Lima

5.2K 316 70
                                    

Kita itu ibarat magnet dengan dua kutub yang sama, semakin didekatkan, semakin kuat juga tolakan itu.
-Vanilla Alexa-

***

Hari Senin, adalah hari yang paling dibenci para pelajar, alasannya karena mereka harus berangkat pagi-pagi sekali.

Tetapi tidak dengan Ozy, anak itu justru menunggu waktu upacara dimulai, saat bel berbunyi, semua siswa sudah mencari posisi di barisan masing masing. Kebetulan, kelas XI Mipa 2 bersebelahan dengan XII Mipa 1, Vanilla berbaris di barisan ke-3 dari depan. Sedangkan Ozy berbaris di barisan ke-4 dari kelas kelasnya.

"Pembina upacara memasuki lapangan upacara."

Upacara telah berlangsung limabelas menit. Bendera sudah berkibar di tiangnya dengan sempurna. Tapi Vanilla justru tidak memerhatikan jalannya Upacara.

"Ini anak kenapa sih, ngga bisa diem banget," Ozy yang sedari tadi memerhatikan Vanilla merasa risih dengan gerak-gerik Vanilla.

"Aduh, kepala gue pusing banget, sih. Kayanya udah minum vitamin," Vanilla memegangi kepala nya yang terasa pusing.

"UKS aja, Van, muka lo pucet banget, gue anterin, ayo," ajak Dina yang berdiri di samping Vanilla.

"Ngga usah, Din. Lebay banget lo, gue kan emang begini," setelah berucap, tiba-tiba pandangan Vanilla memburam.

Bruk.!!

Dina yang berada di samping Vanilla langsung berteriak memanggil petugas PMR.

"Van, bangun Van, jangan becanda lo! Bangun Van. Woi! Mana nih, bawa dia ke UKS cepet!" Dina menepuk-nepuk pelan pipi Vanilla, Dina khawatir dengan keadaan Vanilla karena sejak Vanilla pingsan, petugas PMR tidak ada yang mendekat.

"Biar gue yang bawa, kalian tetep di sini. Jangan ada yang ribut," lelaki itu menggendong Vanilla ala bridal style menuju ke UKS.

Semua orang panik, tidak terkecuali teman-teman Ozy. Ozy membaringkan Vanilla di matras UKS, kemudian memanggil petugas yang berpiket di UKS.

"Jagain dia sampe sadar, kalau udah sadar, langsung kasih minum, kalau bisa air hangat."

"I ... iya.. kak."

Ozy keluar dari UKS kemudian langsung masuk ke kelasnya, karena upacara baru saja selesai saat Ozy sampai di UKS.

***

"ASTAGA!! VANILLA ALEXA!! LO NGGA PAPA, KAN? MUKA LO PUCET BANGET!!" Velly memeluk Vanilla dengan erat, seolah anak itu akan pergi ditelan bumi.

"Apaan sih, lebay banget dah! Orang cuma kurang darah, kok. Eh iya, ngomong-ngomong, selama gue pingsan, rambut si Upin udah tumbuh, belom?"

Vanilla yang mengatakan itu langsung tertawa  terbahak-bahak sampai-sampai ruangan UKS penuh dengan suara tawa Vanilla. Ya. Cewek itu memang tidak punya sifat feminin sama sekali.

Motto Vanilla sih buat apa jadi feminin kalo cuma mau pencitraan? Ya begitulah kira-kira.

"Eh, kadal! Apaan sih, lo! Pas pingsan aja lemes nya kaya mayat! Giliran udah bangun, gila nya ngga ketulungan!"

"Hehe sorry, Vel. Becanda gue. Terus, petugas PMR yang bawa gue ke UKS, siapa ya? Kuat juga dia bawa gue ke sini, kan jauh, tuh." Vanilla menatap Velly dengan pandangan menusuk, seolah-seolah Velly adalah tersangka pencabulan.

"Sebenernya, yang bawa lo ke sini itu, si, emmm.. si anu, Van.." Velly menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Dia tidak bisa mengatakan kalau Ozy lah yang membawanya kesini. Kalau dia tahu, pasti sudah jingkrak-jingkrak bahkan mulut toa nya pasti keluar.

If I Can [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang