17. I Can't

149 15 5
                                    


Sebenarnya Genta ingin diam saja. Tidak ingin membahas hal itu bahkan sampai sekarang sudah berjalan dua pekan. Gisa ada dihadapannya, memakan satu porsi ketoprak dengan es jeruk disebelahnya. Dan, Genta tidak dapat berhenti memandang Gisa, kedua tangannya bertautan didepan bibirnya yang bergerak cemas. Rasa penasaran mulai membuncah di dada, dan hampir saja meledak jika Gisa tidak mendongak dengan tatapan heran, seolah sadar jika sedaritadi Genta terus melihatnya.

“Kenapa? Cantik banget ya gue?”

“Iya.”

Jawaban mudah dari bibir Genta berhasil membuat Gisa semakin heran. Tangan kanannya meletakkan sendok didekat piring, kemudian bergerak didepan wajah Genta.

“Kenapa sih lo? Waras?”

Genta hanya mengangguk.

“Coba gue cium,” Gisa sudah berdiri, hendak mendekati tubuhnya untuk mengecup pipi Genta, namun Genta reflek memundurkan kebelakang.

“Sinting.” Genta mendesis tidak habis fikir.

Gisa menyengir. “Ini baru waras.”

Genta mendengus, membenarkan posisi tubuhnya dan mengambil tissue dihadapannya untuk mengelap bibir Gisa yang belepotan bumbu kacang.

“Gimana?” tanya Genta.

“Apanya?”

“Sekolah disini.”

Iya, Gisa sudah mulai sekolah di sekolah yang sama dengan Genta mulai hari kemarin. Dan hari ini adalah hari kedua gadis itu menjadi siswi SMA Pancasila. Mereka berada dikelas yang berbeda, sehingga Genta tidak tahu bagaimana Gisa dikelas dan apa saja yang sudah terjadi dikelasnya sejak kedatangan gadis itu.

“Ya... sekolah tuh gimana? Ya gitu rasanya.”

Genta diam, menatap Gisa yang se-simple itu dalam menjawab pertanyaan maupun berfikir.

“Kenapa sih, Ta? Lo kangen liat gue dikelas? Jangan deh gue tuh kerjaannya tidur. Kalo lo liat ntar lo malah jadi pengen bobo bareng gue.”

Genta reflek melengos, ia menghela napas kemudian menoyor kening Gisa kebelakang. “Otak lo perlu dicuci kayaknya.”

“Jangan dong.” balas Gisa sembari menyedot es jeruknya. “Nanti nama lo kehapus gimana?”

“Saa.”

Mendengar nada penekanan tersebut, Gisa hanya terkekeh sebagai tanggapan kemudian menatap laki-laki itu dengan mata menyipit.

Dipandang seperti itu, Genta gaguk sendiri, ia hanya menggerakkan bibir untuk bertanya 'apa?' sebagai tanggapan atas kelakuan aneh gadis itu.

“Lo mau tanya sesuatu kan sama gue?” tebak Gisa telak.

Genta yang awalnya ingin mengelak tiba-tiba kepalanya memutar sesuatu. Buat apa ia menghindari? Ada untungnya?

Alhasil, setelah sekian sekon laki-laki itu berperang dengan pikirannya. Genta membuka mulutnya untuk bertanya sesuatu.

“Lo biasa aja setelah liat gue tidur sama cewek lain?”

Dahi Gisa berkerut sebentar.

I'm just asking what i want to ask for you.”

“Okay...” Gisa menghela napas panjang sebelum kembali meneruskan, “Then, you want me to answer that?”

“Answer it.”

Gisa mengaduk-aduk gelas es nya yang hanya tersisa sedikit air dan es batu sebelum menjawab pertanyaan dari Genta. “Yah... I'm fine as you can see now.”

My GisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang