part 29 way

28 1 0
                                    

Bella pov

Setelah Rexi membagi kelompok menjadi dua kami segera pergi menyelesaikan tugas masing-masing, jujur sebenarnya aku sedikit canggung saat bersama Rexi, soalnya saat aku bersamanya aku kurang nyaman, sebaliknya saat aku bersama Raka aku malah merasa nyaman. Mungkin karena aku dan Raka sudah berteman akhir-akhir ini, dan kalo aku pikir-pikir mungkin juga karena aku punya rasa padanya.

Aku dan Rexi pun segera pergi ke tempat parkir sementara Raka, Raka sedang mencari Anna.

Sebenarnya ini sungguh ide gila bagaimana tidak, aku seorang siswi akan keluar sekolah di jam pelajaran berlangsung tanpa ijin di guru piket, bersama salah satu polisi. Rasanya seperti penjahat yang terciduk.

"Bella pakai helem."

"Aku mana punya helem, motor aja tidak punya masak helem punya........"

"Heh huh." mungkin karena aku yang langsung protes sama Rexi karena dia menyuruhku memakai helem sementara aku pun tidak punya, Rexi pun langsung meminjamkanku helem.

"Kenapa kamu tidak bilang dari tadi."

"kamu sendiri kenapa langsung nyerocos, ayo cepet pakai."

"Iya-iya, sebentar ribet tahu."

Rexi yang mendengar ucapku barusan langsung tertawa kecil, sementara aku hanya tertunduk malu karena kesulitan memakai helem, mungkin karena aku yang terlalu terburu-buru makanya, jadi ya malah rambut ku malah acak-acakan karena aku biarkan terurai, akibat tidak bisa memakai helem.

Setelah aku memakai helem dan menata rambut ku yang acak-acakan, aku pun segera naik sepeda motor milik Rexi, tepatnya  aku bonceng Rexi dan kami pun segera pergi menuju ke kediaman Galang.

Awalnya sih saat aku boncengan dengan Rexi normal-normal aja tapi saat kami sedang berada di jalan sepi, alangkah kagetnya aku ternyata Rexi naik motor dengan kecepatan yang tidak waras. Bagaimana tidak Rexi ternyata mengendarai motor dengan kecepatan maksimal. Apa dia itu lupa ingatan dia itu kan salah satu anggota polisi, kalo dilihat sama pengendara lainya kan jadi tidak patut dicontoh, figur kok kayak gini. Tapi kalo dilihat salah satu polisi yang betugas kan jadi aneh, masak polisi nilang polisi itu kan tidak lucu, dasar Rexi.

"Rexi pelan sedikit." ucapku dengan suara yang keras.

"Udah jangan khawatir." ucap Rexi dengan tenang.

"Rexi aku mohon Rexi, pelan'in aku tidak mau kamu ajak mati bareng aku masih ingin hidup, lagi pula aku belum siap ditanya, aku kan belum membuat kertas contekan." ucapku sambil memeluk erat Rexi.

"Kamu diam aja, dan satu hal lagi manamungkin kamu bisa nyontek disana." ucap Rexi dengan ketus.

Karena mendengar perkataan Rexi barusan aku pun segera diam.

Tak lama kemudian aku melihat beberapa tetangga ku di jalan dan juga beberapa siswa yang nongkrong, tidak itu saja aku juga melihat beberapa osis, semoga saja di antara mereka tidak ada yang mengenalku tapi pasti salah satu dari mereka ada yang tahu aku. Karena merasa malu aku pun segera meminta Rexi untuk segera lebih pelan, bukan karena itu saja, ini karena aku yang pakai rok pendek jadi aku merasa sangat malu.

"Rexi palan'in."

"Udah kamu diam aja."

"diam-diam, kamu tidak tahu rasanya jadi aku sekarang."

"emang kenapa."

"iiiihhhhh, sekarang ini aku malah udah mirip kayak cabe-cabean."

"Siapa."

"Aku."

"Yang nanya."

"Dasar kamu itu, udah tahu polisi malah mengendarai motor kayak ibu-ibu ketinggalan diskon."

"Hheemm."

Tak lama kemudian HP ku berbunyi, Rexi yang mendengar bunyi dari HP ku pun langsung memelankan laju motornya. Melihat sikapnya aku merasa dia itu orang yang cukup peka walau kada sedikit egois, sebenarnya aku tidak terlalu tahu bagaimana awal dia berteman dengan Lucy, Lucy pun juga tidak pernah cerita tapi dari sudut pandang ku aku merasa antara Lucy dan juka Rexi ada kemiripan. Entah apa itu.

"Halo Raka, ada apa?"

"Ada berita gawat."

"Apa?"

"Anna hilang dan aku tidak tahu siapa pelakunya."

"What Anna hilang?"

Mendengar perkataanku barusan Rexi langsung memintaku menyalakan speaker.

"Bagaimana kronologinya."

"Aku juga tidak terlalu mengerti."

"Sekarang kamu ada dimana?"

"Aku berada di depan ruang kesenian."

"Begitu ya, kalo begitu kau tetep disitu aku akan kesana."

"Ha."

Rasanya baru saja kami satu langkah dari sih pelaku. Tapi nyatanya kami masih selangkah dari belakang, aku merasa hidup ini tidak adi masalahnya aku baru saja punya teman tapi mereka malah menghilang tanpa jejak, tapi mengapa Anna juga ikut dalam permasalahan ini padahal dialah dalang dari permasalahan ini. Dasar muka lima.

Rexi yang baru saja menerima informasi barusan langsung memutar arah, melihat kejadian ini rasanya jantungku mau copot masalahnya disini jalanya tidak sepi.

Tapi mau gimana lagi kita lagi mengejar waktu, aku pun juga tidak tahu kapan Anna melukis Mereka namun yang jelas umur mereka tidak sampai 24 jam lagi. Mungkin yang dilakukan Rexi sekarang adalah hal yang  benar meskipun menyalahi aturan.

Rexi melajukan kendaraanya maki cepat makin cepat, sampai akhirnya aku tidak bisa melihat dengan jelas karena angin ya yang terlalu kuat. Mungkin sekarang yang bisa aku lakukan untuk Lucy dan lainya hanya berdoa dan mencari.

"Lucy sekarang kamu dimana." ucapku dengan lirih.

Melihat posisi kami yang tidak memiliki celah untuk memecahkan masalah, membuat aku menjadi semakin merasa pasrah, tapi karena semangat Raka dan Rexi aku jadi bisa melewati ini semua dengan senyuman.

"Lucy kami pasti menemukanmu."

Gimana di part ini seruh atau membosankan. Mmmm maaf ya kalo jarang publis ini semua karena banyak tugas biyasa anak sekolah.

See y........

Lukisan HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang