(Eightteen)

10.1K 714 88
                                    


Sepertinya Chanyeol harus mengubur dalam-dalam keinginannya untuk berbulan madu yang kedua. Selama dua bulan yang lalu pekerjaan Chanyeol banyak yang terbengkalai karena masalahnya dengan Aeris. Chanyeol pun harus membayar semuanya sekarang. Setiap hari dia harus menghadiri rapat penting dan menandatangani berkas yang jumlahnya tidak sedikit. Chanyeol merasa benar-benar lelah. Dia melonggarkan dasi yang terasa mencekik leher. Lengan kemejanya pun dia gulung sampai siku. Tumpukan berkas di atas meja masih ada setengah yang harus dia periksa, melelahkan. Chanyeol mengembuskan napas panjang, sebenarnya dia ingin segera pulang dan bertemu dengan keluarga kecilnya. Namun, Baekhyun sedang ingin menyiksanya. Lelaki berwajah cantik itu menyuruh Chanyeol untuk menyelesaikan semua pekerjaannya hari ini juga. Menyebalkan.

Keparat Satu sialan! Itulah julukan Chanyeol untuk Baekhyun. Lelaki itu kini menggantikan Mr. Kim menjadi orang kepercayaan Chanyeol. Jika sulu Chanyeol bisa dengan mudah menyuruh Mr. Kim untuk menggantikan pekerjaannya. Namun, Chanyeol sekarang tidak bisa dengan mudah menyuruh Baekhyun karena lelaki berwajah imut itu tidak mudah dibantah, mengingat status Baekhyun sekarang telah menjadi orang kepercayaan sekaligus kakak iparnya. Hufft! Menyebalkan!

Ponsel Chanyeol yang ada di atas meja bergetar. Chanyeol pun segera memeriksa.

My Lovely Wife calling...

Chanyeol pun menggeser ikon hijau di layar ponselnya.

"Halo, Sayang!" ucapnya terdengar senang.

Chanyeol tersenyum tipis saat mendengar Aeris menyuruhnya untuk segera pulang.

Chanyeol pun melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah jam delapan malam.

"Kamu tidak bisa jauh dariku, ya?" tanyanya menggoda. Pipi Aeris sekarang pasti bersemu merah. Ah, Chanyeol sangat tidak sabar ingin pulang.

Kedua matanya melirik Baekhyun yang duduk di meja tak jauh darinya.

"Sebentar lagi ya, Sayang. Pekerjaanku masih belum selesai," ucapnya lesu. Jika Chanyeol pulang sekarang. Dia bisa dibantai oleh Baekhyun.

Chanyeol terkikik saat mendengar Aeris yang sedang mengomel di seberang sana.

"Iya, Ai. Aku juga mencintaimu," ucapnya lalu memutus sambungan telepon.

Chanyeol tersenyum, dia yakin sebentar lagi ponsel Baekhyun akan berbunyi.

Tidak lama ponsel Baekhyun pun berdering nyaring.

"Ya, Aeris."

Chanyeol tersenyum penuh kemenangan. Dia pun segera membereskan meja kerjanya.

"Iya, maaf. Baiklah." Baekhyun menatap Chanyeol tajam.

"Da ... da ... Kakak Ipar!" ucap Chanyeol seraya berjalan keluar ruangan.

Baekhyun menatap Chanyeol kesal. Ingatkan dia untuk menendang bokong Chanyeol besok pagi!

❄❄❄

"Aku pulang!" teriak Chayeol saat tiba di rumah.

Chanyeol merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, menyambut tubuh Aeris dalam pelukan.

Aeris memeluk tubuh Chanyeol erat. Dia sangat menyukai aroma maskulin yang menguar dari tubuh Chanyeol.

"Apa Kak Baekhyun begitu keras padamu?" tanya Aeris.

Chanyeol menggeleng pelan.
"Tidak, Sayang. Kamu mengkhawatirkanku, ya?"

"Tentu saja aku mengkhawatirkanmu."

"Aish! Manis sekali istriku." Chanyeol mendekatkan wajahnya ingin mencium Aeris

Aeris tertawa kecil saat mendengar suara yang berasal dari perut Chanyeol. "Kamu lapar, ya?"

Hot Daddy's! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang