14. Him Worries

177 17 0
                                    

🍁 🍁 🍁


Setelah Gisa keluar dari appartemen, segalanya berjalan seperti biasa dan baik-baik saja. Genta bergegas latihan basket setelah Demian dan Jack datang menjemput. Kemudian mereka pergi ke tempat nongkrong setelah selesai latihan, dan malamnya pun mereka habiskan untuk mampir di sebuah club malam dengan teman-teman yang lain.

Segalanya berjalan sangat baik.

Genta tidak memikirkan apa-apa, saat itu ia hanya merasa enjoy dan have fun dengan apa yang berjalan pada hari itu. Tidak memikirkan hal buruk sedikitpun tentang dirinya sendiri maupun tentang Gisa yang terakhir ia lihat adalah saat gadis itu menghampiri sang Ayah.

Genta hanya berfikir saat ia kembali ke rumah nanti, Gisa pasti ada di apartemennya. Entah masih menonton acara televisi dengan memakan semangkuk mie instan atau sudah tertidur seenaknya tanpa mengenakan bra.

Hanya itu yang dipikirkan Genta, itu kenapa Genta tidak merasa sedikit cemas sampai kembali ke rumah dengan kondisi setengah mabuk. Ia berjalan gontai menuju kamar. Tidak sabar melihat Gisa berbaring disebelahnya, dengan wajah polos tanpa make up dan segala tingkah laku Gisa yang tidak ia sadari saat tertidur. Entah menendang, manyun tiba-tiba, memeluknya tiba-tiba atau mengigau asal. Semua Genta tahu, karena laki-laki itu sering terbangun ditengah malam hanya untuk memperhatikan gadis itu tanpa kenal waktu.

Genta tidak tahu sejak kapan ia bertingkah aneh seperti ini, bahkan ia tidak pernah berfikir sedikit pun untuk melakukan hal menyimpang pada gadis yang selalu liar setiap kali membuka mata itu. Namun saat gadis itu tertidur, Gisa tidak menjadi sosok gadis seksi yang mampu membuat laki-laki yang melihatnya langsung nafsu, gadis itu hanya berlaku polos, apa adanya. Malah terkesan cute hingga mampu membuat laki-laki yang melihatnya jatuh hati. Tidak ada fikiran nafsu sedikitpun.

Mungkin itu sebab nya Genta jadi aneh begini. Namun hanya saat Gisa tertidur saja, jika gadis itu sudah membuka mata, Genta akan selalu bersikap waspada karena memang tingkah Gisa kadang kelewatan dan tidak dapat ditebak apa yang dipikirkan gadis tersebut.

Tapi, ketika Genta sampai didalam kamar, sosok yang ia pikirkan akan berbaring lucu diatas ranjangnya tidak ada. Apa yang laki-laki itu lihat didepan mata hanya sebuah ranjang kosong yang rapih. Seolah tidak ada orang lain yang menyentuhnya. Genta menggaruk belakang kepalanya, matanya masih sayu, menatap sekeliling kamarnya dengan wajah bingung dan kecewa.

“Sa??” panggilnya.

“Gisaa? Lo belum pulang??” tanyanya masih menatap kesekitar kamar.

Pulang?

Genta reflek menyeringai pendek.

“Tolol lo, Ta. Lo pikir lo rumah?” gumam laki-laki itu sebelum menjatuhkan tubuhnya di kasur.

Badannya terlentang, menatap langit-langit kamar dengan pandangan tidak menentu. Lampu diatas seperti terbelah banyak dan bergerak random. Efek mabuk benar-benar membuat Genta seperti orang gila. Genta bahkan senyum-senyum sendiri. Heran. Di langit-langit kamarnya kok ada Gisa?? Pikirnya dalam hati.

“Cantik bener sih lo.” gumam laki-laki setengah sadar itu.

“Ah, anjing pusing banget gue.” Genta memegang kepala dengan mata terpejam setelah mengumpat heran pada dirinya sendiri.

“Tapi sumpah, Sa, lo dimana sih?”

Kan, orang mabuk emang sinting.

Bahkan nomor yang sudah ia ganti nama menjadi Orang gila itu ia hubungi berkali-kali malam ini.

“Lah operator bangsat.”

“Tai lo diem, gue bom sekalian sampe gak aktif terus nomornya.”

My GisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang