10

1.8K 179 7
                                    

Author       : MA0229

    💝Heart Shaker💝

Dissclaimer : Cerita ini murni dari pemikiran Author. Jika ada kesamaan cerita mungkin tidak di sengaja. Don't siders guys. Hargai karya Author yang udah susah payah buat cerita ini.  Happy reading. Awas typo bertebaran.






***






Bau khas obat-obatan menyapa indra penciuman Naeyon. Matanya mulai terbuka perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk lewat jendela dan mengenal mata Naeyon.

Pria yang ada di sampingnya itu tersikap kaget melihat pergerakan Naeyon. Sesaat Naeyon melihat Jungkook yang ada di sampingnya. Ternyata ketika Naeyon mempertajamkan indra penglihatannya, yang ada di samping Naeyon ternyata Jinyoung. Naeyon merasa pusing berkunang-kunang.

"Dimana yang sakit?"

Naeyon menggeleng, Naeyon tidak suka dengan orang yang terlalu khawatir tentangnya.

"Aku ingin pulang." ucap Naeyon lirih.

"Kamu harus di opname di sini."

"Apa sakit ku parah? Ahh.. Tidak mungkin. Aku cuma pusing kok."

"Mamamu sebentar lagi ke sini."

Naeyon hanya mengangguk mengerti. Kalau di pikir-pikir apa Jungkook mengkhawatirkan Naeyon? Naeyon menggeleng keras memikirkan itu semua. Tidak mungkin Jungkook membantunya, Naeyon tersenyum bodoh jika Jungkook mau membantunya.

"Dimana Momo?"

Jinyoung duduk setelah mengambil buah jeruk yang ada di meja, lalu mengupasnya.

"Dia masih di kelas. Waktu kamu pingsan, Momo menangis histeris. Mungkin sebentar lagi Momo akan ke sini. Jam pulang akan berbunyi dalam waktu lima menit."

Naeyon mengangguk mengerti, Naeyon mengambil ponselnya. Dia melihat wajahnya sendiri, yahh.. Agak pucat sedikit tapi Naeyon sudah merasa baikan. Naeyon juga menyentuh tangan kanannya yang di tancapi jarum infus.

"Yaa.. Makan ini." Naeyon menerima jeruk dari Jinyoung.

"Ehh.. Ulangan fisika nya gimana?"

Jinyoung mengangkat bahunya, lalu menyuapi Naeyon lagi.

"Kamu nggak jadi ulangan dong?"

Jinyoung menambahkan jeruk lagi.

"Nanti nilai mu nol dong?"

Jinyoung terus menerus menambahkan jeruk ke dalam mulut Naeyon.

" Ya! Mulut ku penuh."

Jinyoung tertawa ringan melihat Naeyon. Sedangkan Naeyon dia terlihat kesal karena Jinyoung mentertawakannya.

"Naeyonieee!!"

Naeyon tersenyum lebar saat melihat sahabatnya datang. Momo langsung memeluk Naeyon. Momo- gadis berkewarga negaraan Jepang itu masih menangis. Naeyon mengelus-elus rambut Momo.

"Aku baik-baik saja kok."

Momo mendongak, melihat Naeyon yang tersenyum cerah padahal wajahnya masih terlihat pucat.

"Ya! Bagaimana kamu bisa mengatakan kalau kamu baik-baik saja? Lihat ini!" Momo menunjuk tangan Naeyon yang di infus. Naeyon tersenyum agar Momo bisa tenang.

"Tak apa. Ini nggak sakit kok."

"Ji, bisa keluar sebentar nggak? Aku ingin bertanya sebentar sama Naeyon."

Suruh Momo. Jinyoung mengangkat sebelah alisnya, kenapa tidak berbicara langsung saja?

"Ini privasi."

Jinyoung mengangguk, lalu beranjak keluar dari ruangan Naeyon.

"Dasar wanita penggosip."






***






Momo, gadis itu terus memandangi Naeyon yang belum juga mengeluarkan suara.

