Disclaimer : Masashi KishimotoPairing : Namikaze Naruto, Uchiha Sasuke, Uchiha Sai, Namikaze Menma
Genre : Romance, Family, Fanfiction
Rate : T
Warning : OOC, OC, Typo bertebaran, EYD berantakan, alur pasang surut, hanya cerita hasil khayalan otak minim saya, FemNaru!, Etc
Single Fighter - 14
Selamat membaca!!!
"Lepaskan aku!!" Naruto meronta sekuat tenaga kala Sasuke memeluknya erat. Sudah lebih dari lima menit ia berusaha, tapi Sasuke masih enggan melepaskan Naruto.
Demi apapun, Naruto butuh berbicara saat ini dan tanpa perlu ada adegan pelukan di luar ekspektasinya.
"Uchiha, kau tidak tuli bukan? Lepaskan aku sekarang," tangan Naruto mendorong dada Sasuke. Sia-sia saja. Karena tidak ada respon, Naruto mencubit perut Sasuke keras, membuat pria berambut biru dongker itu reflek menjauh dan mengaduh cukup kencang.
"Arrgh, kenapa mencubitku, calon istri?" tanya Sasuke sambil mengelus perutnya dan ringgisan sesekali terdengar dari bibirnya.
"Calon istri, calon istri!! Siapa yang kau sebut calon istrimu?" maki Naruto garang, ingin ia menendang junior Sasuke dengan keras karena seenak rambut pantat ayamnya main peluk-pelukan. "Satu lagi, jangan menyentuhku semaumu karena aku bukan jalang. Aku memang mempunyai Menma karena kecerobohan di masa laluku, tapi aku bukan wanita murahan."
Alis Sasuke terangkat mendengar penuturan Naruto. Satu kata yang terlintas di otaknya, yaitu Naruto sedang mabuk. Bagaimana tidak, bahkan Sasuke tidak pernah mengatakan Naruto wanita murahan. Sama sekali tidak pernah terlintas dalam pikirannya.
Sasuke tersenyum dan tangannya bergerak menyentuh kepala Naruto namun wanita itu menjauh, menghindar. Ia hanya bisa mengembuskan napas. Ia paham Naruto pasti marah karena kejadian satu minggu yang lalu. Jadi Sasuke harus banyak bersabar, karena ini memang salahnya.
"Wanita yang berada di depanku, namanya Namikaze Naruto, seorang ibu tunggal seorang pejuang tunggal yang telah melahirkan putra yang luar biasa seperti Namikaze Menma," jelas Sasuke. "Apa ada yang terlewat?"
Bastard Sasuke umpat Naruto dalam hati. Terbuat dari apa sebenarnya otak dan hati Sasuke karena masih bisa berbicara dengan santainya atau urat malu pria itu sudah putus.
"Dengar, jika kau datang dengan segudang rayuan atau gombalan ala remaja lebih baik kau pulang saja. Kau menyita waktu istirahatku kalau kau mau tahu," ucap Naruto sambil berbalik menuju kamarnya. "Kunci pintunya, aku tahu kau selalu membawa kunci cadangan apartemenku." lanjutnya tanpa berbalik atau pun menatap Sasuke.
Namun baru beberapa langkah sepasang tangan memeluknya dari belakang, itu jelas Sasuke karena hanya pria itu yang berani berlaku semaunya.
"Aku tahu jika kau marah padaku karena kejadian seminggu lalu, tapi aku mohon jangan menjauh atau mengabaikanku, Naru. Itu terasa menyakitkan," bisik Sasuke seraya meletakkan dagu pada bahu Naruto.
Napas Naruto memburu, berusaha sekuat tenaga menekan emosinya. Iya, dia marah, dia kecewa dan terlebih dia sudah lelah mempercayakan hati pada Sasuke.
Ini hati bukan batu, apalagi orang seperti Naruto yang punya hati lumayan sensitif.
"Bukan aku yang menjauh, Uchiha. Kau pikun, kau sendiri yang menjauh. Kau mundur ketika aku selesai menceritakan masa laluku terlebih ketika aku menyebutkan Sai adalah ayah Menma. Mana Uchiha? Mana kata-katamu sebelumnya jika kau akan tetap menerima setelah kau tahu semuanya. Tapi apa yang aku dapatkan?" tuhan kuatkan aku bisik Naruto dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Mother ( FF ) 🔚
FanfictionLebih baik berjuang sendirian dari pada harus terjebak dalam ruangan terdahulu. Itu yang selalu menjadi komitmen Namikaze Naruto, namun kedatangan pria itu malah mengali ingatan ke masa lalu, masa yang selalu Naruto coba kubur dalam lingkup terdalam...