01. Genta Aldhio

393 27 3
                                    

all is

not the same

right now.

🍀 🍀 🍀

Three years later.

Banyak yang berubah disini. Salah satunya adalah dirinya sendiri. Dan hal itu semakin membuat senyum miris Genta tak bisa dipudarkan. Senin pagi ini, kakinya berpijak diatas tanah dimana dulu, ia menjadi pengecut disini. Genta menghela napas, menunduk dan melanjutkan langkah mendekati gadis bermata coklat yang sudah merengut kesal.

“Nggak niat banget sih cuman ambil raport sebentar. Bentar lagi gue juga hempas dari hidup lo. Tahan beberapa jam doang apa susahnya sih?”

Genta menipiskan bibirnya, rautnya begitu lelah mendengar celotehan adik perempuannya itu. “Iya gue nggak tahan. Pengen muntah.”

Sharon, adik Genta melotot lebar. “Tai lo emang.”

Genta hanya terkekeh, merangkul bahu Sharon dan melangkah memasuki kawasan sekolah dimana dulu ia juga bersekolah disini. “Mana kelas lo?

“Dilantai dua.”

Genta mengangguk. Mereka pun berjalan beriringan menyusuri lorong hingga sampai disebuah kelas Sharon. Didalam, Genta hanya diam. Meneliti kelas yang sama dengan yang ia tempati tiga tahun yang lalu. Dan hal tersebut semakin membuat Genta jengah dan muak lantaran sebuah rasa aneh kembali ia rasakan. Bibir bawahnya beberapa kali ia gigit, mencoba menahan sesak itu agar Genta tak pergi dari tempat ia duduk saat ini.

Kakinya bergerak cemas. Mengumpat dalam hati kenapa nama Sharon harus berawalan 'S' yang tandanya nama absen gadis itu pasti lah dibawah.

Genta menghela napas, hingga beberapa menit kemudian nama Sharon disebutkan dan hal tersebut membuat Genta lega bukan main. Ia maju kedepan, mengambil raport atas nama Sharon dan tertahan sejenak ketika wali kelas Sharon sama dengan wali kelas Genta dulu.

“YaAlloh, Genta, udah gede. Makin ganteng kamu, ya.”

Genta terkekeh. “Ibu bisa aja.”

Bu Pipit tersenyum manis. “Habis ya dulu kamu tuh udah tinggi sekarang SMA kok makin tinggi. Makin bule. Uh, gimana SMA kamu? Masih aktif osis?”

Dengan berat hati, Genta menggeleng.

“Haduh sayang banget. Padahal sistem kerja kamu bagus. Yaudah semangat ya sekolahnya. Jangan lagi-lagi punya temen berandal, oke.”

Genta tercenung, sekilas, hatinya tercoret sesuatu seperti pisau hingga membuat bulu kuduknya meremang. Namun hanya sejenak, karena selanjutnya Genta memilih tersenyum sekilas dan melangkah keluar kelas. Genta tidak meneliti isi raport Sharon seperti biasanya. Ia hanya melangkah keluar dari kelas dan menuruni anak tangga, bergegas keluar dari sekolah ini. Ia tidak menghiraukan suara Sharon yang menyahuti namanya agar menunggu gadis itu. Genta hanya terus melangkah, menuju mobil dan segera menetralkan pernafasannya ketika sudah terduduk dikursi kemudi.

Tak lama kemudian, pintu disebelahnya terbuka dan Sharon masuk dengan wajah memerah. Pasti gadis itu berlari sambil emosi, jadilah wajahnya seperti kepiting rebus.

My GisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang