16 - Dreams Come True

5.8K 465 42
                                    

Yein meletakkan alat tes kehamilan itu di atas wastafel. Untuk kesekian kalinya, alat itu menampilkan hal yang sama, satu garis melintang, bukan dua. Untuk kesekian kalinya pula Yein mendesah kecewa karena hal itu. Ini sudah hampir tiga tahun setelah kejadian janinnya harus diangkat karena ada jaringan mola yang berkembang di rahimnya. Ini juga sudah dua tahun lamanya setelah ia diperbolehkan untuk hamil kembali, tapi nyatanya, Tuhan masih belum bersedia memberinya momongan.

“Bagaimana?” tanya Jungkook yang tiba-tiba masuk ke kamar mandi.

Yein hanya menggeleng lemah sebagai jawaban. Jungkook yang tahu maksudnya segera memeluk Yein dari belakang. Ia tempatkan wajahnya pada ceruk leher istrinya dan mengusap punggung tangan Yein untuk menenangkannya.

Gwenchana, kita masih punya banyak waktu,” hibur Jungkook.

“Aku pikir aku akan benar-benar hamil. Menstruasiku mundur hampir dua minggu, aku juga sering mual akhir-akhir ini, tapi ternyata..” Yein kembali mendesah kecewa.

“Mungkin karena kau kelelahan, makanya tanggal menstruasimu mundur. Makanmu juga tidak teratur, bisa saja kau sering mual karena itu,” jelas Jungkook.

Yein tak menjawab. Ia hanya menundukkan wajahnya sambil memainkan jemari Jungkook yang sebelumnya mengelus punggung tangannya.

“Aku ingin punya anak Jungkook,” ucap Yein yang hampir setiap hari Jungkook dengar.

“Aku juga, tapi Tuhan belum berkehendak, kita harus sabar,” Jungkook menanggapi dengan diplomatis.

“Sampai kapan?”

“Sampai Tuhan memberikan anak untuk kita.”

“Iya! Aku tahu! Tapi kapan!?” tanya Yein tak sabar.

“Aku bukan Tuhan Yein, aku tak bisa menjawab pertanyaan seperti itu. Kita sudah mencoba banyak hal, program kehamilan, terapi, bahkan kita hampir saja melakukan proses bayi tabung, tapi kalau Tuhan belum mengijinkan, kita mau apa? Tak ada pilihan lain bagi kita selain sabar dan terus menunggu!”

Lagi-lagi Yein diam. Apa yang dikatakan Jungkook memang benar. Kehadiran seorang anak di tengah-tengah mereka adalah kehendak Tuhan sepenuhnya. Mau berapa kali pun ia meneriaki Tuhan, kalau Dia belum berkehendak, maka mereka bisa apa?

“Yein, dengar, Tuhan belum memberikan kita anak, bukan tidak memberikan kita anak. Kau dan aku masih muda, jalan kita masih panjang. Mungkin saja Tuhan ingin kita meraih semua mimpi kita lebih dulu sebelum memiliki anak, yang terpenting kita tidak menyerah dan berburuk sangka pada Tuhan.”

Yein menggigit bibirnya, berpikir, untuk kemudian setuju dengan ucapan suaminya. Ia dan Jungkook baru berusia dua puluh tiga tahun. Keduanya masih dalam usia masa subur untuk punya keturunan. Dokter juga bilang tak ada masalah dari keduanya, jadi, mereka bukannya tidak bisa punya anak, mereka hanya perlu menunggu sedikit lebih lama lagi.

“Maaf, aku terlalu terbawa perasaan,” ucap Yein sambil membalik tubuhnya. Ia beralih memeluk Jungkook dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang suaminya. Yein menghirup aroma tubuh Jungkook yang selalu berhasil membuatnya tenang selama tiga tahun ini.

“Tak apa. Aku juga mengharapkan hal yang sama denganmu. Tapi ada baiknya kalau kita selalu berpikir positif untuk banyak hal,” kata Jungkook sambil mengusap lembut kepala istrinya.

***

“Yein, berhentilah mondar-mandir!” kesal Jungkook saat melihat Yein yang berjalan ke sana ke mari seperti setrika di hadapannya.

“Aku gugup Jungkook! Gugup!” ucap Yein sambil terus menggigiti kuku jari telunjuknya.

Jungkook mendesah kasar. Istrinya ini cepat sekali merubah suasana hatinya. Baru setengah jam yang lalu Yein galau karena hasil dari testpack yang negatif, sekarang ia sedang panik karena akan menghadapi ujian kelulusan di sekolah memasaknya. Tapi itu jauh lebih baik daripada Yein terus terbelenggu dalam rasa kecewanya.

My Stupid Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang