"Seokmin,Seokmin,bangunlah." Ucap Mingyu yang merasa Seokmin sudah tidur cukup lama. Selain itu, hujan batu yang sedari tadi turun pun sudah berhenti.
Seokmin akhirnya membuka matanya dengan pelan dan merengangkan badannya yang kaku. Lehernya Tentu sakit karena posisi tidurnya yang salah. Ia heran kenapa Mingyu berada di sampingnya sekarang.
Mingyu mengerti maksud dari pandangan Seokmin,tapi ia malas menjawabnya. Ia kemudian menunjuk ke arah ujung goa itu. Tempat tali itu masih tergantung. Seokmin juga ikut memperhatikan tali itu dan mulai berjalan mendekatinya diikuti Mingyu dibelakangnya.
Setelah sampai di ujung, Seokmin segera keluar dari goa itu dan melihat ke sekitarnya. Tempat itu sungguh berbeda dengan ujung goa sebelumnya. Tempat ini seperti memasuki dunia lain karena saking berbedanya. Mingyu yang baru keluar dari goa tersebut juga terkejut sekaligus terkagum-kagum. Selama 20 tahun ia hidup, baru kali ini ia melihat hal seperti dihadapannya ini.
Bunga-bunga berwarna-warni yang bermekaran. Serta pohon-pohon besar yang menjulang tinggi dengan sulur yang saling bergantungan. Banyak hewan-hewan disana tapi mereka seperti tidak menyadari keberadaan Mingyu dan juga Seokmin. Ada juga beberapa hewan yang belum pernah Mereka lihat atau bahkan sudah dikatakan tidak ada atau hanya sebuah mitos saja,yaitu kuda putih dengan tanduk runcing dikepalanya, serta burung dengan ekor 7 warna, dll.
Mereka berdua masih terkagum-kagum memandangi hewan-hewan itu sampai mereka tidak menyadari kalau seseorang sudah mendorong mereka dari belakang hingga terjatuh.
Mereka segera berbalik badan,Seokmin mnegeluarkan pedangnya dan Mingyu menarik sebuah panah. Orang yang menendang mereka tadi kemudian turun dari tali yang menggantung itu dan langsung menarik sebuah panah.
Mereka bertiga masih tetap dalam posisi tersebut. Sampai kemudian si pendorong menurunkan busurnya dan masih menatap mereka berdua dengan tajam. Mereka pun juga ikut menurunkan senjatanya.
"Bagaimana kalian bisa ke sini?" tanya orang itu dengan dingin.
"Ka-kami datang melalui goa Itu, tadi ada hujan batu, ja-jadi kami berlindung sebentar dan kami melihat tempat ini." Jelas Seokmin yang entah kenapa berbicara terbata-bata. Mungkin ia merasakan aura permusuhan dari orang dihadapannya ini. Padahal jika orang yang dihadapannya ini berbicara dengan lembut,mungkin orang ini Akan sangat imut karena badannya sangat mungil.
Orang itu menoleh kebelakang sebentar dan mendecak ketika melihat dinding tanah sudah roboh. Orang itu kemudian menoleh lagi kearah mereka berdua dan berkata,"Jika urusanmu sudah selesai, segera tinggalkan tempat ini dan lupakan apa yang kalian lihat ini."
"Kenapa?" tanya Mingyu setelah sekian lama berdiam. Matanya menatap kedua mata orang itu tak kalah tajam,Ia tidak terima dirinya jatuh begitu saja hanya karena ditendang oleh orang berbadan mungil ini.
Orang itu menatap Mingyu lagi, namun dengan ekspresi yang sulit diartikan. Matanya terlihat sedih,tapi wajahnya sungguh datar.
"Turuti saja kata-kataku." Ucap orang itu lagi.
"Kenapa kami harus mematuhimu?" tanya Mingyu lagi yang semakin menantang orang itu. Seokmin sudah dua kali menyikutnya karena menurutnya itu sangat tidak sopan jika menantang orang yang lebih tua.
"Karena aku pemilik tempat ini, dan aku tidak mau kalian berdua disini! Jadi sekarang cepat kalian pergi sebelum aku mengusir kalian dengan cara kasar!" Orang itu meninggikan ucapannya. Seokmin baru pertama kali melihat orang semarah ini. Semarah-marahnya ayahnya, Ia tidak akan pernah membentak seperti orang ini.
"Mingyu, sudahlah ayo per-"
"Coba saja." Ucap Mingyu yang mulai mengangkat tangannya yang mengeluarkan cahaya biru serta cahaya merah kekuningan di tangan sebelahnya. Hitung-hitung ia sekarang ingin berlatih bagaimana cara menyerang lawan dengan benar.
Orang itu memandang Mingyu dengan terperangah sebelum kemudian kembali memasang wajah datar dan berjalan mendekati mereka.
Seokmin sedari tadi menarik tangan Mingyu agar tidak menyerang orang dihadapan mereka ini. Entah kenapa ia merasakan bahwa orang dihadapan mereka ini sebenarnya baik. Namun,Mingyu tetap menahan tangannya dan kemudian menyatukan kedua cahaya tersebut sebelum mengarahkannya kearah Orang Itu.
Orang itu terdiam ditempat ketika Mingyu serang dengan sihirnya. Namun Mingyu kembali mendecak kesal karena sepertinya sihirnya gagal lagi. Lagi-lagi ia membuat elemen itu menjadi hangat.
"Ka-kalian berdua... Ikut aku." Ucap orang itu sebelum membalikan badan dan mulai memanjat.
.
.
.
Setelah bersusah payah memanjat tali itu. Akhirnya mereka berdua sampai di ujung tali tersebut. Mingyu yang sampai duluan kemudian menjulurkan tangannya untuk membantu Seokmin.Seokmin yang baru pertama kali di suruh memanjat akhirnya mengalami luka lecet ditangannya. Tapi ia tahan untuk tidak meringis karena ia tidak mau membuat Mingyu kembali menyembuhkannya. Ia sudah berhutang sangat banyak pada orang ini.
Di atas sana, terdapat sebuah pintu sederhana yang menempel ditanah Serania. Ketika orang itu membuka pintunya dan menyuruh mereka masuk, mereka melihat ruangan didalamnya. Ruangan itu terlihat seperti rumah sederhana. Ada dapur, tempat tidur, serta perabot-perabot yang mencerminkan sebuah rumah.
"Hari sudah mulai gelap. Lebih baik kalian menginap di sini." Ucap orang itu. Entah apakah Mingyu melihatnya atau tidak, tapi Seokmin melihat tangan orang itu terlihat bergetar ketika menuangkan minuman kedalam gelas. Apakah orang itu takut dengan Mingyu?
"Siapa namamu?" tanya Mingyu yang masih dengan nada dinginnya. Ia kemudian kembali mendapat sikutan dari Seokmin. Ia tidak menyangka kalau ia bisa bertemu dengan orang dengan tata bicaranya yang sangat tidak sopan.
"Aku Jihoon. Selama kalian berada disini, kalian harus menuruti perkataanku."Ucap Jihoon yang memberikan minuman ke mereka berdua. Seokmin yang sebenarnya sedari pagi sudah haus,langsung menegak habis minuman tersebut.
Lain lagi dengan Mingyu, Ia ragu apakah minuman ini ada racunnya atau tidak, jadi ia mencicipinya dengan pelan sambil menatap Jihoon dengan tajam. Jihoon sendiri hanya memperhatikannya dengan ekspresi yang sulit dibaca.
"Bagaimana anda tahu tempat ini,Jihoon?" tanya Seokmin dengan sopan.
"Kenapa kau bertanya hal privasiku padahal kita baru bertemu?" tanya Jihoon kembali yang membuat Seokmin terdiam. Salahkah perkataannya? Apa ia keterlaluan? Lalu memang bertanya seperti itu termasuk hal privasi?
"Kau jangan berbicara seperti itu padanya. Dia itu orang Serania." Ucap Mingyu yang membela Seokmin. Namun dibalas tatapan menantang oleh Jihoon.
"Lalu? Sepertinya kalian perlu menggaris bawahi sesuatu. Orang Serania itu akan kuat dan tidak terkalahlan jika mereka berada ditanahnya sendiri. Jika mereka berada diluar tanah itu,mereka sama saja seperti budak tak berguna." Ucap Jihoon yang membuat Seokmin dan juga Mingyu membelalak matanya.
"Jaga ucapanmu!" bentak Mingyu ke Jihoon. Harusnya Seokmin yang marah seperti itu karena dirinya orang Serania. Tapi kenapa malah Mingyu yang semarah ini?
Jihoon terdiam dan menatap Mingyu sendu tapi masih bisa ditutupi dengan wajah datarnya.
"Maaf jika membuatmu tersinggung. Sebaiknya kami tidak menginap di sini dan mengganggu anda lebih jauh lagi. Ayo Mingyu kita pergi." Seokmin menarik lengan Mingyu untuk meninggalkan tempat itu namun Jihoon segera berlari dan menutup pintu masuk Itu.
"Kubilang kalian harus bermalam di sini." Ucap Jihoon lagi. Sekarang Seokmin semakin dibuat heran dengan sikap Jihoon. Dengan jelas sikapnya seperti ingin mengusir mereka, tapi kenapa sekarang mereka tidak diperbolehkan pergi?
"Kalau kami tidak mau?"
"Mingyu, sopanlah sedikit! Dia ini lebih tua dari kita tahu!" bisik Seokmin yang membuat Mingyu mencibir kesal. Entahlah sedari tadi ia hanya kesal saja setiap kali melihat orang yang bernama Jihoon itu. Wajahnya saja yang memiliki sedikit kerutan tapi tidak menghilangkan keimutannya, tapi sikapnya menyebalkan.
"Karena langit sudah mulai gelap. Dan kalian akan tersesat dihutan ini. Dan terakhir, hutan ini lebih menyeramkan daripada hutan disebelah sana." Ucap Jihoon lagi. Memang sih, matahari tadi hanya muncul sebentar saja sehabis hujan.
"Baiklah kami akan segera meninggalkan tempat ini besok pagi." Ucap Seokmin yang membungkuk kecil. Ia mendorong punggung Mingyu dengan tangannya agar ikut menunduk.
.
.
.
Tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/134949986-288-k453039.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Distance (Seokgyu/Gyuseok) Completed
Любовные романыMingyu:" Kau tahu, meski kita dibatasi oleh sebuah retakan. Tetap saja kita ini berdiri di tempat yang sama. Jadi menurutku kau dan aku itu sama. Jadi apa ada alasan yang lain lagi untuk menolakku, Seokmin?" Seokmin: "Kau pikir aku tidak mencintaimu...