Setelah makan malam, Seungkwan segera menarik Seokmin ke kamarnya ,sedangkan Mingyu membantu Hansol membersihan piring-piring kotor.
"Jadi, kau menyukainya kan?" Tanya Hansol ditengah-tengah aktivitas mereka. Mingyu memberhentikan tangannya yang sedang mengelap piring-piring bersih itu.
"Maksudmu?" Tanya Mingyu lagi dengan berdeham kecil.
"Jangan pura-pura berbohong,Mingyu. Kau pikir aku baru berteman denganmu hari ini?" Hansol mendecak kecil karena Mingyu masih tidak ingin memberitahunya. Padahal mereka sudah berteman sejak kecil.
Mingyu menunduk sedikit, memang ia tidak bisa berbohong kepada sahabatnya itu. Dan Hansol pun tidak bisa berbohong padanya.
"Aku...aku tidak tahu." Jawab Mingyu pelan.
"Apa Jantungmu selalu berdetak kencang ketika melihatnya?" Tanya Hansol yang di jawab anggukan kecil oleh Mingyu. Kenapa temannya ini bertanya seperti itu?
"Apakah kau ingin melindungi Seokmin?" Tanya Hansol tadi. Ia sudah selesai membilas piring-piring kotor tersebut dan sekarang ia menutup gentong air bersih dengan kayu bulat besar.
"Iya, memangnya kenapa? Aku mempunyai alasan kenapa aku ingin melindunginya." Ucap Mingyu yang juga sudah selesai mengelap piring terakhir.
"Kenapa kau ingin melindungnya?" Tanya Hansol yang menyenderkan punggungnya di sofa.
Mingyu terdiam sejenak sebelum kemudian berkata,"aku akan memberitahumu alasannya, tapi kau harus bersumpah untuk tidak memberitahu siapapun."
Hansol hanya mengangguk kecil menunggu Mingyu melanjutkan perkataannya.
"Dia berasal dari atas,dia terjatuh dan menimpaku, dan terakhir aku ingin melindunginya karena aku pernah di tolong olehnya." Setelah mengucapkan kalimat terakhir itu, wajahnya entah mengapa menjadi panas karena mengingat ciuman dari Seokmin beberapa hari yang lalu.
"Hmm,lalu?" Tanya Hansol yang sepertinya tidak terkejut mendengar Seokmin berasal dari atas.
" Apa lagi yang ingin kau tahu, aku sudah selesai kok," ucap Mingyu yang mengerutkan dahinya.
Hansol tertawa kencang dan itu semakin membuat Mingyu takut, apakah temannya ini sedang kerasukan?
"Kau menyeramkan kalau seperti ini,Hansol."
"Habisnya alasanmu lucu sekali,sih." Balas Hansol yang kemudian berdeham kecil untuk menahan tawanya.
"Apa yang lucu dari ucapanku,huh?"
"Alasanmu terlalu biasa,Mingyu. Kau tidak seperti Mingyu yang biasa ku kenal. Dan apa itu? Membalas pertolongannya? Aku bahkan lebih sering membantumu dari pada dia dan kau tidak pernah sekhawatir itu. Pasti ada alasan lain, dan aku tahu apa itu," ucap Hansol yang membuat Mingyu terdiam. Memang ia mengakui tidak pernah berlaku seperti itu terhadap yang lain. Entah kenapa hanya Seokmin yang ia khususkan seperti itu.
"Kenapa?" Tanya Mingyu lagi.
"Karena kau mencintainya,bodoh." Ucap Hansol yang langsung menarik kepalanya untuk menghindari tangan Mingyu yang siap menjitaknya lagi.
"Sudah kubilang aku tidak mencintainya,bodoh. Sini kau." Ucap Mingyu namun Hansol hanya membalasnya dengan juluran lidahnya sebelum masuk ke dalam kamarnya. Sebelum menutup pintu kamar, ia menunjukan kepalanya sedikit dan berkata," teruslah menolak seperti itu, pada akhirnya kalian akan saling mencintai. Aku yakin sekali."
Sebelum lemparan sepatu Mingyu mengenai wajah Hansol, ia segera menutup pintu kamarnya. Namun ia segera di dorong keluar oleh Seungkwan.
"Sayang, kamu tidak boleh masuk dulu. Aku sedang berbicara dengan Seokmin." Ucap Seungkwan yang mendorong punggung Hansol dengan pelan namun tangan Hansol segera menarik dagu Seungkwan dan menciumnya. Setidaknya ciuman itu tidak jadi membuatnya keluar kamar.
"Kalian sedang berbicara apa,hm?" Ucap Hansol dengan pelan dan lembut. Seungkwan sempat tersipu sebentar sebelum matanya menangkap Seokmin yang tadi sedang menyaksikan adegan tadi.
"Rahasia, sudah cepat keluar dulu sayang."
"Tapi aku lelah,sayang. Aku ingin tidur." Balas Hansol yang mengelus rambut panjang Seungkwan.
"Sudahlah keluar sebentar. Lagipula ini demi kebaikanmu juga. Tolong keluar,sayang." Ucap Seungkwan yang mengerucutkan bibirnya. Dan sekali lagi Hansol segera mencium istrinya itu. Ia tidak peduli kalau di sini sedang ada Seokmin. Lagipula ini kamarnya,jadi ia tidak peduli.
