Jungkook menutup bukunya setelah jam menunjukkan waktu istirahat. Ia lalu menoleh ke arah lapangan melalui jendela kelasnya. Tampaklah murid-murid yang sedang bermain bola di sana. Lima pria versus lima wanita. Sedangkan di pinggir lapangan banyak murid yang duduk untuk menonton. Jungkook tersenyum melihat pemandangan rutin itu. Ya, selalu begitu, ketika jam istirahat, sepuluh anak dari kelas 2F – kelas yang isinya anak-anak dengan ranking terbawah di sekolah – bertanding apapun antara murid pria dan wanita. Kadang sepak bola, kadang bulutangkis, kadang lari, ataupun permainan lain selain pelajaran. Kelompok yang kalah biasanya akan menjadi pembantu kelompok yang menang selama seminggu.
Manik Jungkook bergerak mengawasi gadis berkuncir kuda yang sedang merayakan selebrasi gol pertamanya. Dia memakai celana olah raga di bawah rok sekolahnya sehingga dia leluasa bergerak. Sedangkan siswi lain yang satu tim dengannya bersorak gembira sambil mengelilinya. Para penonton di pinggir lapangan juga berteriak heboh.
“Kau tak bosan memandanginya terus?” tegur seorang pria pada Jungkook. Pria itu pun mendongak lalu mendapati Yugyeom – teman sekelasnya – sedang berdiri di sampingnya.
“Kenapa aku harus bosan? Dia selalu cantik untuk dilihat,” jawab Jungkook yang membuat Yugyeom mencebik.
“Apa bagusnya gadis itu sih? Dia itu dari kelas F, tidak feminim, dan beda denganmu yang berasal dari kalangan atas...”
“Kau memilih diam sendiri atau aku yang akan membuatmu diam?” Jungkook memotong ucapan Yugyeom.
“Jungkook-ah, aku tak bermaksud mengejek gadismu, aku hanya mengatakan yang sebenarnya.”
“Tapi di telingaku ucapanmu itu seperti sedang mengejek Yein,” ucap Jungkook tegas. “Dengar, mungkin bagimu Yein itu bodoh, tomboy dan urakan. Dia juga tidak selevel denganmu yang berasal dari keluarga advokat, tapi di mataku, Yein seribu kali lebih baik dibandingkan gadis-gadis cerdas di kelas ini yang selalu membanggakan kekayaan orang tuanya. Satu lagi, aku mencintai Yein, dan aku tidak pernah peduli pada komentar kalian tentang hubunganku dengan Yein.”
Jungkook langsung melangkah pergi dari hadapan Yugyeom. Dia kesal pada sahabatnya yang selalu mengomentari hubungannya dengan Yein. Yugyeom selalu bilang kalau Yein tidak cocok untuknya. Dia selalu bilang kalau Yein itu bodoh dan urakan, tak pantas dengannya yang cerdas dan berasal dari keluarga terpandang. Yugyeom juga selalu menjodohkannya dengan barisan gadis yang berasal dari keluarga kaya, seperti Eunha, Sinbi, Tzuyu dan entah siapa lagi yang tak ada menariknya sama sekali di mata Jungkook. Bagi Jungkook, Yein adalah segalanya, bagaimana pun keadaannya.
Saat sampai di koridor, Jungkook berhenti di depan mesin penjual minuman. Pria itu membeli sebotol minuman berasa apel dan membawanya ke lapangan. Dia akan memberikan minuman itu pada kekasihnya, Jeong Yein.
“Jungkook-ah!” Yein berlari menghampiri Jungkook saat melihat pria itu berdiri di pinggir lapangan.
“Lelah?” tanya Jungkook sambil menyerahkan minuman yang ia beli tadi.
Yein mengangguk, lalu mengambil minuman dari tangan Jungkook dan menengguknya rakus. “Gomawo!”
“Rambutmu berantakan,” ucap Jungkook. Tangannya bergerak untuk merapikan anak rambut Yein yang menempel pada dahinya karena berkeringat.
“Kau tahu, aku menang tadi. Aku berhasil membobol gawang lawan dengan tendangan andalanku! Aku bahkan menyumbangkan dua gol hari ini, seharusnya kau melihat betapa hebatnya aku,” cerocos Yein. Gadis itu terus berceloteh sambil berjalan berdua dengan Jungkook menuju kelasnya.
Jungkook hanya mendengarkan ucapan Yein sambil sesekali mengangguk. Dia sudah hafal di luar kepala apa yang akan dikatakan oleh gadis itu, tapi tak pernah sekalipun ia bosan dan mengeluh. Dia biarkan saja Yein berceloteh sesukanya karena itu membuat Yein senang. Samar-samar Jungkook mencium aroma asam yang menguar dari tubuh Yein. Aroma asam itu berasal dari tubuh Yein yang berkeringat. Bukannya terganggu, Jungkook justru suka aroma itu. Dia adalah pria yang tidak menyukai wewangian, menurutnya semua aroma wangi itu hanya membuatnya pusing. Aroma asli dari tubuh Yein yang hanya menggunakan deodoran itu lah yang selalu Jungkook suka, membuatnya harus berusaha ekstra keras untuk menahan hasratnya memeluk gadis itu dan menyesap kenikmatan aroma tubuh Yein melalui ceruk leher sang gadis yang menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid Girl [END]
FanfictionJungkook adalah definisi pria sempurna bagi banyak wanita. Tampan, tinggi, cerdas dan berasal dari keluarga terpandang. Dia begitu berbanding terbalik dengan sosok Yein. Gadis itu jauh dari kata idaman para pria, bodoh dan berasal dari kalangan bias...