“Kau belum pulang?”
Yein nyaris melonjak saat mendengar suara Jinyoung. Dia menolehkan kepalanya lalu menggeleng sebagai jawaban.
“Orang yang kau tunggu belum datang?” tanya Jinyoung lagi.
Yein kembali menggeleng. “Belum, mungkin sebentar lagi.”
“Ini sudah hampir setengah jam setelah kau menolak ajakanku untuk pulang bersama,” ujar Jinyoung.
Yein langsung tersenyum canggung. Benar, setengah jam yang lalu Yein menolak ajakan manajernya untuk pulang bersama. Alasannya dia akan dijemput oleh seseorang yang sayangnya belum muncul sampai sekarang.
“Pulang saja denganku! Hari sudah semakin malam.”
“Aku masih mau menunggu..”
“Mau sampai kapan kau menunggu? Kau akan mati kedinginan kalau terus berdiri di sini!” sela Jinyoung.
Ting! Belum sempat Yein menjawab, sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya yang langsung ia baca, sebuah pesan dari Jungkook.
Yein, maaf, aku tak bisa menjemputmu. Aku masih harus mengerjakan tugas kelompok. Kau bisa pulang sendiri kan? Kau bisa naik taksi atau meminta ayahmu untuk menjemputmu. Sekali lagi maaf.
Gadis Jeong itu menghela nafas kecewa. Kenapa baru sekarang Jungkook mengiriminya pesan? Kenapa tidak sejak tadi? Setidaknya Yein tidak perlu menunggu selama setengah jam kalau Jungkook memberinya kabar lebih dulu. Tapi mungkin Jungkook lupa karena sibuk mengerjakan tugas. Yein mencoba untuk berpikir positif.
“Kenapa?” tanya Jinyoung yang menyadari perubahan raut muka Yein.
“Tidak apa-apa,” jawab Yein.
“Orang itu tak jadi menjemputmu?” tebak Jinyoung tepat sasaran.
Yein tak bisa mengelak. Dia pun mengangguk sebagai jawaban.
“Kalau begitu kau pulang denganku!”
“Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri. Lagipula aku tak mau ada gosip kita sedang berkencan kalau karyawan lain melihat kita pulang bersama,” tolak Yein.
“Seorang gadis sepertimu tidak baik pulang sendiri,” kata Jinyoung tegas sambil menarik Yein ke tempat mobilnya diparkir. Yein tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut. Maka beerakhirlah Yein pulang bersama manajernya.
Selama di perjalanan, Yein lebih banyak diam. Gadis itu sibuk menatap jalanan kota dari jendela mobil Jinyoung. Sedangkan pria itu terus menyunggingkan senyum senangnya. Entah kenapa, bisa mengantarkan Yein pulang menjadi kebahagiaan sendiri untuknya.
Saat mobil Jinyoung berhenti di perempatan karena lampu merah, Yein melihat dua orang menyeberang di depan mobil yang ia tumpangi. Satu pria dan satu wanita. Yein tak kenal siapa wanita berambut hitam lurus sepunggung itu. Tapi Yein kenal pria yang ada di sebelahnya.
“Jungkook?” gumam Yein pelan.
“Kau bilang sesuatu Yein?” tanya Jinyoung.
Yein tidak menjawab. Matanya menatap nanar orang yang sudah berlalu dari hadapannya. Mungkinkah Jungkook... Yein menggelengkan kepalanya, mengusir pikiran buruk di dalam benaknya.
“Kau baik-baik saja?” Jinyoung tampak cemas melihat sikap aneh Yein.
“Aku baik-baik saja,” jawab Yein pendek.
“Katakan padaku kalau semisal ada yang mengganggumu! Ah, rumahmu ke arah mana?”
“Lurus saja, lalu belok kanan di perempatan selanjutnya,” ucap Yein dengan hati yang terasa diremas oleh tangan tak kasat mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid Girl [END]
FanfictionJungkook adalah definisi pria sempurna bagi banyak wanita. Tampan, tinggi, cerdas dan berasal dari keluarga terpandang. Dia begitu berbanding terbalik dengan sosok Yein. Gadis itu jauh dari kata idaman para pria, bodoh dan berasal dari kalangan bias...