Yein berjalan mondar-mandir sambil mencoba menghubungi Jungkook. Ia juga berusaha menenangkan si kecil Gyuri di dalam gendongannya. Bayi berumur enam bulan itu sedang sakit. Demam tinggi yang dideranya membuat si bayi tidak nyaman dan terus menangis. Sedangkan kembaran Gyuri juga mulai terusik di tempat tidurnya karena tangisan keras saudarinya.
“Cup.. Cup.. Sayang. Sebentar ya, eomma sedang menelpon appa, cup..” Yein terus mencoba menenangkan sang anak, padahal ia sendiri sedang panik setengah mati. Jungkook masih tidak bisa dihubungi, dan demam Gyuri semakin tinggi. Yein khawatir terjadi apa-apa pada Gyuri. Ia ingin ke rumah sakit, tapi dia juga tak mungkin meninggalkan Junhyung sendirian di rumah tanpa penghuni. Jika membawa keduanya, bisa lebih repot di tengah malam begini. Satu-satunya harapannya adalah Jungkook, yang saat ini sedang dinas malam di rumah sakit. Orang tua dan mertuanya juga tidak bisa ia mintai tolong, mereka sedang ada di Pulau Jeju untuk liburan. Jangan tanyakan soal asisten rumah tangga, mereka tidak punya. Selama ini Yein mengurus anaknya sendiri bersama Jungkook. Urusan rumah tangga juga Yein yang mengerjakan. Yein hanya sekedar memercayakan si kembar di tempat penitipan anak ketika dia harus bekerja.
“Kenapa Jungkook tidak bisa dihubungi sih!?” Yein makin panik. Tangisan Gyuri mulai mereda, tapi ada yang tidak beres pada anak perempuannya. Bayi mungil itu tampak kelelahan dan mulai terlihat susah bernafas.
“Gyuri-ah, Jeon Gyuri!” tangis Yein pun pecah. Dia takut terjadi apa-apa pada anaknya. Akhirnya Yein memutuskan untuk membawa sang anak ke rumah sakit. Junghyun pun ikut ia bawa. Yein menuju rumah sakit dengan naik taksi bersama dua bayi bersamanya. Gyuri ia bawa dalam dekapannya, sedangkan Junhyung dia bawa di kereta bayi. Si kecil Junhyung pun terusik. Jadilah, perjalanan itu menjadi perjalanan yang berisik, Yein yang menangis karena panik, Gyuri yang tampak berjuang antara hidup dan mati, dan Junghyung yang menangis karena tidur malamnya terganggu.
***
Jungkook baru saja selesai operasi. Ia meninggalkan ponselnya di ruang kerjanya. Dahinya berkerut saat melihat sepuluh panggilan tak terjawab di ponselnya. Semuanya dari satu orang, istri tercintanya, Yein.
“Apa terjadi sesuatu di rumah ya?” gumam Jungkook. Lalu ia segera menghubungi istrinya. Baru satu dering, panggilan itu diangkat.
“Jungkook-ah!” suara tangis Yein lah yang pertama kali ia dengar.
“Hey, kenapa sayang? Kau menangis!?” Jungkook langsung panik. Apalagi suara tangis Junhyung juga terdengar. “Kalian baik-baik saja?”
“Aku.. Aku.. Hiks! Aku ada..di..rumah sakit..”
“Mwo!? Apa yang terjadi Yein!?”
“Aku takut Jungkook-ah.. Aku tidak mau kehilangan Gyuri.. Jungkook.."
“Tenangkan dirimu Yein, aku segera ke sana. Kau ada di rumah sakit ini?”
“Iya.. Cepat ke mari, aku di unit gawat darurat..”
Tanpa perlu menjawab ucapan istrinya, Jungkook langsung mematikan sambungan dan berlari menuju unit gawat dadurat yang ada di lantai satu rumah sakit. Dicarinya sosok sang istri. Ia berlari mendekat saat melihat seorang wanita yang sedang berjalan mondar-mandir sambil menggendong bayi yang menangis.
“Yein!” panggil Jungkook.
“Jungkook.. Gyuri.. Gyuri..”
“Sst! Tenanglah!” minta Jungkook sambil mengambil alih Junhyung. Anak laki-lakinya sepertinya tidak nyaman karena digendong ibunya yang cemas, karena biasanya sang anak bisa merasakan apa yang dirasakan oleh ibunya. Jungkook juga tampak miris saat melihat penampilan istrinya. Wajahnya sembab karena menangis, rambutnya berantakan. Dia hanya mengenakan kaos rumahan dan rok selutut yang tampak kusut. Belum lagi sendal yang dipakai berbeda antara yang kanan dan yang kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid Girl [END]
FanfictionJungkook adalah definisi pria sempurna bagi banyak wanita. Tampan, tinggi, cerdas dan berasal dari keluarga terpandang. Dia begitu berbanding terbalik dengan sosok Yein. Gadis itu jauh dari kata idaman para pria, bodoh dan berasal dari kalangan bias...