5 - Break Up

6.3K 512 111
                                    

Tahun ketiga SMA, tahun tersibuk bagi para siswa. Ujian kelulusan dan ujian masuk universitas adalah agenda utama mereka. Begitu juga dengan Jungkook. Dia disibukkan dengan berbagai les tambahan agar mendapatkan nilai bagus pada ijazah SMA-nya. Ditambah lagi impiannya untuk bisa menjadi mahasiswa kedokteran Universitas Seoul, membuatnya harus bisa memanfaatkan waktunya dengan baik.

Berbeda dengan Jungkook, Yein justru masih bisa menikmati waktu istirahat untuk sekedar bermain bola bersama teman-teman sekelasnya. Bukannya tak peduli, tapi dia sendiri saja sudah yakin kalau nilai ujiannya tidak akan melebihi angka enam, jadi dia tidak mau menyusahkan dirinya untuk belajar. Dia juga tidak akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Selain otaknya yang tidak mumpuni, ibunya juga sudah menyatakan kalau beliau tidak sanggup untuk membiayai Yein. Sedangkan untuk mendapatkan beasiswa lebih mustahil lagi. Kalau semisal ia mengambil pinjaman dari pemerintah pun, dia tak yakin bisa lulus tepat waktu. Kesimpulannya, dia akan langsung mencari kerja setelah lulus SMA nanti.

“Mau bermain bola lagi?” tanya Jungkook yang sudah ada di depan kelas Yein. Dia melihat penampilan Yein yang sudah lengkap dengan celana olah raga di balik rok sekolahnya.

“Iya, kali ini taruhannya adalah traktiran selama seminggu di kedai ramen dekat sekolah,” jawab Yein dengan semangat menggebu.

Jungkook membuang nafasnya kasar. Gadisnya ini tidak berubah sedikit pun bahkan di saat ujian kelulusan ada di depan mata.

“Kau ikut denganku!” Jungkook langsung menarik tangan Yein untuk pergi.

“Kita mau ke mana Jungkook!? Aku mau main bola!!” protes Yein kesal.

Sayangnya Jungkook mengabaikan protes gadis kesayangannya itu.
Dia terus menarik Yein hingga mereka sampai ke perpustakaan sekolah. Didudukkannya Yein di salah satu bangku yang ada. Kemudian Jungkook meletakkan tiga buku tebal di hadapan mereka.

“Mulai sekarang, setiap jam istirahat, kau belajar denganku!” kata Jungkook tegas.

Mwo!?” pekik Yein keras, membuat semua pengunjung perpustakaan menatapnya jengah. “Yak! Kenapa kau tiba-tiba memaksaku untuk belajar!?” tanya Yein dengan suara lebih pelan.

“Karena sebentar lagi kita akan menghadapi ujian kelulusan dan ujian masuk universitas,” jawab Jungkook.

“Kan aku sudah bilang padamu kalau aku tidak akan kuliah, ibuku tidak punya uang! Otakku juga tidak cocok untuk menjadi mahasiswa, jadi untuk apa aku belajar?”

“Setidaknya kau harus dapat nilai bagus saat ujian kelulusan, jadi ijazahmu tidak hanya dipenuhi angka enam dan lima,” ujar Jungkook.

“Aku tak perlu mendapatkan nilai ujian yang bagus, toh aku hanya bisa bekerja sebagai pelayan restoran atau buruh pabrik dengan ijazah SMA yang kupunya. Semua pekerjaan itu tidak membutuhkan nilai ujian yang bagus Jungkook!"

“Tapi nilai ujianmu yang jelek akan menjadi contoh yang tidak baik untuk anakku nanti.”

“Apa hubungannya nilaiku dengan anakmu?” tanya Yein tidak mengerti.

“Kau kan calon ibu dari anak-anakku, jadi aku tak mau kalau anakku, bukan, anak kita tepatnya, melihat kalau ibunya semasa SMA hanya bisa mendapat nilai enam dan lima. Kau harus memberikan contoh yang baik, minimal kau harus mendapatkan nilai delapan untuk matematika.”

Blush! Pipi Yein memerah karena ucapan Jungkook. “Ckk! Aku tak mengerti maksudmu!”

“Pipimu memerah,” goda Jungkook sambil mengalungkan lengannya ke leher Yein.

“Apa sih!? Lepas!” Yein makin salah tingkah. Dia berusaha melepas tangan Jungkook, tapi pria itu semakin mengeratkan rangkulannya.

Ish.. Kau semakin kelihatan cantik kalau salah tingkah begini,” goda Jungkook lagi. Kali ini ia sengaja berbisik di telinga Yein, membuat gadis itu merinding.

My Stupid Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang