#4

876 124 2
                                    

"Seokmin! Seokmin!" teriak Mingyu untuk kesekian kalinya. Suaranya kalah keras oleh derasnya hujan. Seharusnya ia sudahi saja pencariannya. Pasti Seokmin sudah berlindung disuatu tempat,jadi apa pedulinya?

Tapi tetap saja setiap kali nama Seokmin terlintas dikepalanya semakin membuatnya ingin benar-benar melihat keadaan empunya nama tersebut.

"Seokmin! Balas teriakanku!" teriak Mingyu lagi. Seokmin yang sedang menutup kepalanya menggunakan kedua tangannya kemudian mempertajam pendengarannya. Tadi ada yang memanggilnyakan?

"Seokmin!"

"Mingyu? Mingyu!!" teriak Seokmin yang menajamkan pandangannya agar bisa melihat kesekitarnya meski kabut putih sangat mengganggu penglihatannya.

Tanpa ia sadari sebuah bongkahan batu besar tengah jatuh dan itu tepat sekali akan menuju ke kepalanya. Tentu saja ia tidak menyadarinya. Tapi Mingyu melihatnya. Dengan segera ia berlari ke arah Seokmin dan mendorongnya agar menyingkir. Tepat ketika keduanya terjatuh, batu besar yang hampir menimpa Seokmin juga terjatuh. Seokmin kaget melihatnya.

Seokmin menatap wajah Mingyu yang sekarang sedang menindihnya. Wajahnya sangat dekat dengan wajahnya. Namun ini bukan saatnya untuk bermalu-malu ria karena tampang Mingyu seperti tengah menahan kesakitan.

"Mingyu! Kau baik-baik saja?" tanya Seokmin yang segera bangkit dan memperhatikan tubuh Mingyu. Tampak rembesan darah keluar dari celana Mingyu. Tepatnya dibagian tulang keringnya.

"Astaga kakimu, aduh bagaimana ini?"  ucap Seokmin dengan panik. Ia ingin menahan pendarahan Mingyu,tapi tangannya langsung dicengkram oleh Mingyu dengan erat.

"Awas!" Mingyu kembali memeluk Seokmin karena sebuah batu hampir saja jatuh kekepalanya lagi. Kenapa batu-batu berukuran besar saja yang jatuh ke arah Seokmin?

"Astaga! Kenapa menolongku terus! Kau harus memperhatikan kakimu yang luka ini sekarang!" teriak Seokmin karena hujan pasti akan meredam suaranya kalau ia tidak berteriak dengan keras.

"Karena batu-batu yang hampir jatuh diatas kepalamu semuanya besar-besar,bodoh!" Balas Mingyu yang kemudian meringis kesakitan.

Tanpa banyak kata lagi, Seokmin segera mengalungkan lengan Mingyu di lehernya dan membantu Mingyu berdiri. Mereka kemudian berjalan terus.

Mingyu merasakan disebelah kirinya seperti ada angin yang keluar masuk, padahal disebelahnya itu hanya tanah Serania.

"Seokmin,  aku rasa ini sebuah goa. Lebih baik kita berlindung disini saja." Ucap Mingyu yang mulai menendang-nendang tanah di sampingnya itu. Seokmin pun membantunya dan benar. Ketika Seokmin menendang sekali lagi, terdapat sebuah lubang dan angin keluar masuk ruang tersebut. Mereka pun mempercepat pergerakannya.

Setelah membuat lubang yang cukup besar, Mingyu menyuruh Seokmin masuk terlebih dahulu karena kakinya masih sakit dan akan lama sekali untuk menekukan kakinya.

Keduanya akhirnya berada didalam. Seokmin dan Mingyu saling menyandarkan diri ke tembok tanah di belakang mereka. Keduanya sangat kelelahan karena pagi-pagi saja sudah menguras tenaga.

"Akh-" teriak Mingyu lagi yang membuat Seokmin kembali fokus pada kaki Mingyu. Andaikan dirinya pernah melihat orang sakit di istananya,Ia pasti tidak akan seperti orang bodoh seperti sekarang ini.

Mingyu pun berinisiatif untuk mengambil kain yang biasanya untuk menutupi wajahnya, dan segera mengikatkan kain tersebut dibagian kakinya yang berdarah. Setidaknya pendarahannya melambat.

"Maaf... Ini salahku." Ucap Seokmin pelan. Ia masih memperhatika luka Mingyu. Tapi Mingyu hanya terdiam saja untuk menahan sakit. Sepertinya batu yang jatuh tadi pecah dan sebagian batunya mengenai kakinya ini.

The Distance (Seokgyu/Gyuseok) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang