Prolog

3.6K 133 6
                                    

Sial!

"Ini semua sungguh keterlaluan!Padahal ini semua bukan salahku seutuhnya. Cihhh kenapa aku ngga bisa woles"Tino mengeluh dalam hati.

Aku harus menghapus seluruh bukti. Tino segera lari menuju ruang kesenian, sebelum sampai ruang kesenian Tino tiba tiba berhenti karna dia merasa mendengar suara teriakan gadis, mistis agak samar samar.

Seketika Tino menelan ludah karna takut dan dikarenakan ruang di sekolahan terlihat agak seram. Tino pun berlari lagi menuju ruang kesenian.

Setelah sampai ruang kesenian. Tino memerhatikan satu lukisan.

"Lukisan kayak gini aja dibilang bagus. Padahal kayak coretan anak TK. Dibilang bagus ngga, dibilang cantik apalagi. Menurutku lukisan ini agak seram."

Tino kaget seketika, setelah memerhatikan lebih detail lukisan yang di buat Anna  itu.

"Tidak, ini tidak mungkin. Ini mungkin hanya kebetulan saja, mana mungkin sosok yang dilukis Anna itu aku".

Tino masih agak shock. Mau gimana lagi lukisan yang dibuat Anna, memiliki ciri-ciri seperti ciri-ciri Tino.

Konon katanya, setiap kali Anna melukis pasti menjadi kenyataan.
Soalnya sudah ada 4 korban nyawa dan semua korbanya mati. Dengan keadan sama persis dilukisan yang Anna buat.

Ketika Tino masih tidak percaya. Datanglah sosok berbaju hitam, jubah hitam, dan memakai topeng warna putih.

Sosok itu seketika menghunuskan pedangnya kearah Tino. Tino yang tidak menyadari kehadiran sosok itu pun hanya bisa diam. Ketika Tino membalikkan badan, pedang itu sudah mengenai lengannya.

Dia langsung lari terbirit-birit menyelamatkan diri. Alangkah kagetnya Tino ketika menyadari bahwa pintu di depannya itu tertutup. Saking paniknya, dia kesulitan membukanya. Tak disangka sosok itu sudah melemparkan pedangnya dan mengenai pelipis Tino. Tino yang ketakutan langsung berteriak.

'Apa salahku?'

Dengan mata melotot, pintu itu akhirnya terbuka dan datang sosok yang sama. Tino telah menyadari kehadirannya. Seketika Tino jatuh terduduk dilantai. Tino memanfaatkan keadaan itu untuk kabur. Tapi dia hilang keseimbangan dan terjatuh.

Sosok itu perlahan mendekati Tino dan berusaha memotong kaki Tino. Tino hanya bisa berontak. Darah bercucuran tanpa disadarinya. Kaki Tino yang sudah putus langsung dilempar didepan mata kepalanya. Tapi, tidak sampai disitu saja. Sosok itu juga memotong satu persatu bagian kaki Tino yang telah lepas, dan seperti tidak puas sosok itu langsung menguliti tangan Tino dengan menggunakan belati. Sehingga darah semakin bercucuran.

Setelah itu sosok itu segera menghunuskan pedangnya. Entah mengapa pedang itu terhenti dan mulai menyayat wajah Tino. Sedikit demi sedikit kesadarannya mulai hilang...

Jangan lupa vote or comment ya

Semoga kalian suka.Karena ini cerita pertamaku maklumi kalau masih abal...

Next part...

Lukisan HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang