32. Ditolak

183 18 0
                                    

Yehana's Story

Yehana membulatkan tekadnya setelah beberapa bulan terakhir berpikir keras. Dia bakal nembak Joshua. Sekarang bukan jamannya lagi buat nunggu cowo nembak, bukan? Kalau nunggu Joshua peka mah sampai monas dipindahin ke Kalimantan juga gak bakal peka.

"Assalamualaikum." Yehana mengucapkan salam pas di depan pintu kosan Seventeen.

"Waalaikumsalam, adik manis. Mau cari siapa?" Itu yang jawab Dokyeom. Sok-sokan jadi alim.

"Cari bang Joshua."

"Bang Joshuanya belum pulang dari masijd. Sini masuk dulu."

"Oh iya lupa, sekarang kan belum waktunya turun dari masjid. Aku tunggu di sini aja, bang."

Dokyeom mengiyakan, lalu masuk kembali untuk bermain game. Sedangkan Yehana duduk di teras nunggu Joshua pulang. Sebentar lagi juga datang.

Selang lima menit aja, Joshua datang bareng Mingyu sama Seungcheol. Tumbenan ada temennya. Biasanya Joshua selalu sendirian. Yehana berdiri nyegat Joshua sebelum masuk.

"Bang Joshua! Aku mau ngomong sama abang," ucap Yehana malu sambil menundukkan kepalanya.

Joshua menyuruh Mingyu dan Seungcheol masuk duluan, lalu dia ikutan duduk di kursi teras depan.

"Iya, ada apa ya, dek?"

"Ehmm… i-itu."

"Apa?" Tanya Joshua sekali lagi dengan lembut.

"A-aku suka sama abang."

Joshua sempat kaget, lalu dia mengendalikan ekspresi wajahnya kembali.

"Roa juga bilang gitu sama abang kalau pas dikasih uang jajan."

"Ini beda bang. Ehmm ma-maksudnya a-aku suka sama abang dari dulu. Aku pengen jadi pacar abang."

Tidak ada jawaban dari Joshua. Dia hanya tersenyum menanggapi pernyataan gadis kecil dihadapannya ini. Menurutnya, Yehana sangat lucu.

"Kamu masih kecil. Masa depan kamu juga masih panjang. Jangan pacaran dulu, mending belajar biar cepet lulus. Abang seneng kalau kamu dapat nilai bagus tiap semesternya. Itu berarti, kamu sungguh-sungguh kuliahnya."

"Abang nolak aku?"

"Emang abang ngucapin kata nolak? Abang cuma pingin kamu banggain orang tua kamu dulu. Kalau tugas itu udah selesai, kamu boleh pacaran."

"Aku pacaran bukan untuk ke hal-hal yang gak bener kok, bang. Aku cuma pengen ada yang nyemangatin aja." Mata Yehana sudah berkaca-kaca. Sepertinya dari tadi dia menahannya.

"Abang semangatin kamu tiap hari. Jangan putus asa, kamu harus semangat, hmm? Sekarang kamu harusnya belajar loh ini."

Yehana tidak menjawab, tapi air matanya tidak bisa ditahan dan keluar begitu saja di depan Joshua.

"Anak cantik gak boleh nangis. Nanti cantiknya hilang loh."

Gak ada yang bisa keluar dari mulut Yehana. Dia memandang Joshua sebentar, mendapati senyum manis yang bertengger di wajah pria itu, lalu berlari pergi menuju kosannya. Yehana malu, tapi dia juga merasa kesal Joshua menolaknya, apalagi ditolak dengan halus.

Seharusnya dia senang Joshua masih menerimanya saat dia telah ditolak, tapi entah kenapa rasa malunya lebih besar daripada niat baiknya Joshua kepadanya.

🌵🌵🌵

Aku kemarin update Blessure chapter 2, yang belum baca bisa dibaca atau dilihat doang juga gak apa-apa 😂


18 Januari 2018

We Like [END]Where stories live. Discover now