"Baiklah, sebentar saja ya. Kau juga harus istirahat, demi Chan kita." Hansol mengelus perut Seungkwan dengan lembut. Sebelum akhirnya berjalan keluar.
Setelah Hansol keluar, Seungkwan segera berjalan dan duduk di hadapan Seokmin,menanti Seokmin untuk melanjutkan ceritanya.
"Lalu makanan apalagi yang ada di Serania? " Tanya Seungkwan. Memang, mereka sedang bercerita tentang persamaan makanan yang ada di Serania dengan Minera. Seokmin juga menceritakan bahwa dirinya berasal dari atas karena sepertinya Hansol dan Seungkwan dekat dengan Mingyu.
"Oh iya, makanan kesukaanku! Ayam kalkun panggang buatan ibuku!" Ucap Seokmin dengan girang. Ia berandai-andai betapa lezatnya masakan ibunya itu. Mengingatnya membuatnya semakin merindukan ibunya dan juga ayahnya.
"Ayam kalkun? Bukankah itu sangat-sangat mahal?" Tanya Seungkwan yang sepertinya ingin memakan makanan itu juga.
" Benarkah? Aku tidak tahu dengan harganya, yang penting aku selalu makan itu,paling tidak setiap minggu setelah belajar sejarah dengan penasehatku."
"Wah, kau benar-benar orang kaya ya. Aku kagum dengan kemewahanmu. Kapan-kapan kalau kau berhasil mencapai keatas, lemparkanlah ayam kalkun untuk kami." Ucap Seungkwan dengan nada bercanda, itu membuat kedua orang itu tertawa. Sepertinya mereka mempunyai kecocokan yang sama dalam hal makanan.
"Kalau aku bisa kembali ke atas sana, akan kusuruh ayahku untuk membiarkan kalian tinggal di atas." Ucap Seokmin lagi.
"Tapi bukannya kudengar ada lapisan pelindung disana? Dan katanya hanya orang berhati baik saja yang bisa masuk ke sana."
"Kau dan suamimu mempunyai hati yabg baik, aku yakin kalian bisa masuk ke sana. Ah dan juga Mingyu." Balas Seokmin dengan senyum lebar.
"Ah aku punya suatu buku peninggalan nenekku. Sebentar kuambilkan." Seungkwan kembali berdiri dan berjalan kearah rak buku kecil di dekat kasur. Sebuah buku lusuh dengan ikatan tali yang hampir terputus, sepertinya buku itu benar-benar sudah sangat lama.
Seungkwan memberikan buku itu pada Seokmin, menyuruhnya untuk membuka buku itu. Seokmin membuka bagian halaman yang diberi pembatas buku daun kering.
Aku melihatnya,
Seseorang terjatuh dari atas. Dari tanah Serania. Pakaiannya putih terang dan sangat kontras dengan hutan ini.
Tidak, ia tidak terjatuh, lebih tepatnya ia keluar dari sebuah lingkaran hitam dari atas.
Dan dari hutan, munculah seseorang. Aku tahu orang itu. Orang yang berkuasa di tanah Minera ini. Raja Jun Hui. Ada apa sampai ia datang ketempat seperti ini?
Astaga, raja memeluk orang itu! Aku tidak tahu apakah mata tua ku ini melihat dengan baik atau tidak, aku melihat tangan kecil orang putih itu ikut membalas pelukan sang raja. Apakah ini artinya Raja berselingkuh dari Ratu Minghao? Sepertinya aku harus segera kembali sebelum kedua orang itu menyadari keberadaan ku.Raja Jun Hui? Sepertinya ia pernah mendengar nama itu.
"Raja Jun Hui itu siapa,Seungkwan?" Tanya Seokmin yang masih berusaha nama yang familiar itu.
" Dia adalah raja kami sebelum akhirnya digantikan oleh Ratu Minghao." Jawab Seungkwan yang sedang mengelus perut besarnya.
"Apakah dia sudah meninggal?" Tanya Seokmin lagi. Ia merasa pernah mendengar itu dari Jihoon.
Seungkwan mengangguk keras. Itu sudah menjadi jawaban bagi Seokmin. Kesimpulannya adalah, Raja Junhui itu sudah meninggal dan yang ia temui adalah Jihoon. Tapi,apakah Jihoon juga dari Serania? Lalu lingkaran hitam apa yang nenek Seungkwan maksudkan?
"Apa nenekmu yakin dia melihat lingkaran hitam?"
"Iya,aku sudah mendengar cerita itu ratusan kali sebelum ia meninggal." Balas Seungkwan. Seokmin ber-o ria. Mungkin bisa dibilang ia berhasil menemukan kesimpulan kedua. Kesimpulan yang sedikit menyedihkan.
Kesimpulan bahwa Mingyu adalah anak dari perselingkuhan Junhui dengan Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Distance (Seokgyu/Gyuseok) Completed
RomanceMingyu:" Kau tahu, meski kita dibatasi oleh sebuah retakan. Tetap saja kita ini berdiri di tempat yang sama. Jadi menurutku kau dan aku itu sama. Jadi apa ada alasan yang lain lagi untuk menolakku, Seokmin?" Seokmin: "Kau pikir aku tidak mencintaimu...