Aeris terus berjalan di sepanjang trotoar. Di samping kanan kirinya hanya ada bangunan rumah mewah yang berjejer rapi. Aeris tidak melihat halte bus sama sekali. Aeris sesekali menoleh ke belakang lalu mendengkus kesal.Apa kau berharap Chanyeol akan menyusulmu seperti Kim Tan yang menyusul Cha Eun Sang, Aeris? Just in your dream. Entah sudah seberapa jauh Aeris berjalan. Kakinya mulai terasa pegal, Aeris yakin otot kakinya pasti bermunculan dan mungkin betisnya sudah sebesar talas Bogor.
Langit perlahan berubah warna menjadi jingga. Sekumpulan burung bangau terbang di langit kembali pulang ke sarang mereka. Aeris iri melihat mereka, dia ingin cepat pulang. Kaki Aeris semakin pegal, perutnya juga lapar. Aeris menyesal telah membuang bekal makanan yang telah dia buat untuk Sehun. Seharusnya dia tidak membuang bekal makanan itu tadi. Aeris terlihat seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Menyedihkan
Rasanya Aeris ingin sekali menangis meratapi nasibnya. Hari ini Sehun meminta putus, lalu bertemu dengan keluarga kaya tapi menyebalkan. Pengecualian untuk Mrs. Hana dan Angel tentunya.
"Arghh ... menyebalkan!" gerutu Aeris di sepanjang jalan. Dia akhirnya sampai di halte bus terdekat saat hari sudah gelap.
Aeris meluruskan kedua kakinya lalu memberi sedikit pijatan. "Aduh, aku lelah sekali," keluhnya.
❄❄❄Busway yang Aeris tumpangi akhirnya berhenti di halte bus dekat rumahnya. Aeris mengerjabkan kedua matanya perlahan. Sepertinya Aeris tertidur.
"Hoamm ..." Aeris merenggangkan otot tubuhnya yang terasa kaku. Kepalanya dia putar ke kiri dan ke kanan bergantian.
Rumah Aeris berada di sebuah gang yang jauh dari jalan raya. Dia harus berjalan kurang lebih sejauh dua kilometer agar sampai di rumah.
"Ya Tuhan, aku harus berjalan lagi!" gerutu Aeris kesal.
"Pak Dhe!"
Orang yang dipanggil Pak Dhe oleh Aeris itu sontak menghentikan laju motor bebeknya.
"Loh Aeris, sudah malam kok masih keluyuran?" Lelaki paruh baya yang memakai kaos dalam tipis berwarna putih dan celana pendek selutut berwarna hitam itu menatap Aeris heran. Karena Aeris jarang sekali berada di luar rumah saat hari sudah gelap.
Aeris menatap Pak Dhe kesal. Siapa juga yang keluyuran?
"Pak Dhe, Aeris nebeng sampai rumah, yah?"
"Owalah, kamu mau nebeng to, ayo naik!" ucap Pak Dhe kental dengan logat jawanya.
"Terima kasih, Pak Dhe." Aeris pun segera naik ke atas motor.
❄❄❄Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam kurang. Satria terlihat mondar-mandir di depan pintu rumah sambil menggigit kuku jarinya cemas karena adik perempuan satu-satunya belum juga pulang.
Satria kembali mencoba menelepon Aeris, tapi sedari tadi hanya suara mbak-mbak operator yang menjawab panggilannya.
"Di mana kamu Aeris?" gumam Satria cemas, kembali masuk ke rumah, mengeluarkan motor untuk mencari Aeris.
Motor Pak Dhe berhenti tepat di depan rumah Aeris.
"Terima kasih, Pak Dhe," ucap Aeris.
"Sama-sama, Nduk." Pak Dhe pun melajukan motornya kembali menuju rumah.
"Bang Sat...!" Aeris berlari kecil, menghampiri Satria yang sedang mengeluarkan motor. Aeris langsung memeluk Satria erat-erat.
"Aduh ... aduh!" Aeris meringis, mengusap keningnya karena Satria menyentil pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy's!
FanfictionDewasa 21+ [Jangan lupa follow authornya] Aeris seorang gadis berusia 17 tahun. Dia terpaksa tidak melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena kesulitan biaya, padahal Aeris termasuk murid yang pintar di sekolahnya dulu. Aeris...