Dua bulan itu akhirnya datang juga. Hari di mana Naruto dan Sasuke akan mengikrarkan janji suci mereka.
Ia berdiri di depan cermin. Sudah memakai gaun pengantin yang memeluk pas tubuhnya. Gaun itu sangat indah yang dipilih sendiri oleh Sasuke. Rambutnya sudah tumbuh di beberapa bagian, masih sangat pendek. Namun pada bekas luka Naruto, rambutnya tidak bisa tumbuh. Tetapi itu sudah tertutupi oleh sebagian rambutnya yang sudah tumbuh.
Seperti katanya pada Sasuke, ia ingin penampilan apa adanya. Tidak perlu memakai rambut palsu jika rambutnya sendiri sudah tumbuh, walaupun tidak selebat dan sepanjang dulu.
Senyum selalu mengembang pada bibir Naruto yang sudah di poles lipstik berwarna merah muda terang.
Jika ditanya, mengapa ia tersenyum seperti itu. Jawabannya, tidak ada wanita yang akan cemberut kala menyambut hari bahagia dalam hidup. Terkecuali pernikahan itu didasari oleh paksaan.
Namun Naruto dan Sasuke menikah karena mereka saling mencintai. Siap berbagi suka dan duka. Dan siap melangkah menyongsong masa depan. Karena setelah mereka resmi menikah, adalah awalan baru bagi rumah tangga mereka.
Naruto tersentak kala mendengar bunyi pintu ruangan di ketuk. Minato muncul dengan senyuman bahagia. Pria itu memakai tuksedo yang sangat menunjang penampilan menjadi tampan berkali lipat.
"Nak, sudah waktunya. Apa kau sudah siap?" tanya Minato. Entah kenapa airmatanya tiba-tiba menetes melihat penampilan cantik putrinya. Bukan hanya itu saja, Naruto sangat senang karena putrinya sudah menemukan seorang pria yang mau menjaga hidup Naruto.
Sebagai seorang ayah, kebahagiaan yang ia rasakan saat ini tentu tidak bisa ia ungkap dalam bentuk apapun.
"Aku siap, ayah," Naruto mengamit tangan Minato. Keduanya berjalan menuju gereja tempat di mana Sasuke dan Menma sudah menunggu.
.
.
.Janji suci itu sudah terucap. Di akhiri oleh ciuman pasangan Uchiha. Sorak sorai keluarga, sanak saudara dan tamu yang hadir menggema dalam gereja. Terlebih lagi Menma yang berteriak paling keras diapit oleh kakek dan neneknya.
Senyum bahkan tangis haru ikut serta dalam perayaan kebahagiaan Naruto dan Sasuke.
Resepsi di adakan hari itu juga. Di kediaman Uchiha dan berakhir sekitar pukul sepuluh malam. Lalu mereka berdua menuju hotel yang sudah disiapkan.
Kini Naruto dan Sasuke sudah berada dalam kamar pengantin mereka. Tepatnya, Naruto berada dalam kamar mandi. Setelah selesai membersihkan diri, Naruto tidak langsung keluar kamar mandi. Ia sangat kalut ketika menemukan lingerie dalam kantong kertas pemberian Ino.
Naruto tidak menyangka jika Ino telah membohongi dirinya. Calon adik iparnya itu berkata jika dalam kantong kertas itu adalah piyama tidur yang baru ia belikan di Kirigakure.
Dan bertapa bodohnya Naruto tidak memeriksa isinya. Dan menerima mentah apa yang Ino katakan.
Ia menghela napas. Sudah cukup lama berada dalam kamar mandi pada akhirnya Naruto tetap memakai lingerie tadi dan menutupinya dengan bathrobe. Tidak mungkin Naruto membiarkan Sasuke menunggu terlalu lama, karena pria itu lebih dulu membersihkan diri tadi.
"Naruto, kemarilah." Sasuke menepuk ranjang di sisinya ketika melihat Naruto sudah keluar dari kamar mandi. Keningnya mengernyit kala mendapati Naruto yang memakai bathrobe. "Kau tidak membawa baju ganti?"
Naruto menggeleng. Ia masih enggan beranjak dari depan pintu kamar mandi.
"Masih suka ceroboh," ledek Sasuke.
"Bukan begitu. Ini semua karena Ino. Dia yang... Ahhh, sudahlah!" Naruto menghentikan ucapannya dan melangkah mendekati Sasuke lalu duduk di samping suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Mother ( FF ) 🔚
FanfictionLebih baik berjuang sendirian dari pada harus terjebak dalam ruangan terdahulu. Itu yang selalu menjadi komitmen Namikaze Naruto, namun kedatangan pria itu malah mengali ingatan ke masa lalu, masa yang selalu Naruto coba kubur dalam lingkup terdalam...