Delapan

4K 240 50
                                    

Aku harap, ini bukan mimpi, kalaupun ini mimpi, tolong. Jangan bangunkan aku.
-Vanilla Alexa-

***

"VANILLA!! BURUAN, TURUN! INI ADA TEMEN KAMU!" Bunda Vanilla berteriak memanggil Vanilla. Padahal jam masih menunjukan pukul 06.05 WIB.

"SEBENTAR, BUN!!"

"Pasti Dina, ah elah bunda. Ada Dina aja heboh."

Vanilla baru saja selesai memakai bedak, dan sedikit liptint. Rambutnya masih terurai indah dengan panjang se-bahu. Vanilla turun dengan santai sambil mengikat rambutnya. Menuruni satu per satu anak tangga. Ternyata, teman yang dimaksud bunda adalah Ozy.

"Ngapain dia pake jemput segala, sih!" Vanilla menggumam pelan. Dia kembali berjalan dan masih mengikat rambutnya. Ozy yang melihat Vanilla turun sambil mengikat rambut langsung terpana seketika.

Setelah melihat wajah polos gadis itu, dan tingkah konyol nya. Vanilla sampai di bawah dan meletakkan tas nya di sofa ruang tamu.

"Sarapan di sini aja ya, Zy. Kamu kan belum sarapan. Lagian pagi banget jemput Vani nya," Bunda Vanilla terkekeh melihat tingkah Ozy. Benar saja, Ozy datang kerumah Vanilla tepat pada pukul 06.00 WIB. Alasannya 'biar ngga telat sekolah'.

"Eh, iya, Tan, maaf ngerepotin," Ozy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sesekali melirik Vanilla. Gadis itu sudah duduk di kursi meja makan, dan disusul dengan Ozy dan Kiara.

"Tan, nanti Ozy pinjem Vani nya sebentar ya, soalnya, Ozy lagi kena hukuman," Ozy memasang muka melas nya, Seolah dia habis terkena hukuman pidana lima belas tahun. Kiara yang mendengar itu langsung tertawa terbahak-bahak.

"Aduh, kalian ini, yaudah iya, tante izinin. Tapi jangan pulang lewat dari jam sembilan malam. Oke?" Dalam hati Vanilla menggumam sendiri, bagaimana mungkin dia bisa bersikap seperti itu? Kadang dia cuek, irit ngomong, dan kadang juga perhatian, dan. Cerewet.

"Siap tante," Ozy dan Vanilla sudah selesai sarapan. Vanilla mengambil tas nya di sofa kemudian mencium tangan Kiara, tanpa lupa kedua pipi nya. Ozy pun menyalami Kiara kemudian mereka berangkat.

"Assalamualaikum, Bun. Vani berangkat."

"Waalaikumsalam. Iya, hati hati ya."

Vanilla keluar ke halaman rumahnya. Dia terdiam sejenak melihat pemandangan di depan nya. Ozy membawa mobil? Yang benar saja? Kemana motornya? Apa sakit? Ah elah, emang motor bisa sakit!

"Ayo masuk, mau telat?" Vanilla yang masih berpura-pura ngambek hanya mengikuti Ozy untuk masuk ke mobil nya. Tetapi siapa sangka, Vanilla malah duduk di kursi penumpang belakang.

"Lo kira gue sopir, pindah," Ozy menatap Vanilla lewat kaca. Vanilla menyilangkan tangan nya di depan dada.

"Ngga mau, enakan di belakang."

"Apa harus gue gendong?" Vanilla membulatkan matanya saat itu juga. Dalam hati Vanilla sudah berjoget ria.

"Iya, iya," Vanilla membuka pintu mobilnya kemudian duduk di kursi sebelah Ozy.

***

"Udah sampe," Ucap Ozy dingin. Bahkan lebih dingin dari Es cendol mang Bahar. Vanilla memutar bola matanya malas. Apakah Ozy memiliki dua kepribadian? Bagaimana bisa dalam beberapa menit saja sikapnya sudah berubah?

If I Can [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang