#8

2.7K 242 3
                                    

Setelah pulang yoongi duduk bersandar di sofa mengambil rokok dan mengapit pada kedua belah bibirnya kemudian menyalakan rokok dengan korek api hingga menghasilkan asap.

Dengan tenang menghisap rokok itu hingga asapnya ikut terbawa dalam mulutnya kemudian di keluarkan dari mulut. Yoongi selalu seperti ini ketika dirinya merasakan masalah yang berat. Walaupum tidak seratus persen meyakini kalau jungkook adalah adiknya tapi melihat perlakuan jungkook padanya juga sikapnya yang tidak lelah padanya yang terkesan cuek. Itu juga menjadi penyebabnya.

Setelah mendengar semua cerita dari seokjin tentang klientnya. Ia akan menyelidiki seberapa besar mereka membenci keluarga jeon dan ia tidak akan membiarkan jungkook terluka.

"Joowon"ucapnya setelah mengeluarkan asap rokok dari mulutnya. Tersenyum sinis ketika menyebut nama itu.

"Aku akan membunuhmu sebelum kau membunuhnya"ucapnya. Kembali lagi dengan dirinya yang menghisap rokok.

.

.

.

.

Jungkook terbangun dari tempat tidurnya ketika penciuman tajamnya mengendus ketika merasakan bau yang enak. Beranjak dari tempat tidurnya. Berjalan mengikuti arah aroma enak yang membuatnya tak sabar ingin makan. Berakhir dengan dirinya di tempat dapur mendapati ibunya yang sedang sibuk memasak didampingi pelayan. Tersenyum kecil sebelum melangkah mendekat.

"Eomma"somin terkejut seketika mendengar suara anaknya. Kembali memotong bawang kemudian mencampurkannya ke wajan.

"Eomma memasak?"
"Eomma hanya ingin. Karena anak eomma tersayang berada di rumah"ucap somin tanpa mengalihkan perhatian memasaknya.

"Makasih eomma. Kau membuat apa?"
"Nasi telur kesukaanmu"
"Wahh.. Aku merindukan bau masakan ini"ucap jungkook senang. Hidungnya mengendus asap yang berasal dari wajan menikmati aroma enak.

"Bagaimana dengan masalahmu?"tanya somin. Seketika raut wajah jungkook berubah. Semangatnya menghilang terbukti dengan bahunya yang tiba-tiba melemas.

"Walaupun tidak ada solusi setidaknya aku lega karena sudah menceritakannya pada eomma"ucap jungkook mencoba bersikap tenang.

"Kamu yang sabar saja"
"Ne eomma"ucap jungkook.
"Temanmu itu.. Apa kau tau latar belakangnya?"jungkook seketika terpaku mendengar pertanyaan ibunya. Ia memang mengenal suga tapi soal latar belakang. Ia bahkan tidak tahu orang yang dekat dengan suga. Satu-satunya hal yang terlintas dipikirannya adalah namja pucat itu bisa jadi pembunuh dari eunha.

"Aku tidak tahu"
"Kau boleh beteman pada siapa saja. Tapi kau harus tahu apa latar belakangnya. Eomma takut dia akan melukaimu"
"Aku tidak papa eomma. Aku bisa jaga diri."

Somin kemudian menuangkan nasi telurnya di piring. Cukup menyenangkan jika memasak sambil mengobrol itu membuatnya tak terasa sudang matang. Kemudian membawanya ketempat makan.

"Aku meridukan rasa ini.."ucap jungkook sambik memejamkan matanya terlampau nikmat dengan masakan ibunya.
"Makanya tinggallah disini. Eomma akan membuatkannya setiap hari untukmu"ucap somin geleng-gelneg melihat tingkah anaknya.

"Bukannya eomma bekerja. Mana sempat untuk memasak?"
"Eomma akan menyempatkannya jika kau tinggal disini"
"Tapi aku akan kesepian"
"Kan ada pelayan"ucap somin.
"Eomma kira aku anak lecil  yang suka di layani"ucap jungkook merengut lucu. Somin hanya tersenyum dengan tangan mengusap puncak kepala anaknya.

"Ayah kemana?"tanya jungkook. Sedari tadi ia tidak melihat ayahnya. Padahal ini hari libur.
"Dia menemui pamanmu"ucap so min.
"Memangnya ada apa?"
"Tentu saja ada keperluan"ucap somin. Jungkook menatap lurus depan sambil memikirkan sesuatu. Entah ada keperluan apa ayahnya menemui pamannya. Sejak dulu jungkook selalu tidak nyaman jika bertemu dengan pamannya. Seprti perasaan takut menyelimutinya ketika pamannya menatapnya. Ia juga tidak begitu dekat dengan pamannya.

HURT : YOONKOOK (Y.K.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang