02. She or not?

326 22 3
                                    

Times made me

realize,

losers changed everything.

🍁 🍁 🍁

Genta tidak tahu berapa lama dia tidur. Yang ia tahu, ketika matanya terbuka karena sinar matahari menyilaukan mata, jam didinding sudah menunjukan pukul 2 siang. Kepalanya berdenyut ketika tubuhnya bergerak untuk duduk, matanya pun reflek terpejam untuk menetralkan denyut dikepalanya.

“Lo udah bangun?”

Kesadaran Genta pulih seratus persen. Kepalanya yang berdenyut hilang, tubuhnya yang lemas hilang bahkan kondisi mengantuk saat itu langsung hilang ketika mendengar suara gadis bertanya padanya. Kepalanya menoleh kesamping, melihat gadis yang menguap lebar. Rambut gadis itu sedikit kecoklatan dan segera gadis itu benarkan dengan jemarinya. Pakaian yang dikenakan gadis itu juga sempat membuat Genta kelimpungan, ia meneliti tubuhnya sendiri. Namun kondisinya masih sama dengan semalam, tidak ada yang lepas satu pun kecuali sepatu dikedua kakinya.

Genta kembali menoleh, gadis dengan tanktop hitam dan celana pendek itu memegang sebuah cermin bulat didepan wajah. Ia membersihkan sudut-sudut matanya sebelum memoleskan liptint dibibirnya yang pucat.

“Lo siapa?!” tanya Genta panik.

Gadis itu menoleh, menatap Genta dengan senyum tipis. “Yang pasti gue bukan cewek one night stand lo.”

Genta mengernyit.

Gadis itu terkekeh, mencubit pipi Genta sebelum mengecupnya sekilas. “You're so cute, Genta. I miss you too much.

Genta makin bodoh. Ia terdiam saat gadis itu menyibak selimutnya dan menarik karet gelang dipergelangan tangannya. Ia melangkah keluar dari kamar sembari mengikat rambut panjangnya. Genta menelan ludah.

“Iler lo jangan sampe tumpah, Genta.” seru gadis itu berbelok menuju dapur.

Genta mengerjap, ia bergegas berdiri dari kasur dan menghampiri gadis itu dengan tergesa.

“Serius. Lo siapa?” tanya Genta dengan raut bodoh.

I'm Gisa, you know me, Genta.” gadis itu membelakangi Genta, sibuk mengambil mangkuk dan sereal didalam lemari.

Genta mengernyit bingung. Ia melangkah memasuki dapur dan berhenti diwestafel. Mencuci mukanya dan berharap bayangan gadis itu menghilang. Ia takut jika ia gila hingga membayangkan Gisa senyata ini. Tapi, sungguh. Gadis itu berbeda meskipun wajah mereka hampir sama.

“Lo becandain gue, hah?” seru Genta berteriak, ia tiba-tiba merasa kesal. Entah karena dirinya sendiri atau karena Gisa yang terlihat semakin nyata ketika melewati tubuhnya dengan membawa mangkuk berisi sereal lalu singgah disofa ruang TV.

Genta frustasi sendiri ditempat. Memandang gadis yang hanya tersenyum cuek dan dengan santainya menaikan tali tanktopnya yang turun kelengan.

Melihat betapa berbedanya Gisa saat ini, Genta ingin sekali mengusir gadis itu agar tidak semakin membuat Genta gila.

Bagaimana bisa? Gisa yang dulu, selalu mengenakan pakaian kedodoran seperti lelaki tiba-tiba berubah hanya mengenakan tanktop dan celana pendek disebuah ruangan bersama seorang laki-laki? Dulu, Gisa bahkan tidak segan-segan menghabisi murid laki-laki yang melihat kakinya saat mengenakan kaos kaki pendek. Tapi saat ini, Gisa sangat berubah.

My GisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang