(fifteen)

8.3K 728 87
                                    


Kita tidak pernah tahu kapan maut akan menjemput. Yang harus kita lakukan adalah sabar dan ikhlas saat menerimanya.

Kai mengemudikan mobilnya sedikit kencang menuju rumah Aeris. Sebelum pergi, dia memberitahu Mrs. Hana jika kakak Aeris meninggal dunia. Mrs. Hana mengatakan akan segera menyusul ke rumah duka.

Aeris melihat bendera berwarna kuning terpasang di rumahnya. Jantung Aeris berdetak sangat cepat. Sungguh, Aeris tidak pernah membayangkan akan hidup sebatang kara di dunia ini.

Aeris pun segera turun saat tiba di rumahnya. Pak Dhe berdiri lesu di depan pintu rumah. Aeris langsung memeluk pria paruh baya itu dan kembali terisak pelan.

"Masmu sudah dimakamkan satu jam yang lalu, Nduk. Ikhlaskanlah. Do'akan masmu tenang di alam sana."

Tangis Aeris malah semakin pecah karena tidak bisa melihat Satria untuk terakhir kali.

Sebuah sedan hitam berhenti tepat di samping mobil sport Kai. Baekhyun pun segera turun dari mobilnya.

"Aeris..." ucap Baekhyun lirih. Dia datang karena mendengar kabar jika Satria meninggal dunia. Baekhyun langsung meninggalkan pekerjaannya untuk menemui Aeris.

"Kak Satria ... pergi." Aeris semakin terisak dalam dekapan Baekhyun.

Baekhyun mendongak, menatap langit yang tampak mendung  berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Dia mengusap punggung Aeris yang bergetar dengan lembut.

"Ikhlaskanlah Aeris." Baekhyun menangkup kedua pipi Aeris yang tampak tirus, mengusap air mata yang turun membasahi kedua pipi wanita itu.

"Masih ada aku di sini," ucapnya menenangkan.


❄❄❄


Keesokan harinya Kai datang menemui Chanyeol. Menurut informasi yang Kai dapat, lelaki itu sedang berada di Batam. Chanyeol  ternyata tidak sibuk dengan pekerjaan. Dia malah sibuk dengan selingkuhannya, Flora. Mereka sedang menikmati liburan di sana.

Kai menatap Flora geram. Wanita tidak tahu diri! Sudah tahu Chanyeol memiliki istri, tapi masih tetap saja mendekati pamannya. Dasar pelakor!

"Paman bersenang-senang di sini sementara Bibi menangis pilu di rumah sana!" geram Kai.

"Apa pedulimu, Kai?"

"Di mana otakmu, Paman?" Kai mulai emosi. Napasnya terlihat naik turun.

"Aeris istrimu ... dia membutuhkanmu," geramnya menahan kesal. Rasanya Kai ingin sekali meninju muka bodoh Chanyeol.

"Tidak lagi. Aku akan segera menceraikan Aeris.

Wajah Kai mengeras. "Cerai?"

Kai meninju pipi Chanyeol dengan keras hingga  jatuh tersungkur. Chanyeol meringis, mengusap sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah.

"Kenapa kau memukulku bodoh!" gerap Chanyeol tidak terima, melayangkan tinjunya tepat ke wajah Kai.

Kai mundur beberapa langkah. Pipinya terasa nyeri akibat tonjokan keras Chanyeol.

Kai mengepalkan tangan kuat untuk meredam emosi. "Aku akan membawa Aeris pergi!" desisnya.

"Bawa saja. Aku tidak peduli lagi dengannya," ucap Chanyeol acuh.

Kai berdecih. Paman tolol. Bodoh. Cinta pertama? Bullshit!!

"Baik, aku akan membawa Aeris pergi jauh dari kehidupan Paman. Jangan sekali pun Paman menyesali keputusan Paman. Aku dan Baekhyun akan berdiri di garis depan jika Paman mencari Aeris lagi. Camkan itu!"

Hot Daddy's! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang