"Aku kira kau tidak akan datang," kata wanita berambut panjang yang sudah memasuki usia tiga puluh lima tahun itu.
"Mana mungkin aku tidak datang di hari penting seperti ini," jawab si pria yang baru saja datang.
Wanita itu tersenyum sambil terus menatap ke depan. Di hadapannya terpampang foto dua orang yang sangat berarti baginya. Foto itu terpasang pada dua nisan tempat kedua orang tuanya tertidur berdampingan.
"Appa, eomma, Junhyung dan Gyuri datang untuk menemui kalian," Junhyung mulai berbicara pada orang tuanya.
"Miane, appa, eomma, kita baru sempat mengunjungi kalian sekarang, semoga kalian tidak marah pada kami," tambah Gyuri.
"Kami rindu appa dan eomma. Kami ingin bertemu kalian, tapi kami tahu kalian sudah tenang di sana," ujar Junhyung.
"Dan kami akan hidup bahagia seperti pesan kalian dulu," kali ini Gyuri yang berucap.
Setelahnya situasi hening. Baik Junhyung maupun Gyuri tak ada yang berkata. Pikiran keduanya melayang pada kejadian dua tahun lalu, di mana kedua orang tua mereka meninggalkan mereka dalam waktu yang bersamaan.
Flashback
"Bertahanlah sayang.. Aku akan selalu ada di sini untukmu," ucap Jungkook di samping tubuh Yein yang mulai melemah. Penyakit asam lambung akut yang dideranya membuat Yein harus terbaring di ranjang rumah sakit selama dua minggu.
"Aku akan menunggumu di sana Jungkook-ah," ucap Yein pada sang suami yang selalu setia menjaganya setiap hari.
"Ani! Kau akan tetap di sini Yein! Kau tidak akan pergi ke mana-mana, kau akan tetap tinggal di sini bersamaku!" ujar Jungkook tidak suka.
"Aku sekedar manusia Jungkook-ah, aku tidak bisa hidup selamanya di dunia. Aku akan pergi ketika waktuku sudah habis di sini, dan aku akan menunggumu untuk datang kembali padaku di alam sana."
"Berhenti mengatakan hal seperti itu!" bentak Jungkook sambil menggenggam tangan Yein erat. "Kau harus tetap di sini! Aku tak bisa hidup tanpamu Yein!"
Yein tersenyum lembut. "Mungkin ragaku tak ada di sini, tapi aku selalu ada di sini," kata Yein sambil menunjuk dada Jungkook.
Jungkook pun mulai menangis. Ia menggelengkan kepalanya keras, berusaha menolak bayangan buruk bahwa Yein akan meninggalkan dirinya. Tak hanya Jungkook, Junhyung dan Gyuri yang ada di ruangan itu juga ikut menangis. Hati mereka miris melihat keadaan sang eomma yang bertahan antara hidup mati, serta sang appa yang tampak terguncang semenjak ibu mereka jatuh sakit.
"Ingat Jungkook, aku mencintaimu di mana pun aku berada dan sampai kapan pun!"
"Yein.."
"Apapun yang terjadi padaku, kau harus tetap kuat. Dan aku mohon, katakan kalau kau mencintaiku, aku ingin mendengarnya untuk terakhir kali."
Tubuh Jungkook bergetar hebat. Dia langsung memeluk istrinya, mencium keningnya penuh sayang, suatu hal yang mungkin tidak akan bisa dia lakukan lagi. "Aku mencintaimu Yein, sangat!"
"Terima kasih. Junhyung-ah, Gyuri-ah, mendekatlah, eomma ingin memeluk kalian sebelum eomma pergi," minta Yein.
Jadilah keempat orang itu berpelukan dengan Yein berada di tengah. Yein tersenyum bahagia meski air matanya menetes. Tak butuh waktu lama, nafas Yein terhenti, matanya terpejam dan genggaman tangannya sudah melemah. Yein telah tiada.
"Yein-ah!"
"Eomma!"
Jungkook dan si kembar berteriak bersamaan. Ruangan itu mendadak dipenuhi dengan suara tangisan yang menyakitkan. Ratapan atas rasa kehilangan sosok yang amat mereka cintai terdengar amat memilukan. Walau mereka tahu bahwa suatu saat hal seperti ini akan terjadi, tapi mereka tetap tak sanggup untuk menahan semua kesedihan, terutama Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid Girl [END]
FanfictionJungkook adalah definisi pria sempurna bagi banyak wanita. Tampan, tinggi, cerdas dan berasal dari keluarga terpandang. Dia begitu berbanding terbalik dengan sosok Yein. Gadis itu jauh dari kata idaman para pria, bodoh dan berasal dari kalangan bias...