkaki absurd ini.

Coba deh, kalau kalian kebetulan lewat ladang oas malem-malem, terus ketemu sama petani yang masih sibuk ngegarao ladang. Mendingan, kalian pastikan kaki petani itu, runcing atau napak? Perhatikan juga dengkulnya, kebalik atau lurus? Nggak enak kan, kalau yang kita lihat itu ternyata dengkulnya kebalik, terus kakinya runcing?

Untung tempat ane jauh dari ladang :v
________

Udah periksa petani yang kalian lihat?
Kalau gitu, salam rempah.

Rempah DarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang