Sebuah gerbang istana akhirnya terlihat. Istana itu lebih tepatnya terlihat seperti rumah penyihir yang sangat besar namun suram. Banyak lumut-lumut hijau yang menjalar di tembok bangunan.
Seokmin menahan diri untuk tidak berlindung di belakang Mingyu dan memilih untuk mencengkram pedangnya dengan erat untuk mengalihkan rasa takutnya.
Mingyu membuka pintu utama itu dengan pelan. Ia berharap tidak bertemu dengan kedua kakak sialnya itu. Namun sayang, ia melihat mereka berdua tengah terduduk seperti memang menunggu kedatangan mereka. Wonwoo dengan buku di tangannya dan Soonyoung dengan boneka jerami kecil yang sedang ia layangkan.
"Akhirnya pulang?" Ucap Wonwoo tanpa melihat Mingyu namun senyum miring terpasang diwajahnya.
Mingyu tidak menjawab, ia memegang tangan Seokmin dengan erat dan berjalan masuk. Tujuannya kembali bukanlah untuk di kalahkan oleh kedua kakaknya ini, melainkan berbicara dengan ibunya dan menyelamatkan Jihoon.
Mereka berjalan melewati kedua orang yang sedang duduk itu. Tepat ketika mereka melewati Wonwoo, ia menutup bukunya dengan keras.
"Mengabaikan kami?" Ucapnya sambil berdiri. Mingyu dan Seokmin terdiam di tempat. Seokmin dapat merasakan tangannya ikut bergetar karena pegangan Mingyu. Jadi inikah saudara-saudara Mingyu? Saudara yang dengan tega merendahkan adiknya sendiri?
Seokmin menatap kedua kakak Mingyu dengan datar namun juga tidak dengan tatapan menantang. Karena ia tahu diri sedang berada di daerah kekuasaan siapa.
"Jadi ini lah si putra mahkota yang menghilang itu?" Soonyoung bangkit berdiri dan mengelus rambut Seokmin. Namun langsung di tepis oleh Mingyu.
"Jangan menyentuhnya. Dia milikku." Ucap Mingyu yang entah kenapa langsung membuat telinga Seokmin memanas.
"Ouh hahaha maaf maaf. Cantik juga kau,pangeran." Ucap Soonyoung yang tidak mengindahkan peringatan Mingyu. Ia menarik dagu Seokmin agar menatap matanya.
"Jangan lihat matanya, Seokmin." Ucap Mingyu yang langsung dituruti oleh Seokmin. Ia dengan sekuat tenaga menyuruh matanya untuk tertutup.
"Astaga aku kan hanya mengajaknya bermain saja." Soonyoung terkekeh melihat tingkah Seokmin yang terbilang imut.
"Lebih tepatnya hanya kau yang memainkannya dan dia yang menjadi bonekanya. Sudahlah aku ingin bertemu dengan ibu." Ucap Mingyu sambil menarik tangan Seokmin.
"Ibu juga sepertinya juga sedang bersenang-senang dengan mainan barunya." Ucap Wonwoo yang ikut bangkit berdiri. Ia menatap Seokmin tajam seakan ingin membunuhnya.
"Jihoon..." Ucap Seokmin pelan. Tanpa sadar tangannya mengepal. Apa yang terjadi pada Jihoon?
Wonwoo melewati mereka semua dan berbalik sebentar dan berkata, " ikut aku."
Mereka pun berjalan dan memasuki sebuah ruangan yang cukup luas namun gelap. Disana, tepatnya di balkon ruangan tersebut, berdiri seseorang. Ia berbalik dan tersenyum kepada kedatangan mereka.
"Sudah pulang ternyata. Bagaimana rasanya kabur dari rumah?" Tanya Minghao dengan senyum lebar. Apalagi dengan keberadaan Seokmin di samping Mingyu. Sempurna sekali rencananya.
Mingyu hanya diam saja sambil mengeratkan pegangannya pada Seokmin. Seokmin dapat merasakan tangan Mingyu bergetar. Ia yakin sekali bahwa dihadapan mereka sekarang ini adalah ibu tiri Mingyu. Karena kalau tidak, ia tidak akan setakut ini.
"Dimana ibu menyembunyikan Jihoon?" Tanya Mingyu yang menatap Minghao tajam.
" Terima kasih karena sudah membantu kita membalas dendam dengan membawa dia,Mingyu." Ucap Minghao tanpa memperdulikan pertanyaan Mingyu dan malah memperhatikan Seokmin.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Distance (Seokgyu/Gyuseok) Completed
Storie d'amoreMingyu:" Kau tahu, meski kita dibatasi oleh sebuah retakan. Tetap saja kita ini berdiri di tempat yang sama. Jadi menurutku kau dan aku itu sama. Jadi apa ada alasan yang lain lagi untuk menolakku, Seokmin?" Seokmin: "Kau pikir aku tidak mencintaimu...