Jungkook duduk di kedai ice crean dekat sekolahnya. Semenjak bel istirahat bunyi namja jeon selalu tepat waktu untuk datang di tempat tersebut. Bahkan selama lima hari ini ia melakukannya. Duduk sambil memakan ice cream dengan mata terus menatap jalanan. Sesekali melihati orang yang berlalu lalang. Berharap ada seseorang yang ia cari.
"Kau selalu disini"ucap yugyeom sambil mengikuti arah pandang namja jeon.
"Kau mencari seseorang?"
"Menurutmu apa ada pertemuan kebetulan selama tiga kali berturut-turut"ucap jungkook tanpa mengalihkan pandangannya."Kau sedang memikirkan apa?"jungkook hanya menghela nafas. Matanya kembali menatap yugyeom.
"Apa orang baik itu pernah melakukan kesalahan. Atau mereka berpura-pura baik untuk menutupi kesalahannya"yugyeom hanya mengerut heran melihat tingkah jungkook akhir-akhir ini yang menurutnya sangat aneh.
Setiap kali ia bertanya apa yang terjadi. Dia selalu menjawab seperti ini dan ia selalu tidak mengerti apa yang temannya katakan.
.
.
.
.
Pagi ini yoongi datang di perusahaan milik Jeon Corp. Ia berniat ingin menemui jeon jumyeon yang bekerja di tempat ini. Yoongi ingin minta penjelasan atas dasar apa pria itu menyuruh preman amatiran untuk memukulinya.
"Permisi. Saya ingin menemui Tn. Jeon Jumnyeon"ucap yoongi pada sang resepsionis.
"Maaf. Apa anda sudah membuat janji dengannya?"yoongi menggelengkan kepalanya.
"Maaf. Anda harus membuat janji dulu. Tidak boleh sembarangan orang menemui CEO kami"yoongi berdecak pelan ketika sang resepsionis itu tidak memperbolehkannya.
"CEO?"sang resepsionis mengangguk.
"Ini penting. Apa dia sesibuk itu?"
"Anda harus membuat janji dulu"
"Bisakah untuk menelponnya?"ucap yoongi dengan nada memaksa. Akhirnya dengan terpaksa resepsionis itu menurutinya.Setelah selesai akhirnya yoongi di perbolehkan masuk. Tangannya mengetuk pintu sebelum membukanya. Menampilkan pria paruh baya tengah duduk sambil tersenyum.
"Masuklah"yoongi mengangguk sebelum tangannya menutup kembali pintu tersebut.
"Ada apa kau kemari? Apa ada yang bisa aku bantu?"ucap jumyeon.
"Aku bukan orang yang suka basa-basi"ucap yoongi.
"Kau sama sepertiku. Jadi?"
"Kenapa anda menyewa seseorang untuk mengikutiku?"pria itu hanya tersenyum tanpa rasa takut melihat raut marah yoongi."Siapa kau sebenarnya?"
"Ne? Mwo?"ucap yoongi gelagapan.
"Apa kau punya keluarga?"tiba-tiba saja wajah yoongi kaku. Pria ini sepertinya mengetahui kalau dirinya seorang pembunuh bayaran."Aku hanya bertanya. Kenapa wajahmu kaku"ucap jumyeon santai tanpa melepaskan senyumhya.
"Untuk apa kau menanyakan hal itu""Yoongi"ucap jumyeon membuat yoongi melotot tak percaya bahwa pria itu mengetahui namanya. Perlahan kepalanya mulai merasa pusing.
"Yoongi! Jangan lari kau!"
"Cepat kejar dia!"
"Kau harus mati!"
"Tidak!! Arrgghh!!"yoongi terus memegangi kepalanya yang terasa amat sakit. Jumyeon yang semula tenang kini khawatir melihat yoongi yang kesakitan. Segera ia beranjak dari tempat duduknya menemui yoongi untuk menyadarkannya.
"Yoongi! Buka matamu! Sadarlah!"ucap jumyeon sambil mengguncang bahu yoongi agar sadar. Perlahan matanya membuka dan seketika rasa sakit di kepalanya hilang. Mendorong tangannya untuk menjauh dari jumyeon.
"Seberapa besar kau mengetahui tentang diriku?"ucap yoongi. Jumyeon perlahan melangkah dan memeluk yoobgi.
"Kau adalah anakku"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT : YOONKOOK (Y.K.)
FanfictionBercerita tentang keluarga yang cukup bahagia. Kekayaan, kejeniusan, dan juga keturunan menjadika mereka begitu sempurna. Namun dibalik semua itu terdapat rahasia yang di sembunyikan oleh orangtuanya. Yang jika diungkit kembali maka rasa sakit itu j...