"Bodoh! Sama anak sma saja kalian kalah?! Sebenarnya kalian niat tidak?"
"Dia terlalu kuat. Bahkan melebihi yoongi." Orang itu menunduk lagi ketika joowon menatap tajam kearahnya.
"Bodoh. Bodoh. Bodoh. Aku tidak mau tahu. Kalau kalian tetap gagal, aku tidak ingin mempekerjakan kalian. Ini kesempatan terakhir." Ucap joowon menendang kaki kursi meluapkan segala kemarahannya sebelum keluar dari tempat itu.
.
.
.
Yoongi perlahan membuka matanya. Matanya sayup-sayup meneliti tempat yang begitu asing menurutnya. "Aku dimana?"
"Kau sudah bangun?" Matanya menoleh mendapati seokjin dengan pakaian pelayannya sambil membawa nampan berisi bubur. "Makan dulu. Sepertinya kau sakit. Tadi kau pingsan di tengah jalan."
"H-hyung." Seokjin hanya bergumam sambil menaruh nampan makanan tersebut menatap yoongi yang kini duduk.
"Aku ingat semuanya." Mata seokjin membulat tak percaya.
"Jincca?" Yoongi mengangguk lemas. Entah kenapa ia tidak bersemangat setelah ingatannya kembali. Tidak seperti sebelumnya ia selalu berharap agar ingatannya kembali.
"Lalu bagaimana? Apa yang kau ingat? Apa kau ingat keluargamu? Ibumu? Ayahmu?" Seokjin bertanya antusias.
"Semuanya. Bahkan aku mengingat kenapa aku bisa kecelakaan waktu itu."
"Jadi kau.." Seokjin berucap menggantung sambil mengingat sesuatu. "Jadi kau benar anaknya jumyeon."
"Eum. Kurasa begitu."
.
.
.
.
Yoongi duduk di sofa sambil menatap layar tv. Namun pikirannya melayang entah kemana. Semua tentang masa lalu terus mengiang di kepalanya. Yoongi sangat mengingat betul bagaimana kejadian itu, saat ia diculik oleh beberapa orang jahat yang ternyata adalah suruhan joowon. Beruntung ia bisa kabur sebelum dibawa oleh mereka dan naasnya ia tertabrak mobil yang membuatnya koma beberapa minggu sebelum kemudian ia sadar dengan ingatan yang sudah menghilang. Semuanya.
Yoongi menghela nafas berat. Matanya tak sengaja melihat jam yang menunjukkan sudah sore. Yoongi mengerutkan dahinya, sudah sesore ini jungkook belum juga pulang. Bahkan waktu sudah mau senja tapi jungkook belum juga pulang, ia terlambat hampir satu jam.
Yoongi merasakan ponselnya yang berdering. Kemudian merogoh sakunya asal menarik ponsel tersebut. Matanya menyipit ketika mendapati nomor yang tak ia kenal sebelum kemudian memutuskan untuk mengangkatnya.
"Yeobseo?"
Tiba-tiba suara yoongi tercekat mendengar suara dari sebrang telfon. Rahangnya mengeras seiring dengan tangannya yang menggenggam erat ponsel tersebut sebelum kemudian membantingnya asal. Kakinya dengan cepat keluar dari tempat tersebut.
.
.
.
"Hyung aku pulang?" Jungkook merebahkan tubuhnya disofa. Menghela nafas berat menyadari dirinya pulang terlambat. Ini semua karena tugas kelompok yang mendadak. Bagaimana tidak, ia diberi tugas oleh gurunya bersama teman sekelompoknya dan tugas itu harus dikerjakan secepatnya karena besok harus dikumpulkan. Kepalanya menoleh kekanan dan kekiri mencari sang pemilik rumah yang tidak terlihat. Padahal tvnya masih menyala dan pintunyapun tidak ditutup.
Jungkook memutuskan untuk mencari yoongi disetiap ruang. Menghela nafas ketika entitas yoongi belum juga terlihat. Mengedikkan bahu acuh sambil mendudukkan dirinya kembali disofa. Mungkin saja yoongi pulang terlambat hari ini.
Sepuluh menit.
Tuga puluh menit.
Satu jam.
Jungkook mulai khawatir dengan yoongi yang belum juga pulang. Tangannya merogoh saku mengambil ponsel, mengetik nomor yang ia cari. Sebelum ia menekan tombol call pada nomor tersebut tiba-tiba ponselnya berdering. Jungkook tersenyum tipis ketika orang yang hendak ia telfon kini menelfon duluan.
"Yeobseo. Hyung kau dimana?"
Jungkook terpaku. Rahangnya tiba-tiba mengeras seiring dengan matanya yang berkaca-kaca ketika mendengar suara ringisan yang nyaris seperti orang sekarat dari sebrang telfon.
"H-hyung.."
.
.
.
.
Jieun yang hendak membuka pintu rumah yoongi terkejut ketika seseorang dari dalam membuka pintu terlebih dahulu dengan keras.
"Jung—" senyum jieun memudar seiring dengan sapaannya yang tergantung karena jungkook hanya melewatinya. Berjalan cepat dan tergesa, terlihat sekali wajahnya yang memerah.
"Jungkook. Tunggu!" Jieun susah payah mengejar jungkook kemudian menahan tangannya kuat. "Ada apa?" Tanya jieun.
"Noona aku harus buru-buru.". Jungkook mendesah pelan.
"Iya. Tapi ada apa?"
"Noona aku tidak bisa membiarkan suga hyung terluka. Aku harus pergi." Jungkook melepas kuat genggaman tangan jieun sebelum berlalu pergi meninggalkan jieun yang masih kebingungan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT : YOONKOOK (Y.K.)
FanfictionBercerita tentang keluarga yang cukup bahagia. Kekayaan, kejeniusan, dan juga keturunan menjadika mereka begitu sempurna. Namun dibalik semua itu terdapat rahasia yang di sembunyikan oleh orangtuanya. Yang jika diungkit kembali maka rasa sakit itu j...