"Aku di tolak."

Momo menjentikkan jarinya, lalu mendecih. Naeyon hanya menunduk. Momo sudah berfikir, pasti ini akan terjadi. Naeyon terlalu bersemangat mengungkapkan perasaannya. Tapi ini salah Momo juga yang menyarankan agar Naeyon mengungkapkan perasaannya dengan cepat.

"Maaf, ini juga salah ku."

Momo juga ikut merasakan sakit, yahh.. Momo juga pernah mengalami rasa sakit yang dialami Naeyon. Tapi bedanya Naeyon baru pertama kali mengungkapkan perasaannya pada seseorang. Ini pertama kalinya Naeyon merasakan jatuh cinta, sebelumnya Naeyon hanya cuek menanggapi semua itu.

"Naeyonie. FIGHTING!!"

Momo menggenggam erat tangan Naeyon, memberi gadis itu semangat.

Tak lama setelah percakapan kecil itu. Mama Naeyon datang dengan cemas. Wanita paruh baya itu sangat khawatir dengan keadaan Naeyon.

"Papa dimana, ma? Naeyon kangen sama papa."

Ny. Im mengelus-elus puncak kepala Naeyon.

"Besok papa mu pulang dari Singapura. Dia juga merindukanmu, Nay."

Dari balik pintu kamar Naeyon, seorang pria tersenyum melihat Naeyon yang baik-baik saja. Lalu pria itu perlahan menjauhi kamar inap Naeyon.





***






Jinyoung, pria tampan dengan segudang prestasi antara lain, pandai dalam olahraga dan seni. Jinyoung menyesap minuman bersoda yang di pegangnya, kepalanya mendongak melihat langit sore. Pikirannya melayang, entah sejak kapan Jinyoung menyukai Naeyon. Mungkin saat JHS dulu, melihat Naeyon yang tersenyum dan memperlihatkan gigi kelincinya yang lucu membuat hati Jinyoung luluh.

Jinyoung berpikir. Apa Naeyon juga menyukainya? Jika iya, Jinyoung merasa senang. Jika tidak, ahh.. Jinyoung tidak bisa membayangkan itu semua. Jinyoung menggeleng dengan kuat.

Jinyoung kembali ke rumah sakit tempat Naeyon menginap, mengambil tasnya dan sekaligus melihat keadaan Naeyon.

"Jungkook? Bukankah itu Jungkook?"

Jinyoung menghampiri pria yang dia kenali, lalu menepuk pundak tegap itu.

"YA!"

Pria itu, Jungkook menoleh ketika seseorang menepuk pundaknya.

"Kenapa kamu ada di sini?"

"Jangan urusi aku."

"YA! Aku bertanya baik-baik Jeon Jungkook-ssi."

"Cihh.."

"Dasar anak sombong. Apa kamu menjenguk Naeyon?"

"Tidak! Aku menjenguk temanku."

"Baiklah."

Jinyoung melepaskan kaos Jungkook dari cengkramannya.





***






Jinyoung masuk ke kamar inap Naeyon. Di sana masih ada Momo dan ada Mama Naeyon. Jinyoung memberi salam pada Mama Naeyon.

"Kenapa kembali lagi?" ucap Momo ketus.

"Aku mau mengambil tasku. Kenapa? Tidak boleh?"

"Dasar modus."

"Ehh.. Apa Jungkook kesini?"

Momo dan Naeyon terkejut, lalu menggeleng.

"Kenapa?"

"Tadi aku melihatnya keluar dari rumah sakit ini."

"Tidak. Dia tidak mengunjungi Naeyon."

"Ahh.. Mungkin benar yang dia katakan, kalau dia menjenguk temannya."

Naeyon tersenyum getir mendengar perkataan Jinyoung yang terakhir.







TBC!!

Aiss! Lagi-lagi, aku telat ngepost nya. Maaf nde. Semoga nggak bosen sama FF ini.




Heart Shaker ✔️ (INY X JJK) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang