Jika hujan membuatku dekat denganmu, aku akan berdoa agar hujan tidak segera berhenti.
***
Bel pulang baru saja berbunyi, semua siswa-siswi berebut pintu untuk segera keluar dari ruangan. Tapi tidak dengan Vanilla, dia masih duduk terdiam di tempatnya.
"Van, balik yuk, mau hujan. Lo kan pesen ojek online? Ntar kehujanan kalo kelamaan," Velly mengajak Vanilla dengan menggoyang-goyangkan pundak Vanilla.
"Gue ngga mesen ojek, Vel. Tadi gue—"
Ucapan Vanilla terhenti karena ada dehaman seseorang di belakang Velly."Ayo, buruan pulang. Keburu hujan, ntar lo sakit," Ozy bersikap sangat cuek, sedangkan Velly yang mendengar kata-kata itu langsung mengaga mendengar perkataan Ozy.
Sumpah ini? Gue ngga mimpi? Sahabat gue diajak pulang bareng sama kak Ozy, semoga gue kecipratan temennya—Batin Velly.
"Eh, wahh, kalian udah janjian, ya? Yaudah, gue duluan, udah ditunggu pak Mamat di gerbang. Bye, Van, kak," Velly menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Setelah Velly pergi, terjadi kecanggungan beberapa menit. Hingga akhirnya, Ozy memecah kecanggungan diantaranya.
"Gimana? Pulang sekarang?" Ozy memasukkan kedua tangan nya kedalam kantung hoodie maroon yang dipakainya.
"Yaudah, ayo kak. Keburu hujan," Ozy berjalan disamping Vanilla, Vanilla berjalan menunduk, entah apa yang ia rasakan sekarang. Perasaannya campur aduk. Dia yang awalnya ngebet pengen deket sama Ozy, pas sudah dekat, canggung.
"Kalo jalan liat ke depan, mau kesandung lagi? Dasar ceroboh," Ozy mengetuk jidat Vanilla dengan telunjuknya. Bukannya merasa tersinggung Vanilla justru memasang senyuman kuda miliknya.
Mereka berdua sudah sampai di parkiran, Vanilla berdiri menunggu Ozy yang mengambil motornya di tengah-tengah barisan motor lainnya.
Kenapa jadi gugup gini sih, padahal ini kesempatan emas.
Ozy sudah berhenti di depan Vanilla sejak tadi. Banyak siswa-siswi berlalu lalang di area parkiran. Ada yang berjalan santai dengan pacarnya, ada yang berlari seperti dikejar anjing, ada juga yang masih bersantai di koridor.
"Mau sampe kapan berdiri di situ?" Ozy bersandar menyamping di jok motornya dengan tangan bersedekap didepan dada.
"Ayo, buruan naik," Ozy sudah naik keatas motornya dan memakai helm fullface miliknya.
"Tapi kak, itu tinggi banget," Vanilla menunjuk jok motor Ozy. Sesekali menunduk untuk melirik rok yang digunakannya. Ozy yang melihat itu langsung peka dengan gerak-gerik Vanilla. Ozy melepas hoodie miliknya, dan memberikannya kepada Vanilla.
"Nih, pake buat nutupin rok nya."
Vanilla menerima hoodie yang diberikan Ozy, Vanilla naik keatas motor dengan memegang bahu Ozy, rasanya jantung Vanilla hampir copot.
"Gimana? Udah?" Tanya Ozy sambil memperhatikan Vanilla lewat kaca spion nya.
"Sebentar, kak," Vanilla mulai menutup rok nya yang sedikit terangkat dengan hoodie yang diberikan Ozy barusan. Siswa-siswi yang berada diparkiran menatap Vanilla dengan tatapan tajam.
"Gila itu cewe. Bisa ngisi jok motor si Ozy."
"Yah, potek."
"Itu siapa, sih? Anak baru itukan? Songong banget!"
"Mau ya si Ozy sama Cabe gitu? Ewh."
Suara-suara itu terdengar jelas di telinga Vanilla. Seketika Vanilla diam mendengar ocehan dari orang-orang di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Can [SEGERA TERBIT]
Teen Fiction"Kenapa semuanya berantakan ... Kenapa?" Bagaimana bila seseorang jatuh cinta, namun, seseorang yang pernah mengisi hati itu kembali lagi? Dengan perasaan yang tak bisa dipungkiri, Vanilla Alexa. Gadis dengan 1001 kesedihan dibalik topeng periang...