05. If I Can

218 18 1
                                    

if

i can

to kiss you

on your lips, right now.

🍀 🍀 🍀

"Eh, Bud, gue tiba-tiba pengen karedok deh."

Arju yang baru saja hendak menempelkan pantat dikursi kantin menatap Gisa gondok. Laki-laki itu baru saja menyodorkan semangkuk bakso pada Gisa karena sebelumnya saat pelajaran Seni Budaya ia berkata ingin bakso. Tapi, ketika ia sudah membawakan apa yang Gisa inginkan sebelumnya, saat ini, Gisa dengan seenaknya berkata ingin hal yang lain.

"Udah lo makan aja yang ada nggak usah banyak ulah." ujar Arju pada akhirnya, ia duduk dihadapan Gisa dan mulai mengaduk mie ayamnya dengan saus, sambal dan kecap.

"Eh, stop! Jangan tuangin kecap itu duluu!"

Arju ingin sekali melempar kecap ditangannya ke wajah Gisa. Tapi ia tahan. Sebagai seorang laki-laki yang tidak ingin harga dirinya jatuh, ia harus bersikap baik pada wanita walaupun terkadang, seorang cewek benar-benar menyebalkan.

"Gue mau cicip. Suapin. Yang nggak ada kecap sama saosnya."

Arju menghela napas. Ia meletakan kecapnya dan meraih dua sumpit untuk menggulung mie ayamnya. Setelah bagian tanpa kecap dan saus dimie nya sudah tergulung di sumpit, Arju menyodorkannya ke mulut Gisa yang terbuka. Gisa segera melahap dengan mulut terbuka lebar, tidak mengizinkan mie ayam tersebut menghilangkan gincu dibibirnya.

Arju berdecak. "Mulut lo bisa nggak kalo makan nggak usah lebar-lebar. Jijik gue liatnya."

"Bodo amat, njing. Lo bukan suami masa depan gue. Buat apa jaim?"

Arju menggeleng heran. Melanjutkan kegiatannya mengaduk mie ayam dihadapannya setelah ditambahkan sedikit kecap.

"Gis, dua orang kemarin tuh temen lo ya? Kok lo nggak pernah cerita ke gue?" tanya Budi.

"Emang apa-apa harus gue ceritain ke lo?" todong Gisa sembari memasukan potongan bakso kedalam mulut. "Eh, Bud, semalem lo beneran coli?"

Arju melotot, ia meraup bibir Gisa hingga gadis itu terpekik heboh.

"WOI SINTING LO BUDI BABI! INI GINCU GUE ILANG ANJING!"

Arju semakin membekap mulut gadis itu. "Diem lo, monyet."

Arju melotot. Gisa ikut melotot.

"Lepas anjir." ujar Gisa dengan suara yang tidak jelas karena bekapan tangan Arju.

"Janji dulu lo kagak bacot coli-coli terus." ucap Arju penuh penekanan dan ancaman.

Gisa mengangguk. Arju segera melepas tangannya dari mulut gadis itu.

"HUAH," napas Gisa terbuang panjang, "tai emang lo, temen laknat, najis."

"Lo yang najis, bego. Rahasia negara lo bocor-bocorin mulu."

Gisa meraih cermin bulat didekat ponselnya, melotot kecil ketika lipstiknya belepotan kemana-mana akibat ulah si Arju. "Kan, Budi kampang emang. Gincu gue nggak bener lah. Asu."

Arju melanjutkan makan nya. "Lo tuh jangan dikit-dikit ngomong kasar kek."

"Apa? Masalah buat lo?" semprot Gisa sewot. "Lagian terserah gue dong. Mau ngomong kasar juga dosa-dosa gue."

My GisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang